Manuscript No. 1

437 41 0
                                    

Manuscript No.1: Aku Bertemu dengan senyumnya

Namanya Kim Taehyung, salah seorang supir bus tampak akrab dengan memanggilnya menggunakan nama itu. Aku tak mengenalnya, begitu pun dengannya yang sama sekali tak mengenalku. Namun aku terus memperhatikannya saat ia menunggu bus di halte sambil sesekali menyapa beberapa orang yang ada di sekitarnya. Senyum kotaknya membuatku merasakan sesuatu yang berbeda, seakan membangkitkan sebuah kenangan yang entah kapan adanya. Namun aku tahu, aku mengenalnya baru beberapa hari. Setiap pukul empat sore, aku akan menemukannya di halte di depan kantorku, menunggu bus nomor delapan yang sama denganku.

Wajah dengan rahang tegas itu tak lepas dari kepalaku. Mata hazel dengan atensi tajam, hidung mancung dengan kaca mata yang membingkai di atasnya, serta bibir tipis yang senantiasa memberikan senyum kotak pada orang lain. Hoodie berwarna gelap yang selalu ia kenakan dan tampilan kasual yang menampilkan jika ia adalah seorang anak laki-laki biasa di hadapan semua orang.

Dia Kim Taehyung, pria manis, si pemilik senyum kotak yang satu Minggu ini aku temui di halte bus. Pria yang tak pernah aku ajak bicara, namun senyumnya membuatku tahu, dia laki-laki yang hangat. Aku hanya menatapnya dari jauh, namun senyumnya membuat siapapun merasa dekat.

"Kim Taehyung, laki-laki yang mengganggu pikiranku dalam waktu satu Minggu ini."

___

Hari itu langit senantiasa menggelap, namun hujan tak kunjung turun. Asap rokok terus mengepul di hadapanku membuatku semakin merasa sesak menghadapi pria tua yang kala itu bergumam kesal di hadapanku, wajahnya mengeras menatapku tak terima. Apa lagi salahku? Kenapa aku harus berhadapan dengan klien seperti ini?

Beberapa kali aku melihat ke arah jam yang menggantung di dinding, tepat di sisi dinding atas pintu masuk. Pukul tiga, masih ada satu jam lagi sebelum jam kerjaku selesai. Atensiku beralih pada jendela yang sengaja aku buka agar asap rokok pria itu keluar dari ruangan, namun itu tak mengubah apapun, angin meniup asap itu lagi kedalam ruangan, membuatku harus mengibas-ngibaskan tanganku di depan wajah.

"Bagaimana jika aku membayar sepertiga? Ayolah, aku butuh pinjaman itu itu segera."

Aku menghela nafas jengah, pria di hadapanku tak akan pernah berhenti jika seperti ini. "Sekali lagi, maaf pak. Mobil anda sudah menunggak enam bulan, dan saat ini sudah masuk bulan baru, anda tak bisa menyalahi kesepakatan yang sudah dibuat oleh perusahaan begitu saja. Ketentuannya mobil kembali ditarik jika keterlambatan melebihi empat bulan, dan Anda sudah mendapatkan waktu tenggang satu bulan, dan Anda masih ingin menjadikan mobil itu jaminan untuk pinjaman bank? Itu hanya sia-sia, Pak. jadi maafkan saya, saya tak bisa bantu."

Pria itu menghela nafas berat lalu melempar puntung rokoknya ke lantai begitu saja, sedetik kemudian dia menginjaknya dengan kesal. Aku hanya memasang tampang datar seperti biasanya, setidaknya yang aku pelajari hal itu akan membuat seseorang merasa terintimidasi karena amarahnya sama sekali tak berpengaruh bagi lawan bicaranya.

Tak butuh waktu lama, mejaku berantakan dan pria itu menghilang dari pandangan setelah melampiaskan amarahnya dengan mengacak-acak meja kerjaku. Aku mendesah pasrah, menjadi seorang agen di sebuah perusahaan otomotif tak begitu mudah seperti yang diceritakan oleh Jinyoung, dua bulan yang lalu ia mengatakan jika bekerja di sebuah showroom sangat menyenangkan, namun ia tak menceritakan bagian buruknya yaitu tempat yang saat ini aku duduki, dimana kau harus bisa menghadapi beberapa kasus pada klien yang bermasalah dalam menghadapi tempo cicilan.

Satu jam berlalu, hujan akhirnya turun mengguyur ibu kota. Angin berhembus cukup kencang membuat baliho di tepi jalan terbang ke bahu jalanan. Aku duduk di halte bus merapatkan mantel sementara beberapa orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tak ada Kim Taehyung, padahal waktu sudah menunjukkan pukul empat sore lewat sepuluh menit. Apa hujan membuatnya terlambat untuk pulang?

Sore semakin menjelang, namun hujan masih setia menahanku sedikit lebih lama di halte itu bersama beberapa penumpang. Bus yang harusnya aku tumpangi hari itu yg tiba-tiba mengalami masalah di halte sebelumnya, membuat beberapa penumpang sedikit kecewa karena harus menahan hawa dingin dari hujan yang turun.

Ku raih payung biru langit yang sempat terjatuh di lantai lalu mendongak kala mendapati bangku yang kududuki sedikit bergoyang karena ditempati oleh seseorang. Aku mengerjapkan mata mendapati sosok yang Kunanti duduk di sana sambil menggosok-gosokan tangannya dan menggigil karena sebagian besar mantel yang ia kenakan basah oleh tetesan air. Surainya basah dan banyak menempel di pelipisnya, aku bisa memandang dengan jelas wajah hangatnya. Aku ingin menyapa, namun sedetik kemudian ia kembali berdiri bangkit dan menaiki bus yang datang.

"Dia...Kim Taehyung."

[]

KampanyeLFFL
:)
#SaveOurBias😘

The Last Manuscripts (Kim Taehyung Ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang