BAB 4.3

3.2K 135 0
                                    

Awasss typo!!


"Damn" umpat Bryan ketika Angel ataupun Aurora keluar dari ruangan nya. Memijit pelipisnya, Bryan menghempaskan tubuhnya ke sofa yang ada didalam ruangan nya.

"Aku akan menghancurkan mu wanita jalang" gumam Bryan, lalu merogoh kantong celana nya mengambil iPhone nya.
"Kemana Aurora pergi?" tanya Bryan tanpa basa basi pada seorang diseberang sana. Dia harus tau kemana Aurora pergi, dia tau Aurora tidak akan menuruti perkataan nya begitu saja. Karna itu Aurora. Dan Aurora akan selalu membuat onar ketika hatinya diselimuti amarah.
"Nona ke apartemen Tuan, bersama Nona Rossie dan Tuan Andrew" jelas orang itu, membuat Bryan menghela nafas lega. Bahwa Aurora tidak sedang berbuat onar. Atau belum?

"Awasi terus Nona mu Rudolf" perintah Bryan pada Rudolf. Ya orang yang di telfon Bryan tak lain dan tak bukan adalah Rudolf. Orang kepercayaan nya yang juga merangkap sebagai supir pribadi Angel dan Aurora.
"Baik Tuan" tanpa mengutamakan sopan santun Bryan langsung mematikan sambungan telfon nya ketika sudah mendapatkan jawaban dari Rudolf. Well, Bryan boss disini.

"Tidak biasanya Dia kabur ke apartemen" gumam Bryan, merasa heran dengan perilaku Aurora. Karna biasanya entah itu Angel ataupun Aurora saat sedang marah, keduanya akan kabur ke rumah Rossie atau Andrew. Bukan ke apartemen. Itu adalah apartemen milik Bryan, yang sudah lama tidak Bryan singgahi karna memang dia tinggal dirumah utama. Dan apartemen itu hanya akan Bryan kunjungi ketika dia di haruskan lembur dikantor, karna jarak apartemen itu ke kantor tidak terlalu jauh.

"Kali ini apa lagi yang akan kau perbuat sayang" tanya Bryan pada dirinya sendiri.

•••••

Praannggg....

Suara pecahan piring terdengar dari arah dapur.
"Apa kau akan membanting semua benda yang ada di dalam apartemen ini Rora?" Andrew dengan santai bertanya sambil menggonta ganti channel televisi yang ada di depan nya. Tak terpengaruh sama sekali dengan apa yang sedang di lakukan Aurora.
"Ya, dan jika perlu aku akan membakar apartemen ini" jawaban kelewat santai Aurora sontak membuat Rossie yang duduk disamping Andrew dengan ponsel berada di tanganya, memutar bola mata jengah.

Praannggg!!!!

Kali ini suara yang ditumbulkan oleh Aurora lebih besar. Membuat Rossie dan Andrew menghampiri Aurora yang berada di ruang makan.
Rossie dan Andrew menggelengkan kepalanya bersamaan, melihat hasil dari perbuatan Aurora. Piring, gelas, bahkan botol wine koleksi milik Bryan sudah hancur berserakan di lantai. Siapa saja yang melihatnya tidak akan percaya bahwa yang melakukan nya adalah orang waras. Well, siapa yang akan dengan sengaja menghancur kan wine dengan harga fantastis dan rasa yang membuat siapapun orang yang membeli nya tidak akan menyesal mengeluarkan uangnya dengan jumlah yang tidak sedikit itu.

"Kau gila??" Andrew dan Rossie berseru bersamaan melihat kondisi dapur.
"Kau memecahkan semua wine langka itu Rora?" Andrew tidak menyangka jika Aurora akan melakukan ini. Yang benar saja, dari pada wine mahal dan langka itu di hancurkan dengan tidak manusiawi lebih baik di berikan padanya kan? Andrew jelas akan dengan senang hati menerimanya.

"Kau bisa melihatnya sendiri Andrew" jawab Aurora dengan santai. Melangkah keluar area dapur, meninggalkan Rossie dan Andrew yang terdiam. Menatap satu sama lain.
"Setelah dapur hancur, dia akan menghancurkan apa lagi?" tanya Andrew pada Rossie yang hanya di balas dengan gelengan kepala oleh Rossie. Lalu mereka berdua menyusul Aurora. Ingin tau, kali ini area mana yang akan di hancurkan oleh Aurora.

Praanggg !!!

Kali ini lampu tidur di kamar Bryan yang juga merangkap sebagai kamarnya hancur. Aurora dengan santainya melemparkan lampu tidur itu kelantai. Tidak sampai disitu, kaca beserta meja rias milik nya juga Ia hancurkan. Kali ini Aurora benar benar marah. Sangat marah.

"Berhenti Rora" pinta Rossie yang berdiri diambang pintu kamar Bryan dan Angel juga Aurora. Andrew berada tepat di belakangnya. Tidak berniat masuk, karna melihat pecahan kaca di mana mana. Untung Aurora masih memakai heelsnya, karna jika tidak sudah pasti akan ada banyak darah yang berceceran dari kaki Aurora didalam apartemen ini. Dan dia juga Andrew pasti akan kena amukan Bryan karna membiarkan Angel ataupun Aurora terluka andai saja kaki Aurora terluka terkene pecahan kaca.

Andrew merangsek maju masuk ke kamar Bryan, memegang lengan Aurora lalu menggiringnya keluar dari kamar itu. Membawa Aurora menuju ruang tamu. Satu satunya tempat yang masih bersih dan aman, karna belum terkena amukan Aurora. Rossie mengekor di belakang kedua sahabatnya itu.

Mereka bertiga menduduk kan diri di ruang tamu dengan Aurora berada ditengah kedua sahabatnya.
"Minum" perintah Andrew pada Aurora, sambil memberikan sebotol air mineral yang tadi dia beli disupermarket sebelum menuju ke apartemen ini. Berharap Aurora akan tenang setelah meminum sebotol air. Dan Aurora menerima botol itu.

"Rileks Ra" kata Rossie sambil mengelus pundak sahabatnya dengan lembut, memberikan ketenangan pada Aurora.
"Habis ini kita pulang, oke" mendengar perkataan Andrew, Aurora lantas mengangguk.

Setelah beberapa menit menunggu dan di rasa Aurora sudah tenang, Andrew lantas berdiri sambil menarik sebelah tangan aurora agar ikut berdiri. Lalu ketiga orang itu melangkah menuju pintu keluar apartemen itu.

"Sebentar" ucap Aurora tepat ketika tangan Andrew hendak membuka pintu apartemen. Andrew lantas menoleh kebelakang di mana Aurora dan Rossie berada. Mengerutkan kening dan melemparkan tatapan bertanya nya pada Aurora.
"Apa lagi Rora" tanya Rossie gemas melihat kelakuan Aurora.
"Kalian tunggu sini" setelah mengatakan itu Aurora lalu pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

Aurora memasuki kamarnya yang juga kamar Bryan. Seperti kapal pecah, batin Aurora.
Aurora melangkah mendekati jendela kamar itu, mengambil korek api dari dalam tas nya, menyalakanya lalu membakar pucuk gorden itu. Aurora tersenyum sinis. Lalu Dia melangkah pergi, meninggalkan kamar itu. Yang mulai mengeluarkan asap. Menghampiri kedua sahabatnya, untuk pulang kerumah masing masing. Rasanya Aurora tidak sabar melihat reaksi Bryan.


•••••

Aurora sampai dirumah setengah jam kemudian karna tadi harus mengantar Rossie yang merengek untuk di antarkan karna sedang tidak membawa mobil sendiri dan malas naik taksi.
Aurora memasuki rumah nya dengan bersiul santai. Siapapun tau bahwa Aurora sedang dalam mood yang bagus.

Siulan nya berhenti ketika tiba di ruang tamu di lihatnya Bryan menatapnya dengan tatapan dingin dan menusuk masih dengan setelan kantornya. Aurora tersenyum mengetahui apa yang membuat Bryan menatapnya seperti itu.

Melangkah mendekati Bryan yang duduk dengan tenang.
"Ada apa Ian?" tanya Aurora dengan tatapan polos nya. Membuat Bryan mendengus kasar. Lalu berdiri didepan Aurora dan mensejajarkan dirinya dengan Aurora.
"Demi Tuhan sayang, haruskah kau membakar apartemen ku?" tanya Bryan. Luntur sudah tatapan dingin dan menusuknya. Yang ada hanya wajah frustasi nya.

Aurora terkekeh pelan melihat wajah frustasi Bryan. Aurora dengan santai nya mengalungkan kedua tangan nya dileher Bryan, mengecup beberapa kali bibir penuh milik Bryan, membuat pemiliknya memejamkan mata. Terhanyut.
"Kamu tau kamu berurusan sama siapa Ian" jawab Aurora lalu melepaskan kalungan tangan nya di leher Bryan lalu melangkah pergi menuju kamarnya. Meninggalkan Bryan yang hanya diam melihat kepergian Aurora.







TBC

Angela Aurora [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang