M a t e
Malam kedatanganku begitu buruk, aku memang diterima disini, namun mereka seperti menjauhkan aku dari taehyung—apa mereka sadar jika sudah menjauhkan dua hati? Banyak hal yang awalnya terasa hangat tapi berubah dengan cepat, layaknya manusia, bukankah hubungan semacam itu sering terjadi.
Seolah-olah mereka melarang aku bertemu separuh tubuhku, belahan jiwa yang berbagi rasa sakit dan bahagia. Aku merindukannya, merindukan bagaimana ia bersamaku, didalamku dan bibir manisnya mengatakan jika ia mencintaiku. Hanya ada kami berdua untuk menghabiskan waktu bersama.
Mungkin dulu aku adalah wanita yang malang, diculik lalu diperjual belikan, seperti tidak ada harga. Benar jika dunia belum bisa seimbang, dimana kaum pria harusnya memperlakukan wanita sebaik mungkin. Manusia saja membedakan, lalu bagaimana dengan kasta werewolf atau yang lainnya? Sungguh kejam yang terjadi, tidak ada tolerir saat kesalahan ataupun takdir yang buruk menghadirimu.
Kau harus menerimanya.
"Aku merindukanmu Kim."
"Hee... kakak merindukan aku?" Aku melirik seorang bocah—uhm mungkin umurnya masih lima tahunan. Bola matanya begitu besar, berwarna coklat terang yang bisa memantulkan dirimu saat masuk dalam perangkap matanya.
"Tentu saja aku merindukan pimpinan kalian, Ahh—kakak lupa jika marga semuanya kim. Baiklah aku merindukanmu Leo."
Leo, bocah yang selalu menemaniku. Ia anak baik, prilakunya juga santun. Memiliki bulu berwarna emas, aku begitu menyukai anak ini, lalu tanganku akan bergerak dengan sendirinya untuk mengelus rambut leo. Karena mengingatkan aku pada taehyung, sosok kecil yang tangguh serta ada berberapa kemiripan yang dimiliki leo-pada taehyung.
Leo terus saja menatapku, "Apa yang kau lihat leo?" Ia sedikit terkejut, lalu terkikik dengan mata yang menyipit. "Kakak begitu cantik, bulu kakak juga berwarna putih salju—ha! sebentar lagi salju, ayo kita bergegas panen kak!"
Aku tersenyum, selalu saja tersenyum jika ini menyangkut leo, ia begitu pandai menghantarkan suasana musim semi, ceria bak sinar dipagi hari. "Baiklah, baiklah! Ayo bekerja keras untuk musim salju leo~" Mengucapkannya memang mudah, tapi prakteknya sulit sekali. Karena memang aku tidak pernah melakukan ini sebelunya—ah tidak! Dulu bersama taehyung aku pernah berburu untuk musim dingin, ah aku mengingatnya lagi.
Aku tinggal dunia yang sudah modern, bukan seperti saat ini, begitu ketingalan jaman. Bahkan ponselku tidak memiliki sinyal didalam hutan, aku harus mencharge dengan berlari berkilo-kilo meter hanya untuk itu. Ditengah kamajuan dunia, ada sesuatu yang tidak ingin terbawa arus.
Lokasinya memang tidak jauh—maaf maksudnya sangat jauh, disana saat kau sudah berlari jauh akan menemukan kedai dengan aliran listrik. Aku selalu mengabadikan setiap moment, mungkin penyimpanannya akan segera penuh. Saat asik mencabut kentang dari tanah, aku melihat jungkook yang duduk.
Serius sekali menatap kearahku, lantas saja aku mengalihkan pandangan. Tidak mau menimbulkan sebuah gosip, jika kau berani berbicaralah didepan lawanmu, jangan membuat suara yang samar dibelakang hanya untuk terlihat baik. Leo memanggilku berkali-kali, dan aku baru saja sadar.
"Kakak?"
"Hah? Ya? kenapa leo?"
"Kakak salah memasukan kentang ketempat pembuangan."
Aku melirik pekerjaanku, dan benar saja, kenapa bisa seceroboh ini. Leo sudah terkikik ditempatnya, aku menepuk kening. Niatku ingin memisahkan kentang tadi, tapi aku yakin jika bayangan yang baru saja berlalu adalah taehyung, suamiku.
"Kakak! Kakak mau kemana kak?!"
"Sebentar saja!"
"Kakak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
M a t e [Lisa+Taehyung] END
Hombres LoboCara Tuhan mempersatukan kita dengan berbagai cobaan, tapi aku akan selalu mengingat setiap perlakuan manis mu.