Minuman itu. Setiap hari ia meminumnya, kemudian ia akan menghilang. Menghilang dan menghilang. Tidak ada yang pernah tahu ia ada di mana, kecuali aku. Aku terlalu memahaminya, sampai-sampai aku dapat menebak jalan pikirannya. Aku terlalu memahaminya.
Aku sudah tidak tahu lagi apakah aku sudah bosan mengasihani atau aku memang tidak pernah merasa kasihan kepadanya. Aku menganggap aku sudah pernah merasakannya, minuman itu. Nyatanya tidak, aku tidak pernah turut merasakannya. Setiap kali aku meminta, ia akan memberiku sebuah gelas kosong atau sebuah gelas berlubang; sama saja, aku tak pernah merasakannya barang sekali. Ia tak pernah mengizinkanku meminum setetespun, tapi ia membiarkanku melihatnya menenggak minuman itu setiap hari. Apakah dia berpikir aku ini manusia tanpa hati?
Sejak dulu ia hanya mau menikmati minuman itu sendiri, kemudian mabuk dan menghilang dan seterusnya berulang. Aku tidak tahu bagaimana caranya aku bisa sampai kepadanya dan memahami jalan pikirannya dan meminta merasakan minuman itu dan selalu diberi gelas kosong atau berlubang dan seterusnya berulang.
Ia memerangkapku di dalam labirin. Atau bisa saja aku yang memerangkap diriku sendiri. Atau sebenarnya tidak ada yang terperangkap hanya saja aku merasa terperangkap. Atau memang sebenarnya aku terperangkap namun mengetahui jalan keluar tetapi tidak ingin keluar. Atau ia mau menuntunku keluar tetapi aku memberinya sebuah gelas kosong atau gelas berlubang. Atau kami berdua sama-sama terperangkap di labirin ini dan ada seseorang di luar sana yang memerhatikan kami. Atau...
Hari ini, ia akan memberiku gelas kosong atau gelas berlubang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Derai Kata
Poetryadalah apa yang tak dapat kusiratkan dalam ucapan. Bagaimana jika kata terus menghujanimu sedang tak satupun derainya mampu kau tampung maknanya?