7

6.5K 898 36
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Allah akan menguji seorang hamba dengan sesuatu yang amat dicintai. Maka janganlah berlebihan dalam mencintai sesuatu.

###

Seminggu telah berlalu, ayah Dilla juga sudah pulang dari rumah sakit. Gadis itu memang mengurus ayahnya setiap hari, akan tetapi, sampai sekarang ia tidak pernah mau berbicara dengan ayahnya itu.

Setiap hari, Reza hanya melihat putrinya itu murung dan sedih, seperti tak ada semangat hidup. Reza benar-benar takut, putrinya akan seperti dulu lagi.

Dilla yang merasa diperhatikan, menghentikan pijatan di kaki ayah. Gadis itu melirik ayahnya sekilas, kemudian berdiri dan hendak beranjak dari kamar Reza sembari membawa piring kotor.

"Dilla!" seru Reza saat Dilla masih berada di muka pintu.

Dilla bergeming, dengan tertatih Reza menghampiri putrinya itu. Setelah itu, Reza memeluk Dilla, hal yang selama ini biasa ia lakukan dengan sembunyi-sembunyi ketika putrinya sedang tertidur. Dilla mematung, dipegangnya piring kotor itu dengan erat, menjadi penghalang agar dirinya tidak terlalu dekat dengan Reza. Dilla bisa merasakan tubuh Reza yang bergetar, bahkan gadis itu juga bisa merasakan pundaknya yang dingin dan basah karena air mata Reza jatuh di sana.

"Maafkan Ayah sayang, Maafkan Ayah," ucap Reza tergugu.

"Ayah memang tak pernah berimu bahagia, hanya luka dan kesedihan yang selalu kamu rasa. Tetapi, Ayah tetap egois, dan akan selalu begitu, karena sampai kapanpun Ayah tidak pernah rela seorang pun menyakitimu, Ayah ingin kamu selalu bahagia, Nak." Dilla melepaskan tubuhnya dari rengkuhan Reza.

"Lalu, sekarang kau puas karena aku telah ditinggalkan olehnya, puaskah karena hanya pengkhianatan yang kudapat lagi?" Dilla histeris, piring yang ada ditangannya terjatuh dengan suara yang amat keras.

Tubuh Dilla menggigil, suara gemeletuk giginya terdengar, membuat batin Reza terasa begitu sakit. Dilla berjalan mundur, semua kilasan masa lalunya berputar bak kaset yang rusak, ia mengingat masa kecilnya, ia mengingat ibunya, mengingat kecelakaan itu, ia mengingat ketika pertama kali bertemu dengan Gilang, masa-masa indah, hingga pengkhianatan yang Gilang dan Cantika lakukan kepadanya.

Reza hendak berjalan ke arah putrinya, tetapi gadis itu melarangnya dan semakin menjauhinya.

"Arrrghhhh!" Dilla semakin histeris, hingga gadis itu menjambaki rambutnya sendiri.

Dhani yang baru pulang kerja langsung berlari ke atas saat mendengar sebuah jeritan. Dilihatnya Reza yang sedang berdiri dengan tatapan terluka, sementara kondisi adiknya terlihat memprihatinkan dengan mata merah yang basah juga terus melukai dirinya sendiri.

"IBUUUUU! LALA MAU IBU hiks hiks," Dhani langsung mendekati Dilla dan memeluk adiknya itu dengan erat meski terus memberontak.

"Pergi! Pergi!"

"Pssst, Abang di sini, Abang di sini," Dhani berusaha menenangkan Dilla. Akan tetapi, adiknya itu terus saja berontak, akhirnya Dhani menggendong Dilla dan membawanya ke kamar. Perlahan tubuh Dilla terkulai lemas, tak ada lagi tenaga karena akhir-akhir ini ia jarang sekali makan.

"Dek, Dek," Dhani menepuki pipi Dilla pelan,  adiknya itu kini tak sadarkan diri.

***

DillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang