*Part 1*

8.7K 331 10
                                    

Dengggggg denggggg
Suara mesin kapal begitu nyaring terdengar di telingaku, berpadu dengan suara air laut yang tersapu oleh kapal.

Aku mengibas-ngibaskan tanganku tepat di depan wajahku. Hawa panas mulai menjalari seluruh tubuhku. Aku mencari sesuatu yang bisa ku jadikan kipas. Beruntung aku menemukan selembar koran di lantai bus.

Aku melirik jam di tanganku, sudah menunjukkan pukul 23.45 malam. Aku mencoba memejamkan mata.

"Nak" aku merasakan sebuah sentuhan lembut di bahuku. Aku membuka mata. Nenek Aminah berdiri di sampingku. "Bisa antar nenek ke wc" tanpa banyak bicara aku menuntun nenek Aminah menuju wc ke kapal yang berada di lantai 1.

"Hati-hati nek" ucapku. Suara air laut makin nyaring terdengar. Aku tak berani melihat ke bawah.

Sambil menunggu nenek Aminah, aku menepi di pinggir kapal sekedar melihat pemandangan yang sepenuhnya gelap. Hanya bintang di langit yang dapat terlihat.

Aku mulai berimajinasi yang sedikit ngawur. Bagaimana jika ada kantin di tengah laut atau ada polisi lalu lintas laut.

"Sendirian saja dek?" Sapa seorang pria. Aku menengok dan ia tersenyum ramah. Pria itu mengenakan kaos oblong berwarna hitam, celana pendek dan berambut cepak.

"Aku?" Tanyaku memastikan apa benar ia berbicara padaku. Ia mengangguk. "Iya" balasku.

"Adek darimana dan mau kemana?"

"Dari kota hujan mau ke kota kembang"

"Oh begitu. Kebetulan aku juga tugas di kota kembang"

Aku melihat nenek Aminah telah keluar dari wc, aku menghampirinya dan kembali menuntunnya menuruni anak tangga.

" loh dek, kok turun. Tidur di mobil yah? Kenapa tidak di atas sini saja. Di mobil pasti panas" ucap pria tersebut

"Saya gak tega ninggalin nenek di mobil berdua dengan saudaranya yang buta" aku memberi penjelasan. Pria itu hanya terdiam sampai seorang perempuan menghampirinya.
"Mari pak, aku duluan yah" ucapku sesaat sebelum turun.

Tliiinnggggg
Sebuah pesan membuyarkan lamunanku. Rupanya aku melamun sedari tadi.
Entah kenapa aku teringat dengan kejadian di kapal motor 4 tahun lalu.

Oh iya perkenalkan, namaku Fidelya Cliantha aimee biasa di panggil Delya . Aku telah menyelesaikan kuliahku di jurusan arsitektur dan sekarang aku menyandang gelar S.Ars.

Kejadian itu 4 tahun yang lalu saat aku dan teman seangkatanku baru saja menyelesaikan studi kuliah lapangan (SKL) di kota Jakarta dan Bali. Namun sepulang SKL, aku memutuskan untuk mengunjungi keluarga yang berada di kota hujan.
Setelah 2 minggu berlalu di kampung halaman, aku memutuskan untuk kembali ke daerah tempat tinggalku sekarang, kota Kembang menggunakan jalur darat dan laut. Namun waktu itu ketika berada di atas kapal motor, aku memilih untuk tetap berada di atas bus. Bukan karena aku tak mendapat tempat di atas kapal, tapi ada 2 orang nenek yang menjadi alasanku untuk tetap tinggal di dalam bus walaupun begitu panas.
Aku tak tega meninggalkan kedua nenek tersebut. Nenek pertama bernama Samsia berumur sekitar 60 tahun, tapi beliau tak dapat melihat. Nenek kedua bernama Aminah berumur 70 tahun. Aku tak habis pikir, kenapa keluarganya membiarkan mereka berangkat berdua tanpa seseorang yang mendampingi. Melihat kedua nenek tersebut, aku teringat dengan mendiang nenekku yang telah lama meninggal.

Aku menggelengkan kepala, menghilangkan ingatan tentang kejadian 3 tahun lalu tersebut.

Aku berjalan meninggalkan lokasi proyek pembangunan perumahan tempatku bekerja saat ini, mengawasi pengerjaan proyek tersebut. Tak terasa sudah hampir selesai. Pengerjaannya sudah sampai pada tahap pemasangan kerangka dan kuda-kuda pada atapnya.

LOVE IS LORENG ( LIL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang