07: Tamu Lama

511 124 138
                                    

"Jihoon! Lu sengaja ya mau ngeracunin mereka berdua dari coklat yang lu kasih ya!?" pekik Guanlin spontan ketika Jihoon tiba.

"APA!?" sahut Jihoon kaget. "Maksud lu apaan!?" tanya Jihoon merasa tidak terima dengan tuduhan yang di lemparkan Guanlin.

"Udah lah lu ngaku aja Hoon! Lu mau ngeracunin Sungwoon dan Woojin gara-gara kejadian di dapur tadi!" kata Guanlin sambil menunjuk Jihoon yang tengah di pegangi oleh Daehwi yang takut jika Jihoon bertindak lebih.

Jihoon mengerutkan dahi nya—marah. Dia menatap Guanlin tajam. "Lu jangan asal tuduh gitu Lin! Gua daritadi di kamar sama Daehwi! Lagian gua gak ngasih kalian makanan juga!" jelas Jihoon yang di hadiahi senyuman tipis dari Guanlin dan Jinyoung.

Jinyoung berdiri. "Terus yang ngasih kita coklat tadi siapa? SETAN, gitu?" cicit Jinyoung dengan sedikit berteriak. Daniel sampai menoleh kaget, dia menarik lengan Jinyoung menjauhkan nya dari Jihoon tetapi lelaki itu menepis tangan Daniel.

Daniel menarik lengan Jinyoung kembali. "Jinyoung. Jinyoung udah jangan emosi kita bisa tanya baik-baik." kata Daniel sambil menatap kedua mata milik Jinyoung yang sudah memerah. Daniel berusaha menenangkan Jinyoung ya setidaknya keadaan sedikit lebih baik.

"Yang di katakan Jihoon benar gais, dia tadi sama gua di kamar kok." tambah Daehwi juga, meyakinkan mereka.

Tetapi yang lain tidak menggubris perkataan Daehwi. Mereka lebih memilih untuk mengobati Sungwoon dan Woojin yang kesakitan.

Jihoon menghela nafas panjang lalu mengacak rambut nya kasar melihat kenapa keadaan menjadi seperti ini.

"Masih sakit gak?" tanya Minhyun pada Woojin. Woojin mengangguk. "Masih, tapi gak sesakit tadi." jawab Woojin pelan.

Jisung melirik Minhyun. "Kayaknya kita bawa ke dokter aja Hyun untuk lebih jelas nya, gimana?" kata Jisung menyarankan. Lelaki itu sekarang sedang sangat cemas dan kebingungan.

"Yaudah bawa sekarang aja Hyung ntar makin parah." kata Jinyoung setuju.

"Okey, gua ambil kunci mobil di kamar dulu, tunggu." ujar Daniel langsung. Dia berlari menuju kamar nya dengan cepat. Tidak butuh waktu lama Daniel pun kembali dengan membawa kunci mobil nya.

"Guanlin, bantu Woojin berdiri cepet." pinta Jisung. Guanlin segera membantu lelaki berkulit agak gelap itu berdiri.

Woojin meringis kesakitan ketika berdiri. "Lu sih Jin, jadi orang rakus banget sampe keracunan gini!" cibir Guanlin. Jika Woojin sedang baik-baik saja, mungkin kepala Guanlin sudah pindah ke kaki saat ini.

Jisung dan Jinyoung tampak kesusahan membantu Sungwoon berdiri. Jihoon berniat untuk membantu nya tetapi dengan cepat Jinyoung cegah.

"Gak usah! Kita gak perlu bantuan lu!" sarkas Jinyoung tajam. Jihoon menghentikan langkah nya, dia terdiam mendengar cibiran pedas Jinyoung. Perkataan itu sangat menusuk hati nya, kenapa orang di rumah ini sangat membenci nya?

Jihoon berdiri di ambang pintu—menatap teman-teman nya tengah sibuk membantu Sungwoon dan Woojin. Daehwi menyentuh bahu Jihoon membuat lelaki itu menoleh perlahan.

Daehwi bisa merasakan kesedihan Jihoon melalu tatapan mata nya.

"Hoon gua tau ini gak bener." ucap Daehwi, dia mempercayai Jihoon.

Jihoon menghela nafas panjang lalu dia menundukkan kepala sejenak. "Kedatangan gua kesini memang kesalahan terbesar Wi, gua tau." ujar lelaki itu. "Seharusnya gua gak kesini lagi." lanjut Jihoon

"Enggak Hoon. Kedatangan lu bisa buat kita semua tau kebenaran nya—"

"—suatu hari nanti." sambung Daehwi dengan senyuman kecil di bibir nya.

[2] ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang