Suasana sangat ramai. Banyak orang disini, mencari tempat dimana mereka akan duduk dan menonton theater dengan nyaman.
Ku ikuti Ray yang sedari tadi menggenggam tanganku. Ia Nampak memilih tempat terbaik untuk kami duduki, hingga akhirnya dia menemukan yang ia inginkan dan kembali menggandengku untuk duduk di sana.
Kulihat sekeliling, panggung masih gelap dengan tirai merah yang menutupinya.
Semua orang nampak tak sabar untuk menonton pertunjukan. Begitu juga dengan Ray."Kau suka theater?" tanyaku padanya. Ia tertegun mendengarku bertanya.
Ya, ini adalah kalimat pertama yang kuucapkan padanya.Lantas ia tersenyum, kini ia menarik nafas sembari menutup mata.
"Sebenarnya dulu aku tidak tertarik sama sekali dengan theater, namun seorang anak perempuan pernah mengajakku kesini untuk menghiburku setelah aku menangis akibat kabar kedua orangtuaku yang tewas pada peristiwa kecelakaan 15 tahun lalu. Ia sangat sedih melihat kondisiku saat itu, akhirnya ia mencoba membuatku kembali tersenyum dengan hal yang ia fikir juga membuatnya tersenyum. Ia selalu mengajakku masuk kedalam dunianya yang bahagia, tidak hanya memperkenalkannya saja.."Aku terdiam.
Mendengar ceritanya, dadaku kembali sesak. Isi kepalaku terhuyung, mengawang."Kami selalu melihat pertunjukan ini sebelum musim dingin tiba. Dan diakhir pekan sebelum musim dingin dia juga sering mengajakku menghabiskan waktu dan bermain musik bersama di rumah kaca ladang lavender sampai musim dingin tiba.."
Ray kembali menarik nafas,"Kau tahu? Aku sangat merindukannya.."
Deg
Ada apa denganku? Mengapa seluruh tubuhku bergetar mendengarnya?
Ku coba tatap wajahnya.
Kulihat matanya memerah. Ia termerenung, tetap menghadap ke depan dengan pengelihatan yang mengawang."Oh! Theaternya di mulai," serunya tiba tiba. Lantas, aku langsung menoleh ke panggung.
Benar, tirai merahnya terbuka dan kulihat beberapa orang mulai muncul dan menari-nari sebagai pembuka sembari menerterakan judul 'beauty and the beast' di sela tarinya.
Tanpa ku sadari, aku sudah tersenyum lebar.
Mereka sangat bagus saat menari. Semua tampak menakjubkan, pantomim hingga modern dance mereka kolabrasikan disini.
Kulihat Ray sesekali bertepuk tangan. Ia terlihat sangat menikmati pertunjukannya.Hmm.. kurasakan ada seluk beluk muncul dalam hatiku,
Benarkah aku pernah bertemu Ray sebelumnya?•••
Hujan kembali mengguyur jalanan seusai pertunjukan theater berakhir. Ku tatap satu-per-satu tetes air hujan yang tak terhingga dari dalam mobil.
Benar kata Ibu, ini memang musim pancaroba yang labil.
Kulihat Ray menyalakan musik dari radio.
Menyadari aku terus memandanginya, ia balas melihatku."Melihatmu menatapku begitu, aku jadi teringat dengan tujuan mengapa kau pergi bersamaku hari ini.."
Oh benar juga, aku juga hampir terlupa dengan baju hangat yang harus kubeli hari ini untuk persiapan musim dingin besok hari.
"Namun, karena hari ini kau pergi ke theater bersamaku secara gratis.. kau tahu sendiri kan, di zaman sekarang ini tidak ada yang gratis. Jadi, aku ingin kau menuruti permintaanku." Lanjut Ray.
"Permintaan?"
"Ya. Aku ingin aku yang memilih baju hangat persiapan musim dinginmu. Kau setuju?"
Mendengarnya berkata begitu, aku tersenyum kemudian mengangguk.Tanpa ku sadari, hatiku merasa nyaman pada setiap kata yang diucapkannya dan di setiap detik dia bersamaku.
Kulihat Ray tersenyum lebar, kemudian memutar kendalinya menuju tempat yang diinginkannya.
45 menit berlalu
Setelah berputar-putar akhirnya kami turun dari mobil dan masuk ke sebuah butik yang kurasa pemiliknya adalah desainer ternama. Dan sekarang, kulihat Ray menyibukkan diri untuk memilih baju hangat yang ia pilih untukku.
Diatas sofa yang kududuki, aku tertawa geli melihatnya bingung memilih model dan warna. Dia terus berjalan kesana kemari sampai akhirnya dia berhasil menemukan yang ia inginkan.
"Ini, kuingin kau mencobanya dulu." Ucapnya seraya menyodorkan winter coat berwarna nude cobalt blue. Aku pun mengangguk dan langsung menuju ruang ganti untuk mencobanya.
Aku terdiam setelah memakainya.
Sedari tadi ia mencari ini penuh semangat.
Namun.. mengapa aku sangat sedih begitu memakainya?Kuputuskan untuk keluar dari ruang ganti, dan kulihat Ray tersenyum bangga begitu melihatku mengenakannya.
"Sudah ku tebak. Kau akan cocok disaat mengenakannya. Permisi, aku ambil ini.." ucapnya pada salah satu karyawan disana.
Hmm.. mungkin perasaan sedih itu hanya sugestiku saja.
•••Langit sudah gelap, dan hujan tak lagi mengguyur bumi.
Setelah makan malam, akhirnya Ray memutuskan untuk mengantarku pulang.
Ray menghentikan mobilnya tepat di depan rumah. Setelah itu ia membuka pintunya dan keluar mobil bersamaan denganku.
"Beristirahatlah. Hari ini cukup melelahkan meski menyenangkan." Ucapnya begitu berdiri di hadapanku. "Terimakasih banyak dengan apa yang kau berikan hari ini," balasku karena ku tahu, ia membayar dengan kartu kreditnya sendiri sebelum akhirnya dia mengembalikan kartu milik Ibu padaku.
"Ah, itu bukan apa-apa. Lagi pula itu juga permintaanku.." ucapnya seraya tertawa.
"Oh, ya.." kalimatnya berhenti. Ia Nampak menyusun kata."Aku ingin kau menjaga coat itu, dan memakainya jika suatu saat aku takkan bisa menemanimu lagi. Kau harus berjanji."
Deg
Aku terdiam. Tubuhku kaku, lidahku kelu.
Kurasakan mataku berkaca-kaca. Ada kesedihan disini, ada pilu disini.Apa yang terjadi? mengapa aku merasa ada sesuatu yang akan hilang?
Tes..
Aku tersentak begitu mengetahui setetes air mata jatuh dari mata kiriku.
Ada apa denganku?"Vi? Kau menangis?" ucapnya panik. Ia menyadari apa yang terjadi denganku. Melihatku tak berkutik, Ray langsung memelukku.
"Jangan menangis. Aku tak ingin melihatmu bersedih, kumohon." Ray merenggangkan pelukannya, berucap penuh harap. Menatapku lekat kemudian menghapus airmataku.
"Kau harus istirahat dan aku harus pulang, ok? Aku pergi." Ucapnya sembari mangacak pelan rambutku dan berjalan masuk ke dalam mobilnya.
Ia pun melambaikan tangannya, pergi.. . .
Sungguh, aku tak tahu apa yang terjadi..
Namun.. firasatku berkata, sesuatu yang berharga tak lama lagi akan pergi.
•••

KAMU SEDANG MEMBACA
H I L A N G
Storie d'amoreMenurutmu bagaimana 'Hilang' atau 'Kehilangan' itu? Apakah itu suatu kejadian ketika kau melakukan kesalahan kemudian ditinggalkan? Apakah itu tentang merelakan sesuatu dan kau kini tak bisa memilikinya lagi? Apakah itu tentang seseorang yang terluk...