15 Februari 2005, Seoul.
Jimin dan Hoseok itu bertetanggaan, hanya ada dua rumah yang memisahkan rumah keduanya.
Jika tidak, mereka berdua tak akan ada yang pernah bisa untuk memisahkan. Bahkan takdir dan maut sekalipun.
Bahkan Jimin pernah bilang pada sang Appa, agar ia dibelikan rumah sendiri dan tempatnya harus ada dihalaman rumah Hoseok. Pada saat itu sang Appa hanya tertawa gemas mendengar permintaan konyol anaknya.
Pagi pagi Jimin sudah terus terusan memencet bel rumah Hoseok. Suara langkah kaki yang terdengar dari dalam rumah, membuat Jimin sedikit menjauh dari hadapan pintu.
"Ada apa pagi pagi buta sudah kesini huh?" Sang kakak Hoseok. Jung Jiwoo berumur 15 tahun.
Jimin tersenyum, membuat matanya membentuk garis. "Hehe, Noona~ apa kabar?"
"Tck, apa maumu?" Ugh. Galak sekali, pikir Jimin.
"Tidak.. hehe, apakah Hoseok Hyung ada?"
"Oh dia sedang sarapan"
"Um.. Noona, bolehkah aku masuk? Diluar dingin.. hehe"
"Uh, maafkan aku.. masuklah"
Jimin tersenyum, lalu masuk kedalam rumah keluarga Jung. Mata Jimin terus mencari Hyung tersayangnya. Saat mata itu menemukan yang dicari,
"HOSEOK HYUNG!!!" Teriaknya.
"PARK JIMIIIINNN!!!" Dibalas.
Ketiga orang lainnya hanya menatap mereka penuh. Dan tersenyum.
"Ayo ayo.. kemari, duduklah. Dan sarapan" ujar Hoseok.
Jimin menggeleng, lalu tersenyum tipis. "Tidak usah Hyung, tadi aku sudah sarapan.. hehe, maaf ya.."
Hoseok mengangguk, lalu kembali melahap sarapannya yang sempat tertunda beberapa menit lalu.
"Jimin... Sekarang kita mau kemana?" Tanya Hoseok saat sudah ada diruang tamu.
"Um... Kita main kerumahnya Jungkook.. eotte?"
Hoseok mengangguk antusias. Lalu memanggil sang Eomma, untuk berpamitan.
"Oke! Kajja!!" Seru Hoseok, lalu keluar dari rumahnya diikuti Jimin.
*****
"Jungkook-ah!!" Teriak keduanya saat sudah didepan pintu rumah Jungkook.
"Yaish! Kemana bocah kelinci itu?" Gerutu Hoseok.
Sama halnya dengan Jimin tadi. Hoseok memencet bel rumah Jungkook terus menerus. Sambil meneriaki nama Jungkook.
Beberapa menit kemudian setelah acara-teriak teriakkan memanggil Jungkook-nya itu. Suara gerutuan dari dalam rumah terdengar, lalu muncul lah seonggok manusia yang sepertinya baru bangun tidur.
"Mau apa kalian berdua para Hyungdeul?"
"Hehe.. aniyeo.. um hanya ingin bermain bersamamu" ujar Hoseok tersenyum lebar.
"Hah.. ya sudah masuklah"
Jimin dan Hoseok pun masuk kedalam rumah milik Jungkook. Rumahnya sangat sepi, kemana kedua orang tuanya?
"Orang tuaku sedang ke Busan.." seakan akan bisa membaca pikiran Jimin dan Hoseok, Jungkook telah menjelaskannya begitu saja.
"Oooohhh..." Ucap keduanya serempak, sedangkan Jungkook hanya menggedikan bahunya.
Jeon Jungkook, bocah berumur 7 tahun ini. Namja kecil yang sangat tampan, dan juga mandiri untuk diumurnya yang masih muda. Jungkook bocah kelahiran Busan yang pindah ke Seoul. Dan menjadi sahabat Jimin juga Hoseok semenjak 3 tahun yang lalu.
"Hyungdeul.. aku mandi dulu ya.. kalian tunggu saja disini" ujar Jungkook.
"Oke" jawab Jimin.
Hoseok dan Jimin duduk diatas sofa yang ada diruang tamu. Menatap televisi yang tak menampilkan siaran apapun. Keduanya bergeming, sibuk dengan pikiran masing masing.
"Hyung.." panggil Jimin lirih yang memecahkan keheningan. Hoseok menoleh.
"Aku akan pergi.." sambung Jimin. Hoseok membulatkan matanya.
"Huh? Pergi? Pergi kemana?"
"Pergi... Sangaaaattt jauh"
"Tidak boleh! Kau tak boleh pergi!!" Hoseok berteriak lalu berdiri dari duduknya.
"Maafkan aku Hyung... Aku akan kembali----"
Hoseok meneteskan air matanya--
*
*
*
*
*
*
*
*
"----kumohon berjanjilah padaku, jangan pernah melupakan aku. Hyung.."
--lalu menggeleng cepat, dan tersenyum kecut. Mungkin, hanya hal kecil yang kalian pikirkan. Pergi, dan berjanji untuk tak melupakan. Tapi, ini hal yang berbeda. Sebuah ikatan kuat, yang kini harus terputus. Entah sampai kapan.
"Aku tak bisa berjanji Park. Aku tak bisa. Kau tak tau, apa yang akan terjadi padaku kedepannya. Jadi, jangan melarangku untuk tidak melupakanmu"
"Hyung---"
"Ada apa dengan kalian?"
*****
"Kau tau? Rasa sakit ini sudah ada didalam tubuhku Jim, dan akan selalu begitu"
*****
TBC
Hehehew. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
How about me? -Jihope-
Fiksi Penggemar"Bagaimana denganku Hyung?" "Maafkan aku Jimin-ah.." "Kenapa kau pergi begitu cepat? Hyung.. Aku menyayangimu" "Nado Jimin-ah.. Selamat tinggal" Hari yang cerah, mendadak menghilang. Ketika, sang matahari ikut pergi. Meninggalkan rasa sakit dan p...