*part 10*

2K 129 38
                                    

"Cup." Tanpa kuduga dan ku sangka, mas Ray membungkam bibirku dengan ciumannya.

Ini ciuman pertama kami setelah menikah. Apa aku sedang bermimpi?

Teryata aku tak bermimpi, mas Ray benar-benar menciumku, yah, walaupun hanya sepersekian detik, tapi ciuman itu sedikit membuatku syok. Apakah itu pertanda bahwa dia sudah bisa menerimaku sebagai istrinya?

Setelah ciuman barusan, mas Ray langsung pergi tanpa berkata apapun ataupun menatapku. Sementara aku? Aku masih terpaku di tempatku, menatap punggungnya yang semakin menjauh. Dia begitu pintar memainkan perasaanku, membawaku di awan lalu di hempas ke bumi.

Aku menghempaskan tubuhku di sofa, berusaha mencerna baik-baik maksud ciuman mas Ray tadi.

Tling
Sebuah pesan dari mas Ray.

'kamu tak usah berpikir yang macam-macam. Aku mencium kamu barusan agar kamu tak banyak bicara dan tidak pergi. Karena kalau kamu pergi dari rumah dengan keadaan seperti itu, otomatis semua orang akan curiga dan aku tak mau nama baikku rusak gara-gara kepergianmu'

Aku terhenyak membaca pesan mas Ray, ternyata dugaanku benar. Aku tak sanggup lagi bertahan dengan keadaan yang seperti ini. Di sini, di rumah ini. Aku hanya di anggap patung oleh mas Ray. Keberadaanku sama sekali tak di anggap olehnya. Apa aku terlalu buruk?

Tapi setelah aku pikir-pikir. Mungkin ini salahku juga, dari awal aku sudah tau bahwa mas Ray tidak mencintaiku. Mas Ray bukanlah aku yang bisa membuka hati dengan orang yang baru aku kenal.

Yah, Sejak aku memutuskan menerima pinangan kedua orang tua mas Ray. Sejak saat itu pula, aku belajar membuka hati untuk mas Ray. Lelaki yang menjadi suamiku. 

Tling
Sebuah pesan masuk dari nomor tak di kenal.

'Del, aku kangen kamu. Bisa gak, kita ketemu hari ini? By Wira.'

Deggg, mau apalagi dia? Atau jangan- jangan hanya orang iseng.

Aku mengabaikan pesan tersebut, aku tak mau berurusan dengan masa lalu lagi. Terlebih masa lalu yang sudah menyakiti hatiku. Hatiku tak punya ruang lagi buat orang yang telah memilih pergi dari hidupku.

"Assalamu Alaikum!" Sebuah suara yang tak asing terdengar dari depan pintu.

"Wa'alaikum salam." Aku bergegas membuka pintu. Baru saja membuka pintu, Aku kembali ingin menutupnya. Aku tak ingin bertemu dengan orang ini, dengan Wira. Mengapa dia terlalu nekat ke rumah ini.

"Del, tunggu!"

"Maaf, om. Tapi kita gak ada urusan, sebaiknya om pergi sebelum ada yang melihat.  Aku tak mau orang-orang salah paham pada kita."

Aku menutup pintu dengan cukup keras lalu menguncinya. Aku tak mau jika ada orang yang melihat kami atau mas Ray bisa salah paham.
Ah, Tapi mas Ray sendiri tak peduli denganku.

Aku mengintip lewat celah tirai jendela, ku lihat Wira sudah bergegas pergi. Sedikit perasaan bersalah kurasakan, aku terlalu jahat sampai tak mengijinkan Wira berbicara apapun.

Tling
Pesan dari Wira

'Del, kalau kamu masih peduli padaku. Ku harap kamu datang di taman tempat kita biasa bertemu. Aku benar-benar butuh kamu saat ini'

Ada apa ini? Kenapa Wira begitu ngotot ingin bertemu denganku. Tidak biasanya dia seperti ini.
Aku harus bagaimana?

***

Aku melirik kanan kiri memastikan tak ada orang yang mengenaliku disini.
Aku akhirnya datang menemui Wira di taman tempat kami sering bertemu dahulu, tentu saja aku harus berbohong pada mas Ray. Aku mengatakan jika aku ingin bertemu teman lama dan dia meng-iyakan tanpa banyak tanya.
Sudah ku duga, mas Ray tidak akan bertanya banyak padaku, dia tak tertarik dengan hal yang berkaitan denganku.







#Bersambung
Maaf jika reader menunggu begitu lama.
Akun ini tiba2 tidak bisa di akses oleh saya (i dunno why)
Untuk part 10 maaf jika hanya beberapa bait. Setelah ini, author akan kembali aktif lagi, kok!

Big thanks buat reader yg masih setia menunggu & membaca karyaku.
Kiss hugs from author ☺️☺️☺️

LOVE IS LORENG ( LIL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang