PART 14

97.6K 1.9K 122
                                    

Cean POV
Setelah mengambil ponsel dan mencari kontak Sarah, akupun segera menelponnya.
Tuut... tuuut
Please buruan angkat dong Sar, gumamku gelisah.
"Sup Cean?" Setelah mendengar beberapa kali nada tunggu, akhirnya Sarah mengangkat teleponnya.
"Can you please come to my house right now? I will tell you something" Ucapku to the point.
"Lo ga kenapa2 kan?"
"Just come here right now"
"Okay. I will be there in 20 mins"
"Thank you Sarah." Aku menutup sambungan teleponku dengan Sarah dan bergegas memakai baju.

Saat ini pukul 17:00, berarti kira-kirah Sarah akan tiba pukul 17:20. Semoga Aufar belum datang saat Sarah tiba disini.

20 mins later
Tok tok tok
"Non Cean, ini ada temennya dateng" Ucap  Mba Mudah, asisten rumah tangga Om Gavin.
Akupun segera turun dari kasur dan membuka pintu.
"Sini Sar masuk" Aku menggandengnya dan menutup pintu kamar.
"Ce, lo ga kenapa-napa kan? Lo sehat kan? Tapi kok lo keliatan bingung gitu?" Belum sempat aku mulai cerita, Sarah telah melontarkan banyak pertanyaan.
"Ceritanya panjang Sar, but I will tell you everything"
Aku menghirup nafas panjang, lalu memulai ceritaku. Mulai dari Om Gavin, Aufar, dan perbuatan apa saja yang telah mereka lakukan padaku. Juga alasan mengapa aku tetap disini walaupun seringkali merasa tidak nyaman.

"Oh my God! I-i cant believe it.." Sarah akhirnya bersuara setelah beberapa kali mencoba menyela ceritaku —karena ia terlalu tidak peraya.
"But I tell you the truth. Ngapain gue ngarang cerita gituan coba?"
"Iya gue percaya sama lo kok. Gue cuma... ga nyangka aja gitu. Had sex with your uncle, seriously?!"
"Sssst! Jangan kenceng-kenceng. Cuma lo doang yang tau hal ini Sar" Ucapku sambil menatapnya serius.
"Ooops, sorry babe" jawabnya sambil menjulurkan lidah.
"So, apa yang bakal lo lakuin? Lo yakin bakal ngadu sama Om Gavin?" Tanyanya.
"Nah itu yang gue masih bingung Sar. Gue pingin banget bilang ke Om Gavin, ya secara cuma dia satu-satunya keluarga gue gitu loh. Tapi gue ngerasa munafik kalo ngadu ke dia, karena gue bahkan udah had sex sama dia, yang mana itu lebih dari perlakuan kurangajar  Aufar ke gue" Ucapku tertunduk.
"Hmm... kalo menurut gue, mending lo tetep bilang deh ke Om Gavin. Itu ngga munafik, Cean. Karena waktu lo berhubungan sama dia, itukan sama sekali gaada paksaan, dan lo-nya juga fine-fine aja with that, right?" Sarah lalu berpindah posisi menjadi disampingku dan merangkul pundakku.
Obrolan kami belum selesai saat tiba-tiba...
"Hai Ce-, eh lo temennya Cean ya?" Aufar membuka pintu kamarku tanpa mengetuk terlebih dahulu.
Sarah menatapku dengan tatapan, is that Aufar?
Aku mengangguk, mengiyakan pertanyaan tersiratnya.
Aku tidak menyangka, Sarah langsung berdiri dan berjalan menghampiri Aufar!
What the F are you doing?! Ucapku dalam hati.
"Halo, kenalin, Gue Sarah temen sekelasnya Cean" Ucap Sarah sambil menjulurkan tangannya.
"Hai Sarah, gue Aufar" merekapun berjabat tangan.
"Eh gue udah beliin makan malem nih, kita makan bareng ya girls . Gue tunggu dibawah"
Setalah memastikan Aufar sudah berada cukup jauh dari kamarku, Sarah langsung heboh.
"OH MY GOD CEAN. HE IS SO COOL! And he is my typical boyfriend, definitely!" Sarah memegang kedua pundakku sambil tertawa bahagia, terlihat jelas ketertarikannya dengan Aufar.
"Well, if you like him, lo pacarin aja sana gih" Aku menatapnya sembari memaksakan tersenyum. Jika memang Sarah menyukainya, tak apa. Toh mungkin setelah mereka berpacaran, Aufar tidak lagi menggangguku. Tapi, bukankah aku telah menceritakan semua perbuatan kurangajar Aufar padanya? Hmm, bukannya merasa jijik, ia malah tertarik.
"Ga nyesel gue dateng ke rumah lo hihi"
"Yaudah sekarang kita makan yuk Sar, laper gue" akupun segera berjalan keluar kamar dan menuruni tangga bersama Sarah.

Sesampainya di meja makan, makanan telah tersedia. Aufar juga sudah duduk manis menunggu kami. Sarah segera duduk mengambil posisi tepat di seberang Aufar. Aku duduk di sebelah Sarah.
Kami bertigapun makan diselingi obrolan-obrolan ringan —lebih tepatnya, obrolan antara Sarah dan Aufar. Aku masih jijik mengingat kejadian sore hari tadi, jadi aku memutuskan untuk berbicara seperlunya saja.

"Udah Ce, biar gue aja yang cuci piringnya" ucap Sarah ketika aku hendak mengambil piring-piring kotor bekas makan malam kami.
"Gausah Sar, ada Mba Mudah kok. Gue cuma mau taruh piringnya di tempat cuci aja" jawabku.
"Ih jangan gitu ah. Kan gue tamu disini, masa numpang makan doang. Udah pokoknya lo sekarang naik aja, biar gue yang beresin meja makan" Sarah lalu menatapku sambil tersenyum.
"Uhm.. okay then. Thanks Sarah" aku kemudian berjalan menuju kamarku.
Sesampainya di kamar, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur, tak lama setelah itu akupun tertidur.

Setelah kurang lebih satu jam tertidur, akupun terbangun. Jam dinding menunjukkan pukul 20:30.
Aneh, mengapa Sarah belum juga kembali? Selama itukah ia mencuci piring? Tanyaku dalam hati.
Akupun memutuskan untuk turun mencari Sarah.
Namun, sesampainya di meja makan, aku melihat sesuatu yang mengejutkan. ..
Sarah duduk diatas meja dapur, melebarkan kedua kakinya, dan tepat dihadapannya... Aufar!

Aku mundur perlahan, namun masih dapat melihat mereka dua memuaskan nafsu birahinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mundur perlahan, namun masih dapat melihat mereka dua memuaskan nafsu birahinya.
Sarah terlihat keenakan sambil sesekali mendesah, begitupula dengan Aufar.
Setelah mematung sesaat, aku memutuskan untuk kembali ke kamarku. Tentunya perlahan, agar mereka tidak mengetahuinya.

Sesampainya di kamar, aku memutuskan untuk tidur. Hari yang aneh, pikirku.
Pertama, aku 'dilecehkan' oleh Aufar, orang yang baru beberapa hari kukenal.
Kedua, aku menceritakan semuanya pada Sarah.
Dan kemudian, baru saja aku melihat mereka sedang.. ugh, you know what I mean.
Tak lama setelahnya, akupun tertidur.

***
Maaf ya baru update sekarang hehehe darikemarin ga mood ngetik:(
350 votes dulu baru lanjuttt

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang