♠Code #15♠

1.4K 192 17
                                    

Eunbi mengubur dalam wajahnya di dada bidang Jungkook. Kalut, takut, tangannya melingkar erat di pinggang laki-laki itu.

"Kau belum tidur?"

Eunbi menggeleng.

Saat ini Jungkook membalas pelukannya. Tempo jam yang lalu laki-laki itu bilang. "Aku tidak mau melakukannya sebelum waktu yang tepat, untuk sekarang aku ingin berada di sampingmu."

Meski demikian cukup ambigu, Eunbi tetap patuh dan tidak bertanya banyak hal.

"Mimpi buruk?" Suara Jungkook mengudara bingung.

Eunbi menggeleng lagi.

"Ada apa, hm?"

Gadis itu menjauhkan wajahnya dan menatap penuh harap. "Rasanya ada banyak kekhawatiran yang akan datang. Aku takut jika saat seperti ini tidak terjadi lagi."

Jungkook mengumbar senyum simpul, dia mengusap punggung Eunbi tanpa tahu harus menjawab bagaimana, perasaannya terlampau jauh untuk menarik gadis itu kedalam hidupnya. "Mau mendengar pendapatku tentangmu?"

Eunbi mengangguk.

Jungkook menenggelamkan wajah Eunbi lagi ke dada bidangnya. "Sejak kecil..., aku selalu kesal padamu. Kau cerewet, suka menangis di malam hari, lalu lemah ketika seseorang bilang, 'kamu kuat' padahal tidak. Keras kepala, diajak bermain tidak mau, mengobrol saja aku jadi enggan."

Gadis itu lebih dalam masuk pada dekapan Jungkook. Pelukannya erat, sampai-sampai mencengkram kaos putih yang laki-laki itu pakai. "Maaf..., kau pasti membenciku."

"Tidak," entah sudah berapa banyak Jungkook mencium keningnya. Tapi laki-laki itu terus menyesap kulit di area itu sambil sesekali menghisap aroma rambut Eunbi. "Jika aku membencimu, setiap malam aku akan mengunci pintu agar kau tidak bisa tidur di kamarku."

"Jadi pintunya bisa kau masukin meski tertutup rapat sekalipun." Tambah Jungkook.

"Mm,"

"Mm?"

Ada banyak hal yang ingin Eunbi katakan, namun ia sadar, semakin banyak Jungkook mendengar kata dari bibirnya. Laki-laki itu akan semakin gencar melawan arus yang sudah diterapkan oleh Jaehyun. Dan Eunbi sungguh payah, "aku tidak mau Jungkook tersakiti." Hatinya tiba-tiba goyah. Suaranya itu mampu membuka mata Jungkook yang semula tertutup.

Retina laki-laki itu kelam, menatap Eunbi dengan sorot pandang tenang. Perlahan ia membawa pigura manis milik gadis itu agar mendarat di bibirnya.

Eunbi tak menolak, dia hanya menerima ketika Jungkook perlahan semakin dalam menghisap bibirnya. Meski sekalipun ia kehabisan oksigen, dia tak memberontak.

Jungkook menjauh. "Ada apa? Apa ada yang sakit?" Pasalnya Eunbi kini lemas.

Tapi lagi-lagi gadis itu menggeleng. "Tidak, lanjutkan saja."

"Tidak, aku---."

"Mau." Percepatan bibir Eunbi menyambar ranum Jungkook tak bisa dielak. Dengan pasrah laki-laki itu menuruti kemauan gadis yang sekarang merangkak pelan keatas tubuhnya.

Apa kali ini Eunbi ku benar-benar sudah dewasa? Pikir Jungkook.

Gadis itu tersenyum, lalu menegakkan badannya. Masih duduk apik di atas perut Jungkook. "Ayo main."

"Main?" Otak laki-laki itu jadi membayangkan sesuatu. Mainan yang bergairah mungkin.

"Siapa yang kalah harus rela dinaiki seperti kuda."

VOLIMTE ♣ The Golden PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang