Chapter 2

1.7K 243 27
                                    

Cahaya matahari yang menembus dari jendela membangunkan Seungcheol siang itu. Jam di dinding kamar menunjukkan pukul duabelas lebih sepuluh menit, menandakan bahwa sudah lebih dari sebelas jam ia tertidur. Keheningan adalah hal pertama yang menyambutnya ketika ia membuka mata selain sisi tempat tidur yang kosong di sebelah tubuhnya.

Apa rumah mereka selalu sehening ini? Rasanya tak mungkin, mengingat kehadiran bayi bernama Choi Jihoon, rumah mereka seharusnya jauh lebih hidup dibandingkan dulu. Seungcheol memaksakan tubuhnya yang luar biasa lelah untuk keluar dari kamar setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian untuk menjawab rasa penasaran yang muncul.

Kamar yang terletak di seberang merupakan tujuan pertama. Masih jelas dalam ingatannya, melalui sambungan telepon Jeonghan mengatakan bahwa ia akan menyulap ruangan yang semula merupakan ruang kerjanya untuk dijadikan kamar bagi Jihoon. Tentu Seungcheol tak menolak, mengingat dirinya yang tak lagi menggunakan ruangan tersebut, sementara kamar tamu di ujung lorong lainnya masih sering digunakan Soonyoung ketika menginap.

Dinding kamar itu kini berwarna kuning gading, dengan hiasan wallpaper berupa pepohonan berwarna hijau. Minimalis sebagaimana Jeonghan mengatur rumah mereka, tempat tidur single untuk anak-anak ditempatkan tak jauh dari jendela, dengan karpet bercorak binatang di tengah ruangan. Tanpa ada kehadiran putra mereka di sana, kamar itu terlampau rapi untuk Seungcheol.

Ia memutuskan untuk keluar dari kamar setelah selesai mengagumi mainan dan pakaian Jihoon yang terlihat begitu mungil di tangannya. Ruang keluarga begitu hening ketika ia melangkahkan kaki menuju lantai satu, begitu pun dengan dapur. Sementara mobil sedan Jeonghan masih terparkir di luar ketika ia melongok melalui jendela, ia bertanya-tanya keberadaan kedua orang terkasihnya itu.

Seungcheol akhirnya memutuskan untuk membuat makan siang dari bahan makanan yang terdapat di lemari pendingin berupa roti panggang dengan selai blueberry dan segelas susu. Ia kembali menuju ruang keluarga dan menyetel tayangan ulang sepak bola di televisi sembari menikmati brunch buatannya. Mungkin ia kembali tertidur di sofa setelah itu, atau hanya melamun saking lelah tubuhnya, namun bel di pintu ketika waktu telah menunjukkan pukul lima sore begitu mengagetkannya.

Dengan terburu-buru ia menenggak susu yang masih tersisa hingga habis, kemudian meletakkannya di dapur sebelum membukakan pintu. Berdiri di sana adalah Kwon Soonyoung yang memberi senyuman padanya dengan Jihoon yang tertidur di pelukan. Seungcheol menggeser badannya, mempersilahkan Soonyoung untuk masuk agar tak terlalu lama berada di luar.

"Hyung, tolong bawa masuk barang-barang yang ada di taksi." Kata Soonyoung setelah melangkah masuk, tak menyisakan ruang bagi Seungcheol untuk sekedar berbasa-basi.

Seungcheol sempat heran ketika melihat Jeonghan yang masih terduduk di dalam taksi dengan kedua tangan terlipat di dada, tatapan yang diberikan olehnya tak dibalas sedikitpun. Heran semakin dirasakannya ketika supir taksi menurunkan dua buah koper dan stroller yang ia yakini milik Jihoon dari dalam bagasi. Ia baru saja akan bertanya pada Jeonghan ketika laki-laki itu meninggalkannya setelah membayar pada sang supir.

Dengan cepat ia mengejar Jeonghan, lalu merebut salah satu koper yang dibawanya dengan susah payah. Tatapan yang diberikan Jeonghan hampir tak dapat dikenali olehnya, dingin tak pernah terpancar dari kedua manik laki-lakinya yang tercinta itu. Ia melepaskan salah satu koper dari tangan kirinya, membiarkan Seungcheol berkutat dengan stroller dan koper itu.

Seungcheol merapikan barang-barang di dekat tangga, lalu menyusul Jeonghan yang duduk di sofa berseberangan dengan Soonyoung. Sementara adik iparnya itu sibuk menyisiri rambut Jihoon yang kini telah terbangun dari tidurnya dan terlihat masih begitu mengantuk dengan menyandar di bahu Soonyoung. Seungcheol mendekat pada Soonyoung dan berusaha untuk mengambil Jihoon, namun putranya itu justru merengek dan semakin menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Soonyoung.

Kisah & MemoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang