Manuscript no:9

67 15 0
                                    

Manuscript no.9
Dia dan hubungan yang rusak

Mentari bersinar tanpa malu-malu di atas sana. Kenzo, salah satu rekan kerjaku berjalan mondar-mandir sejak tadi dengan laporan-laporannya. Pria berdarah Jepang itu tampak sangat sibuk semenjak pukul sebelas. Sedangkan Yuri juga sibuk dengan ponselnya tanpa memperdulikan rekannya itu. Aku hanya duduk di hadapan Yuri sembari menikmati kopi yang aku beli beberapa menit yang lalu.

"Bagaimana liburanmu? Aku dengar kau akan ke Jeju untuk liburan." Tanyaku.

Yuri mendengus lalu meletakkan ponselnya di atas meja. "Menyebalkan. Kami tidak jadi ke sana karena beberapa hal. Tidak semudah itu bisa membawa si Direktur JH Group untuk berlibur beberapa hari. Hoseok terlalu sibuk untuk berlibur, aku sampai frustasi dengan kesibukannya." Yuri melirik ke arah lain sekilas lalu mencondongkan tubuhnya ke arahku lalu berbisik, "Hoseok berencana untuk melamarku."

"Benarkah?"

Yuri kembali menegakkan tubuhnya. "Ya. Dia pria yang manis." Ucapnya.

"Wah, bahagia sekali!"

"Tentu. Bagaimana denganmu? Pria itu bagaimana?" Yuri bertanya.

Yuri pernah melihatku berjalan bersama Taehyung beberapa kali. Aku juga pernah menceritakan kepada Yuri tentang Taehyung beberapa kali, meski tidak secara keseluruhan.

Aku mengangkat bahuku tanpa semangat. Aku belum bertemu dengannya beberapa hari ini. Semenjak kejadian bersama Jimin, aku sama sekali belum melihat keberadaannya, bahkan di halte bus sekali pun. Aku tak mencarinya lagi seperti yang aku lakukan sebelumnya. Di kampusnya, di halte, di kafe, semua tempat itu tak memberikan keterangan apapun tentang Taehyung padaku. Taehyung yang memintaku pergi tanpa memberi alasan apapun.

"Kau bertengkar dengannya?" Yuri bertanya lagi.

"Tidak bisa dikatakan begitu, tapi aku juga tidak memungkirinya. Dia memintaku pergi." Jawabku.

"Kenapa?"

"Hanya dia yang tahu. Tanpa alasan yang jelas. Aku sempat bingung apakah aku telah melakukan kesalahan yang besar."

"Bukankah kalian masih sebatas berteman?"

"Ya."

"Sedih sekali. Lalu? Kau mencarinya?"

"Awalnya iya. Tapi sekarang aku menyerah. Dia tidak ada di manapun. Dan hal lain juga menggangguku."

"Apa?"

"Tidak. Hanya masalah keluarga."

Masalah keluarga yang membuatku turut gila karenanya.

Aku teringat kembali bagaimana wajah Jinyoung saat itu. Aku masih bisa merasakan denyut jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku masih bisa merasakan bagaimana Jinyoung menyentuh wajahku dengan sentuhan asing dari seorang kakak. Aku masih bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku. Ah, aku bahkan masih merutuki diriku yang juga melakukan kesalahan yang sangat bodoh karena membalas perlakuannya. Gila. Gilanya diriku.

"Apa yang terjadi? Kau melamun?" Yuri menginterupsiku.

"Tidak. Aku akan kembali bekerja. Lanjutkan lagi pekerjaanmu." Aku bangkit dari kursi lalu berjalan pergi ke mejaku kembali.

Pikiranku tak membiarkan diriku bekerja dengan tenang. Bayangan wajah Jinyoung berputar-putar di kepalaku. Bagaimana jika Mama dan Ayah tahu tentang ini semua?

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Pukul empat sore aku menunggu bus di halte seperti biasa. Aku sesekali merapikan poniku yang diterbangkan oleh angin. Beberapa penumpang juga sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Dua orang anak kecil beberapa kali tampak bertengkar dan ditenangkan oleh ibu mereka. Mereka sangat manis. Aku teringat saat Jimin dan aku berebut mainan di sebuah taman bermain di dekat rumah lama kami, saat itu aku masih berumur lima atau enam tahun. Pada hari itu juga aku pernah melukai kepala Jimin hanya untuk mainanku yang direbut oleh Jimin kecil. Dan kala itu aku dan Jimin sama-sama menangis. Ah, kenangan yang sangat manis.

The Last Manuscripts (Kim Taehyung Ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang