rs2

117 13 3
                                    

"Lo nggak makan?" tanya akbar kepada aya untuk memecah kan kecanggungan di antara mereka.
"Udah tadi" jawab aya.

Tiba tiba ponsel akbar berbunyi menandakan ada panggilan telepon dari seseorang untuk akbar. "Hape akbar bunyi tuh" ucap aya dengan menunjuk jari telunjuk nya ke arah kantong akbar.

Akbar membalas nya dengan menganggukan kepala nya. Saat melihat siapa sang penelpon akbar langsung melirik aya. Aya binggung dan menarik alis kanan nya sebagai tanda tak mengerti makhsud akbar. Saat aya mengintip siapa sang penelpon hati nya merasa sakit, perih. Sebangsa sakit dan perih lah yang ada di hati aya.

"Kalo lo nggak ngijinin, nggak bakal gue angkat" ucap akbar yang merasa perubahan raut wajah dari seorang ayana fadhilla.
"Udah angkat aja, siapa tau penting" jawab aya. Justru di dalam hati nya sangat berbanding terbalik dengan ucapan nya baru saja.

Akbar menurut saja tanpa mengetahui isi hati aya. Ia langsung menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.

"Kenapa?" tanya akbar sedikit malas. Tapi kenapa nada nya seperti manja dan sangat lembut? Aya sungguh iri.

"Kamu dimana?"
"Rumah sakit"
"Aku kesana"
"Hm, hatu hati "

Deg

Aya sudah tau kebenaran nya jika akbar tidak mengizin kan lisa ke kini lisa akan membongkar kan rahasia di antara mereka pada malam itu. Tapi hati yang sakit tetap lah hati yang sakit.Rasa nya lebih dari rasa sakit ketika di cambuk 1000 kali. Bahkan jika aya bisa memilih, ia lebih memilih di cambuk 1000 kali daripada mengetahui kebenaran yang menyakitkan.

Tut

Akbar memutuskan telepon sepihak. "Lisa mau kesini ya?" tanya aya lemas.
"Hm" jawab akbar dingin.

Jika seperti ini siapa yang salah? Aya, lisa, akbar, atau? Laskar?

Tak butuh beberapa menit lisa sudah sampai di ruangan mawar nomor 02 dimana akbar di rawat. Hati aya akan semakin sakit jika melihat lisa.

"Akbar, aya pulang ya. Kan udah ada yang jagain akbar" ucap aya tertunduk tanpa melihat akbar maupun lisa.
"Sama?" tanya akbar
"Kak laskar" jawab aya berbohong tentu nya. Ia ingin membuat akbar merasakan apa yang aya rasakan, ya meskipun dengan kebohongan. Ini bukan bentuk balas dendam melainkan bentuk menyadarkan apakah yang di lakukan akbar itu benar atau salah.

"Gue tau lo boong" jawab akbar dengan menatap tajam mata aya yang sedang menatap arah bawah.
"Iya" balas aya.

"Lo bisa minggir nggak? Gue mau nyuapin akbar dulu. Lo emang nggak pernah becus buat ngurus apa apa" ucap lisa seraya menyengol sedikit kasar tubuh aya.
"Kayak lo becus aja. Kalo lo becus mana mungkin lo baru dateng?" jawab aya mengejek. Tentu nya aya yang datang lebih dulu karena aya yang membuat akbar seperti ini, mengejar nya di tengah guyuran hujan deras.

Hanya beberapa kata, lisa sudah termakan oleh omongan aya. Lisa mengangkat tangan kanan nya dan bersiap untuk menampar aya. Tetapi tangan nya di cengkal oleh akbar.

"Kenapa? Mau belain dia?!" bentak lisa.
"Jangan ngotor ngotorin tangan lo cuman buat nampar dia" jawab akbar.

Deg

Hati aya seperti terasa di tusuk 100 samurai sekarang. Mata nya sudah pedas, buliran cairan bening membentak ingin keluar. Ia masih saja menundukkan kepala nya.

"Lo bener juga" jawab lisa dengan senyuman smrik nya.
"Karena tangan lo udah kotor, jadi jangan nambah nambahin kotor tangan lo. Soal nya ntar kalo cuci tangan pake sabun mana aja tangan lo tetep kotor." balas akbar yang membuat kepala aya mendongak.

Akbar langsung meraih tangan aya dan mengeggam nya erat. "Kasih tau ke aya sekarang apa yang lo lakuin ke gue pas malem itu. Dan kelakuan busuk lo nggak bakal ngerusak hubungan kita, bitch" tambah akbar.

"Udah pergi sana! Tangan lo bau sperma." balas aya mulai berani. Karena dengan genggaman akbar itu bisa memberi tambahan energi untuk aya.

"Shit, tunggu pembalasan ku. Sayang" balas lisa dengan nada sinis dan menutup pintu kamar akbar dengan keras.

Akbar tersenyum kepada aya. Aya pun juga begitu membalas senyuman akbat dengan senyuman terbaik nya.

Cup

Akbar mencium bibir aya dengan sangat spontan. Membuat badan aya bergetar hebat. Ini memang bukan kali pertama akbar memcium bibir nya, tetapi ntah kenapa ia merasakan kehangatan dari bibir akbar. Seperti bibir akbar memberika kehangatan untuk aya, dorongan untuk aya.

"Kok cium aya sih!" teriak aya nyaring untuk menutupi kebaperan nya. Mengapa aya berani berteriak? Karena ruangan akbar adalah ruangan kedap suara. Membuat orang yang berada di luar tidak bisa mendengarkan apa yang terjadi di dalam ruangan.

"Lo ngomong jorok!" jawab akbar ketus langsung menjitak kepala aya.
"Emang aya ngomong apa?!" balas aya tak terima. Dan ia menghapus sedikit jarak di antara mereka.
"Sperma" jawab akbar. Akbar yang tidak mau kalah pun juga menambah penghapusan jarak di antara mereka.

Sebenar nya aya menyesal melakukan ini, tetapi ia tidak boleh kalah dalam hal ini.

Cup

Aya mencium bibir akbar. "Tuh kan ngomong jorok" ucap aya dengan tersenyum menahan tawa melihat pipi akbar bersemu merah. Ia kira hanya perempuan yang mengalami hal tersebut, ternyata laki laki juga.

"Lo pernah denger cerita nggak kalo bibir seorang cewe pernah mendadak monyong karena berani mencium cowok penuh nafsu?" ucap akbar memajukkan kepala nya agar menghapus kembali jarak di antara mereka.

"Iya, itu akan terjadi kan. Cewe nya aya, cowo nya akbar. Bibir aya bakal monyong soal nya akbar lagi banyak nafsu trus nyerbu bibir aya" jawab aya kesal dan memundur kan kepala nya dan menetralkan jantung nya.

"Gue mau tanya" ucap akbar.
"Apa?"
"Pilih tangan apa sabun?"
"Pertanyaan nggak mutu. Kembaliin beberapa detik aya karena nyesel tanya 'apa?' "

Akbar terkekeh, "jawab bege"
"Tangan deh" ngarang aja siapa tau dapet harta karun.

"Plis, buat gue klimaks. Gue lagi nafsu nih! Ntar kan lo liat harta karun terbaik setelah lo buka resrtling ini" jawab akbar dengan menunjukkan pusakan nya dari luar.
"Jorokk!! Aya pulang nih ya!! Udah plis sana pesen cewek yang biasnya akbar pesen. Aya udah biasa aja kok, nggak sakit hati lagi." teriak aya dan menutupi wajah nya.

Akbar melihat aya seperti anak kecil tertawa sangat keras, ia hampir saja tidak bisa mengontrol tawa pecah nya.

"Ntar kan kalo udah nikah lo liat juga" balas akbar enteng.
"Iya punya suami aya" jawab aya malas dengan topik pembicaraan.

"Dan itu gue. Latian aja deh, liat dulu. Ntar nagih loh. Masa kalah sama temen lo. Temen lo aja udah ngerasain" goda akbar. Tentu nya akbar membohongi aya. Ia dengan jalang nya hanya sebatas memangku atau sebatas meraba.

"Iya, kalo gituan mah aya kalah." balas aya langsung mengeras kan volume tv agar tidak bisa mengengar ucapan akbar dengan topik yang menurut nya menjijikan.

FlashbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang