8

1.1K 192 11
                                    


M a t e

Setelah selesai dengan kebutuhan kami, taehyung segera kembali, karena memang sekarang situasi sedang tidak berjalan baik. Ia seorang pemimpin, alpha yang kucintai mengharuskan taehyung kembali kekawanan yang berada dihutan, bertarung untuk melindungi kami, entah apa sebenarnya yang sedang ia lawan. 

Aku berjalan dengan perasaan yang berbunga-bunga, langkah kaki yang—kurasa seperti tubuh bunga dari jejak kaki. Sepertinya ide untuk 'melakukannya dimanapun' menjadi tantangan baru, tapi tidak untuk di depan umum, akan sangat memalukan.

Aku yakin sekali jika rona wajahku sekarang persis semerah tomat atau leci yang sudah dimaniskan, serta kilatan mata yang akan nampak sebening kilau lautan. Leo menghampiriku dengan khawatir, aku menepuk pucuk kepalanya, aku sampai lupa jika ada leo tadi. 

Kukatakan jika aku baik-baik saja, karena dari raut mukanya terlihat sangat khwatir, maafkan kakak leo. Dan ia tersenyum, terima kasih leo karena mau tersenyum seperti itu, kau menghangatkan hati—meskipun taehyung tetap yang pertama.

Kulirik kembali tempat terakhir jungkook, ia sudah menghilang. "Kemana paman jungkook?"

"Sepertinya paman kembali kekawanan, mereka bilang jika malam ini akan berburu besar-besaran." Kuangguki ucapannya, lalu kami kembali kerutinitas untuk mencabut kentang serta tanaman lainnya. 

Malam hari datang dengan hembusan angin yang begitu kencang, seperti badai akan datang. Penduduk beramai-ramai menyiapkan diri, mungkin saja desa akan hancur, aku harap tidak. Dan disinilah aku, sendirian menatap angin yang berhembus kencang, angin yang seperti menari sesuka hati.

Langit tak memiliki teman, mungkin langit akan kesepian, karena bintang tidak menemaninya menerangi bumi. Begitupula denganku, Satu jam terlewat dengan angin yang semakin mengencang. kututup jendela bambu atau seperti dari jerami ini dengan menopang kuat pada kayu. 

Tidak ada sinar apapun, tapi jangan lupakan jika warewolf memiliki pengelihatan yang super meskipun dalam gelap gulita. Namun berbeda denganku yang tidak pernah merasakannya, butuh banyak proses serta penyesuaian.

Tapi.. tidak masalah. Karena aku bisa merasakan kehangatan, mataku belum sempurna, namuan aku yakin jika itu perlahan akan sempurna seperti yang lainnya. Kuputuskan untuk tidur, mungkin...esok hari akan ada taehyung yang tidur disampingku, aku berharap banyak terhadap itu. Dan aku begitu menantikannya, padahal kami baru saja bertemu.

Belum lama aku memejam mata, seseorang memanggil dengan keras. Sepertinya belum lama-karena aku rasa begitu.

"Bibi lisa! Bangunlah! Bibi!" Ah, seperti suara anak kecil. "Bibi ayolah!"

Aku merasakan jika tubuhku berat, dan akhirnya membuka mata. Begitu terkejut karena didalam gubuk ini begitu banyak orang, dan aku semakin terkejut saat leo... sudah tiada dihadapanku dengan luka sobek diseluruh tubuh.

"Le-o? Tidak...leo? Leo!"

Tubuhnya sudah lemas, dengan wajah yang memucat. "Kumohon bangunlah leo! Bangunlah! Apa yang terjadi denganmu?" Seseorang menepuk pundak, dan aku meliriknya dengan mata yang penuh tangisan.

"Tabahlah lisa."

Aku tersenyum gentir, bagaimana bisa aku tabah saat anak kecil yang selalu bersamaku kini terbujur kaku? Lukanya begitu parah, sebenarnya apa yang baru saja terjadi. Padahal, sepertinya saat aku memandang langit dan baru saja memejamkan mata, tidak ada yag terjadi.

 "Apa yang terjadi dengan leo!" 

Sebisa mungkin aku mengontrol diri, namun yang ada adalah tangisan. Seorang bocah perempuan menghampiriku, dia yang membangunkanku, gadis kecil ini lalu mengelus wajah—tepatnya membersihkan air mataku. Lalu ia duduk bersimpuh.

M a t e [Lisa+Taehyung] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang