E N A M

44 6 2
                                    

Ray membukakan pintu mobilnya dan aku langsung keluar dari dalam mobil.
Pagi ini, Ray mengajakku ke rumahnya. Melewati gerbang besar dan jalan halaman yang sangat luas dilengkapi pemandangan lapangan golf yang terlihat di belakang rumahnya.
Dengan genggaman tangan yang sebelumnya ku tolak karena malu dilihat banyak asisten rumah tangga yang menyambut, aku masuk bersamanya.

"Oh, nona Illevi.. lama tak jumpa." Sapa seorang asisten. Melihat dari pakaian yang dikenakannya, kurasa ia pemilik jabatan tertinggi diantara yang lainnya.

Melihatnya menyapaku, aku hanya bisa memperhatikannya meski aku sudah mencoba untuk tersenyum. Dan Ray langsung menarik tanganku untuk berjalan mengikutinya lagi.

Ray membuka pintu.
Ternyata ia mengajakku masuk kamarnya.

Ah.. mungkin kali ini aku merasa tidak asing, namun bagaimanapun aku masih tidak mengingatnya.

Ray duduk di ranjang king size nya, memandangiku yang menatap setiap sudut kamarnya begitu masuk.

"Kau sering mengajak perempuan-perempuan masuk kamar mu ya?" ucapku polos.
Ray langsung terjingkat. "Eh! Kau ini dasar," celetuknya seraya tertawa.

"Padahal aku bertanya serius.." lanjutku sembari menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Aku juga serius nona Illevi, you're the only one selain ibuku dulu" ia menatapku. Mencoba meyakinkan.

"Oh iya. Dulu.. kau sangat marah padaku saat aku memasang foto-foto di dinding yang kau belakangi." Ray menunjuk apa yang dimaksudnya dengan dagunya.
Aku langsung menoleh ke belakang.

Ah..

Itu semua fotoku dengan ukauran yang berbeda-beda. Mengapa dari semua sudut ruagan, aku tidak sadar dengan ini?

"Namun, kau membiarkannya setelah melihatku hanya cengegesan. Dan kau malah sering ke kemari untuk membersihkan kamarku ini."

. . .

Aku menggeleng pada Ray. Aku tidak ingat apapun...
"Oh. Baiklah, ayo ikut aku"

•••

Suasana sangat ramai. Baru saja datang kemari, aku sudah mendengar banyak teriakan orang orang yang menaiki wahana-wahana mengerikan.


"Hai, Vi. Ayoo!" Ray menarikku, mengajakku menaiki satu demi satu permainan.
Setelah melewati orang banyak, kami sampai di depan roller coaster.

"Dulu, kau yang memaksaku menaiki semua wahana saat aku masih punya phobia. Dan sekarang, kau yang aku paksa haha.." Ucap Ray sembari terus menarikku yang mencoba menolaknya. Aku tidak percaya jika aku pernah berani melakukan ini semuaa.. hiks

Dan perkataanya bukan main. Ia mengajakku mencoba semuanya. Begitu juga dengan rumah hantu. Kurasa itu yang paling ku benci.

Aku menghembuskan nafasku seberat mungkin. Kini kami duduk di kursi taman yang letaknya sedikit jauh dengan arena permainan.

Ray menghampiriku dengan segelas chamomile iced tea. Dengan segera aku langsung meminumnya.

Huahh.. semua permainan tadi membuatku tak berdaya.

"Kau tidak lelah?" tanyaku menawarkan tea yang ia berikan tadi.

"Ada yang kau ingat Vi?"

Hmm..

Aku menunduk dalam. Benar.. ia mengajakku kemari untuk mengingatkan aku.
Kutatap Ray kemudian menggeleng.

H I L A N GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang