18 Februari 2010, Seoul
Guyuran hujan itu masih setia membasahi Seoul. Membuat banyak orang tak ingin keluar dari dalam rumah mereka masing masing. Tapi ada juga yang tetap melakukan aktivitasnya, yang seakan tak peduli.
Sama halnya seperti orang yang tak peduli, namja ini sedang menutup matanya dan berdiam diri ditaman tanpa ada penghalang apapun yang menghindarinya dari air hujan.
Seharusnya, sekarang ia sedang dirumah bersama orang yang sayang dan mencintainya sambil memakan sup rumput laut.
Sayangnya, ia tak memiliki itu.
Jung Hoseok, ya. Hari ini hari ulang tahunnya. Ulang tahun yang berbeda dari siapapun. Ulang tahun yang tak seindah orang lain.
Jung Hoseok, namja yang sedang menunggu seseorang yang mungkin akan menghadirkan kebahagiaannya kembali. Setelah hampir 5 jam ia berdiri ditaman yang tak jauh dari rumahnya. Tak ada siapapun.
"Hiks.. kumohon, kembali lah.."
"Hyung.." Hoseok menoleh, tanpa khawatir akan ketahuan bahwa ia sedang menangis sekarang.
"Eoh Kook? Sedang apa kau? Kenapa kemari?" Hoseok tersenyum
"Hyung, seharusnya aku yang bertanya seperti itu! Kumohon Hyung, jangan seperti ini. Dia takkan kembali" Jungkook mendekat kearah Hoseok, dengan payung biru kelam yang ada ditangan kirinya.
"Tidak Kook.. dia pasti akan kembali! Dia pasti kembali.. hiks. DIA AKAN KEMBALI JEON JUNGKOOK!!!" Hoseok berteriak frustasi, membuat Jungkook sedikit memundurkan langkahnya.
"Hyung.." Hoseok tertegun, lalu menatap Jungkook khawatir.
"M-maafkan aku.."
"Tak apa.. Ayo pulang Hyung" Jungkook kembali mendekat kepada Hoseok.
Hoseok menatap langit yang kelam, dan air air hujan yang terus jatuh.
"Cepat kembali.." Hoseok bergumam dengan senyuman tulusnya.
"Hah.. ayo Kook" Hoseok mengambil alih payung biru kelam itu dari tangan Jungkook. Dan berjalan pulang.
*****
Jungkook masih terlalu dini untuk menanggung beban ini. Tapi, jika ada yang bertanya. Mengapa ia sebegitu kuat nya menjalani hidupnya? Ia pasti menjawab.
Karena aku tak ingin kehilangan orang yang kusayangi untuk yang ketiga kalinya.
Bocah berumur 13 tahun. Bocah yang masih harus menikmati masa masa remaja dengan teman temannya. Tapi, bagi seorang Jeon Jungkook. Itu tidak penting.
Hoseok Hyung lebih penting.
Terkadang Jungkook berpikir, untuk tidak terlalu egois pada diri dan hatinya sendiri. Tapi apa yang ia dapatkan? Hanya sebuah fakta yang membuatnya kembali bungkam. Bungkam atas segalanya.
Rasanya ia ingin menangis saja, bagaimana bisa takdir sejahat ini padanya?
Tapi ia tak bisa menunjukkan kehancurannya didepan Hoseok. Sudah cukup, ia melihat Hoseok hancur berkali kali. Ia tak mau lagi.
Jungkook sering kali merutuki dirinya sendiri. Karena ia telah memberi luka baru untuk Hoseok. Bahwa Park Jimin pernah ada didalam hidupnya.
Kecelakaan yang membuat memori ingatan Hoseok harus hancur itu terjadi 3 tahun yang lalu. Dan Jungkook membantu Hoseok untuk mengingat segalanya.
Jungkook pikir ia mengingatkan Park Jimin pada Hoseok dapat membuatnya kembali mengingat segalanya. Tapi tidak, ternyata Jungkook semakin sakit saat melihat Hoseok Hyungnya terus menunggu Jimin selama 2 tahun ini.
Ya.. walaupun Jungkook tau, bahwa Hoseok akan kembali lupa seiring berjalannya waktu. Karena ingatan Hoseok belum benar benar sembuh.
Mengingat hal itu, kemana orang tua mereka? Oh, pertanyaan yang sangat sensitive untuk mereka berdua. Orang tua keduanya telah meninggalkan dunia. 4 tahun yang lalu. Karena pesawat yang mereka tumpangi jatuh dari ketinggian 46.000 kaki. Dengan tujuan Cina-Seoul.
Jungkook terkadang ingin menyerah pada hidup, karena ia sering merasa bahwa dia hanya berjuang sendiri. Tapi Jungkook kembali berpikir. Ia tidak bisa. Apapun masalah yang sedang Jungkook hadapi, ia tak bisa menunjukkannya dihadapan Hoseok.
Terlalu sering ia melihat Hoseok kehilangan senyumnya. Jungkook pernah berpikir, ia harus menjadi sesuatu yang dapat membuat Hoseok tersenyum. Tak peduli apapun itu. Entah mencoret wajahnya dengan spidol, entah melakukan hal hal yang lucu. Tapi Hoseok tak pernah tersenyum. Pernah Hoseok tersenyum. Tapi Jungkook tau, itu bukan senyuman tulus Jung Hoseok.
*****
"Hyung" Jungkook terkejut saat Hoseok tiba tiba menepuk bahunya.
"Kau kaget Kook?" Tanya Hoseok geli.
"Hm? Tidak. Hehehe"
Lagi. Mereka diselimuti oleh keheningan. Apa ini?
"Hyung, kuharap dan kumohon padamu.. jangan menunggu dia yang tidak pasti Hyung.." Jungkook membuka suaranya dan menatap tepat dimanik kelam milik Hoseok.
"Tidak Kook.." Lirih Hoseok
"Jangan menambah luka lagi Hyung.." Jungkook meremat bahu Hoseok kuat.
Hoseok tersenyum miring, "Kau yang membuat luka Kook. Aku hanya ingin luka ku tak semakin menjadi, dengan cara. Dia yang mengobatinya"
"Tapi Hyung di---"
Hoseok berdiri dan berjalan kearah kamarnya, "Pulanglah.."
Jungkook menatap nanar punggung Hoseok yang telah hilang dibalik pintu kamarnya.
"Selamat ulang tahun Hyung. Ketahuilah, bahwa aku akan tetap ada disampingmu" Jungkook langsung meninggalkan rumah Hoseok setelah mengucapkan hal tersebut.
"Terimakasih Kook. Aku tau itu.."
*****
"Kumohon, tetap disini. Dan tatap mataku, jangan kembali membuat luka baru. Ketahuilah itu menyakitiku."
*****
TBC~
Telat update lagi... Huft:(
Mianhaeee...
Sekian ya, btw.. see ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
How about me? -Jihope-
Fanfiction"Bagaimana denganku Hyung?" "Maafkan aku Jimin-ah.." "Kenapa kau pergi begitu cepat? Hyung.. Aku menyayangimu" "Nado Jimin-ah.. Selamat tinggal" Hari yang cerah, mendadak menghilang. Ketika, sang matahari ikut pergi. Meninggalkan rasa sakit dan p...