Pergelangan tangannya sudah sembuh. Eunbi membuka pintu kamar mandi, tubuhnya melemas. Pandangannya jatuh kebawah. Tanpa benar-benar menyadari kalau Jungkook sudah berdiri sambil bersedekap dada di hadapannya. Malam ini kakek mengundang mereka untuk makan malam.
"Kau baik-baik saja?"
Eunbi mengangguk. "Aku hanya kurang istirahat."
"Kita bisa membatalkan acara makan ini."
Adiknya menggeleng. "Aku tidak mau membuat kakek menunggu. Aku baik-baik saja."
Jungkook mengangguk paham. Dia mendekat lalu merengkuh Eunbi dalam pelukannya. "Minggu depan kau ulang tahun, apa yang kau inginkan?"
Eunbi ingat, ulang tahunnya bagi keluarga itu adalah tanggal dimana ia bebas dari jeruji besi. "Nanti kupikirkan."
"Oke," Jungkook berjalan membawa gadis itu menuju lift. Lalu setelahnya menggenggam tangan Eunbi menuju limosin nya. "Kakek ada di istana negara. Dia menyuruh kita datang ke sana."
Eunbi diam, Jungkook menghela napas. Kendati demikian, perlu di garis bawahi. Jungkook tahu apapun yang Eunbi lakukan. Dan dia memang benar-benar tahu. Tapi sekarang Jungkook hanya harus bungkam. Toh gadis itu masih berada dalam jangkauannya.
Laki-laki itu membawa tubuh Eunbi untuk bersandar di dadanya setelah mereka berhasil masuk kedalam limosin. "Tidurlah sejenak, nanti ku bangunkan."
Eunbi mengangguk, itu memang yang ia butuhkan. Tenggelem di mimpi semu yang sesaat menenangkan walau terkadang menakutkan.
Posisi yang tidak mendukung, Jungkook menggeser tubuhnya agar lebih rapat dengan Eunbi. Laki-laki itu mencium rambut gadis itu seraya menyesapnya. Boleh Jungkook akui, dia suka Eunbi. Akhir-akhir ini mereka banyak bertengkar karena masalah Sohyun. Tapi laki-laki itu sadar, dia tidak mau Eunbi banyak membangkang. Alhasil setelah ini mungkin Jungkook tidak akan mencegah gadis itu jika ingin bertemu Sohyun lagi.
Eunbi rasa, dekapan Jungkook adalah yang paling hangat. Gadis itu bahkan menyesap kuat-kuat aroma laki-laki itu. "Jungkook...,"
"Mm?"
"Setelah makan malam, aku ingin jalan-jalan."
Jungkook belum menjawab, membuat Eunbi menghela napas dan kembali diam.
♠👑♠
Kakek Jungkook yang menyambut kedatangan dua cucunya kini tersenyum lebar seraya merentangkan tangan. Lantas Jungkook dan Eunbi mendekat dan berhambur peluk di pria tua itu.
"Kakek aku merindukanmu."
Pria itu menepuk puncak kepala Eunbi. "Kakek juga merindukan kalian."
Mereka duduk di sebuah ruangan berdesain mini, sederhana, dan tampak tenang yang dominan terbuat dari dinding kayu. Seperti Gazebo tertutup.
Acara makan malam itu berlangsung sepi, sangat sunyi tak berbunyi suara mulut, hanya alat makan yang beradu. Hingga pada akhir penghujung tegukan air putih yang diminum kakek, beliau berkata. "Aku ingin membicarakan masalah serius."
Jungkook mengangkat pandangannya, diikuti oleh Eunbi. "Apa?" Tanya mereka.
"Jungkook kau sudah tahu mengenai adikmu, dan soal kembarnya?"
Ragu, tapi mengangguk. Jungkook mengecap bibirnya dan bicara. "Aku sudah tahu."
Kakeknya mengangguk sambil tersenyum. "Bagus, kau memang selalu penasaran tentang adikmu. Tapi beberapa tahun belakang kakek dan Eunbi melakukan banyak eksperimen untuk mengganti pemakai eye lens yang dibutuhkan Amerika. Belakang ini kakek berfikir kemungkinan keberhasilan percobaan itu sangat tipis."
KAMU SEDANG MEMBACA
VOLIMTE ♣ The Golden Prince
FanficJeon Jungkook, pangeran emas yang menyandang gelar sebagai cucu kesayangan presiden Korea, pewaris tunggal kekayaan keluarganya. Hingga secara tiba-tiba ia mendapatkan hadiah seorang adik perempuan yang cukup misterius. Lama-kelamaan terjerat perasa...