Prolog

151 37 28
                                    

Sebuah tangan kekar menarik kasar lenganya hingga tubuh ramping itu berbalik ke arah pemilik tangan tersebut .

Plak

Sebuah tamparan keras di pipinya membuat ia terkesiap dan menatap tidak percaya mata hitam gelap laki-laki yang di cintainya itu. Mata yang selalu  menatapnya lembut, sekarang berubah menjadi tatapan tajam menusuk hingga manik matanya.
Tidak ada tatapan lembut di sana , hanya tatapan marah serta kecewa.

"Gal_Galih kam---"

"MURAHAN ! LO MURAHAN, NGGAK TAU DIRI,” bentak laki-laki itu. Bahkan bibir yang biasanya selalu mengucapkan kata cinta dan kata-kata lembut itu sekarang tengah mencercanya dengan berbagai hinaan. 

Air mata yang sedari tadi mendesak ingin keluar dari mata indah itu pun sekarang meluncur bebas membasahi pipi mulusnya. Ia menggeleng tidak percaya atas perlakuan kasar laki-laki yang di cintainya 6 tahun ini.

"Simpan air mata buaya lo itu, percuma lo nangis, gue nggak akan luluh sama lo, JALANG," ucap Galih penuh penekanan.

Plak

Laura tidak bisa lagi menahan amarahnya terhadap laki-laki di hadapannya ini sehingga satu tamparan mendarat di rahang tegas laki-laki itu .

"Cukup Galih cukup , kamu nggak harus menghakimi aku seperti ini tanpa
tau apa yang sebenarnya terjadi," teriaknya lantang. Air matanya semakin deras membasahi pipinya. "Kamu menyakitiku," tambahnya dengan terisak.

"Lo yang nyakitin gue Laura! Lo nggak sadar ha? Apa yang lo lakuin barusan itu menyakiti gue. Cih! Gue nggak nyangka lo khianati gue Ra."

Kecewa,  itulah yang dirasakannya saat ini. Ia tidak percaya wanita yang ia cintai segenap hatinya tega mengkhianatinya.

"Kamu salah paham Gal, tolong dengerin aku dulu, kamu tolong jelasin semuanya sama Galih, bilang kalo kita nggak ada apa-apa." Laura menatap laki-laki yang sedari tadi membisu di belakangnya.

"Apa?  Jelasin apa?  Dia udah lihat segalanya kan? Lo nggak usah susah payah lagi ngejelasinnya," jawab laki-laki itu dengan santainya.

Laura menatap laki-laki itu tidak percaya apa sebenarnya yang ada di otak laki-laki ini.

"Nggak ini semua salah jelas-jelas lo-”

"Lo juga nggak nolak kan tadi? " potong laki-laki itu dengan menaikkan satu alisnya.

"Gue nggak bisa berontak karna-"

"Cukup drama kalian ini,  semuanya udah jelas sekarang, kalian berdua emang cocok sama-sama menjijikkan," maki Galih tersenyum miris.

Galih berjalan kearah mobilnya dan mengambil sesuatu dari dalam sana kemudian  kembali menghampiri Laura. Ia langsung melemparkan sebuket mawar putih yang sengaja ia beli untuk kekasih yang telah mengkhianatinya itu tepat di depan kaki Laura dan menginjaknya hingga tak berbentuk lagi.

“Happy last anniversary sayang!" ucapnya tepat di depan wajah Laura. Kemudian ia berbalik meninggalkan laura yang masih terisak sambil menatap nanar bunga itu.

Thank's for read,  jangan lupa bintang sama commentnya
😊😊

Lara [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang