Jeonghan memilih kamar tamu sebagai tempatnya dan Jihoon menghabiskan malam. Laki-laki yang kini terlihat cantik itu tengah membawa koper-kopernya ke dalam kamar tersebut ketika ia kembali setelah mengantar Soonyoung ke stasiun tak jauh dari rumah. Ia terdiam di lorong hingga Jeonghan menghilang di balik pintu yang tertutup perlahan. Hatinya sepi seketika meski suara putranya masih terdengar hingga tempatnya berdiri.
Dengan menghela nafas lelah ia memasuki kamar utama, lalu memilih untuk membongkar dan membereskan isi koper miliknya selagi menanti larut malam datang. Tak begitu banyak barang yang dibawa olehnya, dan segalanya telah rapi dalam waktu singkat. Pakaiannya kembali tersusun dalam lemari, di mana kini ruang kosong menggantikan sisi milik Jeonghan yang seharusnya berisisian dengannya.
Setelah membersihkan diri, Seungcheol membaringkan tubuh di tempat tidur. Ia mengganti posisi berkali-kali, namun kantuk tak juga menjemputnya. Wangi sampo yang digunakan Jeonghan tertinggal di atas bantal, sementara selimut yang menutupi tubuhnya menyimpan wangi khas laki-laki tercintanya. Rindu kembali datang meski Seungcheol baru saja menghabiskan sorenya dengan menatap wajah lembut itu secara langsung. Tak tenang dibuatnya akibat rindu yang dirasakannya untuk Jeonghan.
Waktu telah menunjukkan pukul dua pagi ketika Seungcheol tak lagi dapat menahan rasa rindu yang begitu menggebu. Lantai yang dingin menyambut ketika ia memutuskan untuk meninggalkan hangatnya selimut. Ia berdiri di depan kamar tamu, memandangi pintu kayu di mana Jeonghan melangkah memasuki ruangan. Jantungnya berdegup dengan cepat hanya dengan membayangkan laki-laki itu di sana.
Seungcheol membuka pintu dengan perlahan, lalu melangkah mendekat. Jeonghan berbaring memungginya di tengah tempat tidur, dengan Jihoon di pelukannya berbantalkan lengan. Ia menduduki sisi kosong tempat tidur, jemarinya bergerak begitu saja untuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah suaminya. Lama ia terduduk di sana, memandangi damai yang menyelimuti keluarga kecilnya.
Dengan didorong keberanian dan rasa rindu ia membaringkan dirinya di sebelah Jeonghan. Mengabaikan sebelah lengannya yang tertimpa tubuhnya sendiri, ia semakin mendekatkan diri hingga dadanya bersentuhan dengan punggung Jeonghan yang hangat. Sebelah tangannya yang bebas diulurkannya untuk menggapai jemari Jeonghan, memeluk tubuh itu dan putra mereka sekaligus.
Seungcheol menyembunyikan wajahnya di tengkuk Jeonghan, beberapa kali mengecupnya tanpa ada niatan tertentu. Ia ingin bertahan seperti itu selamanya, tak memedulikan realita yang akan hadir dan menghancurkan keluarga mereka ketika matahari datang. Hanya ada kerinduan di sana, hingga tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja, membasahi tengkuk beserta rambut Jeonghan yang kini memanjang.
Tubuh dalam pelukannya menegang beberapa saat, namun kembali melemas tak lama setelah itu. Isakan yang teredam menandakan Jeonghan tak lagi terbuai dalam tidurnya. Laki-laki itu menangis dengan pilu, namun tak memberi perlawanan padanya. Ia mengeratkan pelukannya, wajahnya semakin tenggelam dalam wangi tubuh Jeonghan yang memabukkan.
Balasan pada genggaman di jemari mengagetkan bagi Seungcheol. Gestur itu seolah mengisyaratkan rindu yang tak berani dinyatakan Jeonghan padanya. Ia membiarkan Jeonghan dengan tangisnya, tak sekalipun mengucap kata untuk sekedar menenangkannya. Seungcheol begitu takut momen itu berakhir disaat hatinya terus memanggil Jeonghan dalam kerinduan. Jadi, mereka berbagi hangat tubuh tanpa suara, dengkuran halus putera mereka menjadi melodi yang menemani hingga hitam menjemput.
Tepukan di wajah kemudian menjadi hal yang membangunkannya. Jihoon tengah menatap ke arahnya ketika ia membuka sedikit kelopak matanya. Tepukan itu kembali mengejutkannya setelah beberapa detik ia berusaha untuk kembali tertidur. Tawa Jihoon adalah hal pertama yang terdengar olehnya ketika ia mengerang menahan perih yang menjalar dari telapak tangan putranya. Tak ingin melewatkan momen hangat yang dihadirkan Jihoon padanya, Seungcheol menyinggungkan senyum sembari membawa bayi itu untuk duduk di atas perutya, lalu menggelitik sisi tubuhnya yang gembil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah & Memori
FanfictionJeongcheol Family AU Choi Jihoon hanyalah satu dari beribu alasan Seungcheol tak ingin berpisah dari Jeonghan. Ada begitu banyak memori yang mereka berdua miliki, menanti untuk diungkap olehnya. Berbekal hal itu, Seungcheol berharap Jeonghan akan me...