*Part 2 *

5.3K 312 8
                                    

Aku tak tau harus merasa sedih atau bahagia. Hari ini adikku satu-satunya telah resmi di persunting oleh kekasihnya dan telah Sah menjadi istri. Hari ini hari bahagianya, namun air matanya selalu membasahi pipinya jika di hadapanku. Ia menikah tanpa di dampingi kedua orang tua kami. Hanya ada paman, adik dari mama yang menjadi wali nikah.

Aku menatap boneka kecil yang bertuliskan nama kedua mempelai.

Fiona clasthy alice
&
Briptu Fandy tjakra natanegoro

Nama mereka menyatu dengan indah, mereka pun tampak serasi dan bahagia. Aku tau Fiona hanya berusaha menutupi kesedihannya. Ujiannya cukup berat. Di hari bahagianya ibu mertuanya tak hadir. Yang hadir hanya ayah mertua beserta ipar-iparnya. Sebelumnya Fiona bercerita padaku kalau ibu suaminya tak merestui pernikahan mereka karena menurutnya kami tak sederajat dengan mereka yang kaya raya sedangkan kami hanya yatim piatu yang tak punya apa-apa.

"Yank kok kamu duduk sendiri disini?" Kurasa tangan Wira menyentuh pundakku. Ia ikut duduk di dekatku.
Aku hanya tersenyum simpul tanpa menjawab pertanyaannya. Aku tau Wira tau kegundahan hatiku, Wira dan suami Fiona adalah kerabat dekat.

"Kamu udah makan?" Wira mengangguk.

Aku menunduk lesu. Ada satu ketakutan di hatiku. Aku takut jika keluarga Wira pun menolakku nantinya. Itu artinya aku harus siap melepas Wira bersama orang lain.

"Hey kamu kenapa?" Wira mengangkat daguku.

"Aku hanya memikirkan Fiona."

"Fiona akan baik-baik saja sayang" Wira tersenyum " aku tau, kamu pasti memikirkan hubungan kita kan? Kita akan baik-baik saja kok" Wira melabuhkanku di pelukannya.

Entah kenapa aku merasa pelukan Wira ini seolah mengisyaratkan kalau kita akan berpisah. Aku menengadahkan wajahku untuk menatapnya. Dia tersenyum kepadaku dan mengelus pucuk kepalaku.

---

5 hari telah berlalu sejak pernikahan Fiona dan ia ikut bersama sang suami. Hari-hari ku jalani dengan sendiri di rumah. Sepi juga tanpa Fiona, tak ada teman ribut dan bertengkar.

Semenjak Fiona menikah, aku menghabiskan waktuku di lokasi proyek. Walaupun disana kebanyakan para pekerja tapi aku cukup terhibur karena ulah dari beberapa pekerja yang konyol.
Salah satunya adalah Arif, setiap hari dia selalu bercerita kepadaku tentang hubungannya dengan sang pacar.
Ceritanya yang paling ku ingat adalah ketika mengungkap perasaan kepada pacarnya dulu. Sebelum cintanya di terima, ia sempat menerima tamparan dari wanita itu. Bukan tanpa alasan. Kalau biasanya orang mengungkapkan perasaan menggunakan bunga, boneka atau coklat. Arif tidak, ia menggunakan bongkahan semen yang ia bentuk menjadi bentuk love dan ia mengukir nama sang wanita di tengahnya. Sang wanita yang salah paham mengira jika Arif memberinya sebuah batu nisan.

" aduh ibu Delya melamun lagi" aku berbalik, ternyata itu suara Arif. Ia berdiri tepat di sampingku sambil memegang sekop.

"Kamu Rif. Eh kamu mau cerita apalagi hari ini?" Tanpa di komando, Arif mengambil posisi di sampingku. Sepertinya dia akan memulai bercerita.

"Sepertinya hari ini aku libur cerita dulu bu. Aku ingin bertanya sama ibu sajalah"

"Tanya apa Rif?"

" Ibu kapan nikah? Buruan suruh abang Wira untuk melamar, kalau tidak pak Arlan yang akan maju. " mimik wajah Arif begitu serius.

LOVE IS LORENG ( LIL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang