14 Februari 2005, Seoul.
Hari yang cukup indah dibulan Februari ini. Sehingga seorang namja saat ini sedang berjalan dibawah naungan langit yang bersih. Senyum tak lepas dari bibirnya.
Ia memutuskan untuk duduk ditaman yang tak jauh dari rumahnya, namja itu semakin merekatkan jaket tebalnya saat angin dingin kembali menyapanya.
Hiruk pikuk Seoul ditengah hari ini, cukup membuatnya sedikit melunturkan senyuman yang tadi ada dibibirnya.
Ketika salju kembali turun, ia kembali tersenyum. Jika kalian lihat, begitu mudahnya ia memunculkan senyuman manis itu kembali.
Tapi tak semudah kehidupannya.
Jung Hoseok, namja berumur 10 tahun yang tinggal menghitung hari untuk menuju angka 11nya. Namja itu, yang saat ini tanpa sadar berjalan mendekati ayunan yang sedikit tertutup oleh salju. Matanya terpejam saat menduduki ayunan dingin itu.
Pikirannya selalu melayang, entah berlabuh dimana nantinya. Yang ia tau, sekarang ia sedang tersenyum.
Jung Hoseok membuka pandangannya, saat tangan hangat memegang tangan dingin yang bertengger pada pegangan ayunan itu. Senyumannya hilang. Senyum hangat itu benar benar hilang. Digantikan dengan pandangan datar.
"Kenapa lama sekali sih? Kau ingin membuatku beku disini?"
"Hehe, tidak Hyung... Tadi aku disuruh Appa menemaninya untuk memberi makan ikan di aquarium"
"Hah. Alasan"
"Ish... Benar Hyung"
"Ya sudah"
Perdebatan dua namja kecil itu sangat lucu, namja yang lebih tua memulai dan mengakhiri. Namja yang lebih muda, berusaha menjelaskan lalu tersenyum lebar saat sang lebih tua mengalah.
"Jadi mau apa kau?" Yang lebih tua kembali memulai.
"Tidak... Hanya ingin mengajakmu bermain saja Hyung.. apa tak boleh?"
Melihat mata yang sedikit berkaca kaca, yang lebih tua menjadi tak tega. "Huh, baiklah... Jangan menangis, dasar cengeng"
"Yak Hyung!"
Begitulah kedua bocah ini. Perdebatan kecil yang menggemaskan, dan berakhir dengan pelukan hangat. Tentu saja dengan si yang lebih tua mengalah.
Park Jimin, sang namja yang lebih muda. Namja yang manis, dengan pipi chubbynya yang mudah memerah. Dan jangan lupa dengan tubuhnya yang mungil itu. Namja kecil berumur 9 tahun.
Hoseok yang terus mengoceh, dan Jimin yang senang menanggapi. Sangat cocok mereka ini. Kedua bocah lelaki ini berjalan riang. Walaupun salju berturunan, itu tak menghambat mereka untuk bermain.
Hoseok menghentikan langkah kecilnya, lalu menoleh kepada Jimin yang mulai kedinginan.
"Aigoo, Jiminnie tak boleh kedinginan" Hoseok membenarkan jaket hitam tebal milik Jimin, lalu memakaikan Jimin topi jaket itu.
Jimin tersenyum senang, "Cha! Apakah masih dingin? Ingin memakai jaketku juga? Aku tak apa.." Hoseok hendak membuka jaket tebalnya, tapi Jimin menahannya.
"Tidak! Kau juga tak boleh kedinginan Hyung! Bagaimana jika kau sakit? Nanti tak ada teman bermain lagi"
"Hahaha... Baiklah.. ya sudah, mari kita pulang saja. Nanti kita bisa tertanam didalam salju salju ini.."
Jimin terkekeh, lalu menarik tangan Hoseok untuk kembali pulang kerumah mereka masing masing.
*****
"Dah!!! Hyung!! Besok main lagi ya!"
"Ok! Dahh!!"
*
*
*
*
*
*
*
*
Kedua namja kecil yang polos, belum mengerti apa itu takdir dan masa depan. Biarkan mereka mengetahui disuatu hari nanti.
"Kau tau Hyung? Aku menyayangimu"
*****
TBC
Flashback dulu lah~~
Annyeong~
KAMU SEDANG MEMBACA
How about me? -Jihope-
Fanfiction"Bagaimana denganku Hyung?" "Maafkan aku Jimin-ah.." "Kenapa kau pergi begitu cepat? Hyung.. Aku menyayangimu" "Nado Jimin-ah.. Selamat tinggal" Hari yang cerah, mendadak menghilang. Ketika, sang matahari ikut pergi. Meninggalkan rasa sakit dan p...