Bagian 2

64 20 8
                                    

Happy Reading

Laura menatap nanar pantulan dirinya di depan kaca rias. Pandangan yang sayu menatap matanya yang bengkak akibat selalu menangis, lingkar hitam di bawah matanya terlihat jelas akibat ia yang tidak bisa tidur nyenyak dalam dua hari ini .

Pandangannya diturunkan ke bawah tepat di bibir ranumnya. Tangannya bergerak menyentuh bibirnya yang telah di nodai oleh laki-laki yang dibencinya sejak dua hari yang lalu. Laki-laki yang menjadi idola di kampusnya. Laki-laki yang selalu di puja oleh kaum hawa di Atma Jaya terkecuali dirinya.

Laki-laki itu secara tiba-tiba menciumnya saat ia tengah berjalan menuju parkiran kampus untuk menunggu  kekasih_ralat  mantan kekasihnya di parkiran kampus sehingga membuat semua kebahagiaannya hancur dalam sekejap .

Bahkan laki-laki itu tidak merasa bersalah sedikit pun. Kenapa laki-laki itu melakukan ini padanya,  apa yang diinginkan si Cassanova sialan itu, padahal sebelumnya ia tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki itu. Apa karna dia menjadi idola kampus jadi dia bisa seenaknya memperlakukan wanita seperti yang dia mau? Ah brengsek sekali!

Alfan Bintang Genandra, seorang bintang di Universitas Atma Jaya. Memiliki wajah  tampan yang mampu membuat para wanita langsung jatuh hati. Laura tidak terlalu mengenal laki-laki itu, dan ia juga tidak ingin mengetahuinya. Yang ia tahu laki-laki itu adalah seorang idola kampus yang gemar gonta ganti pacar.

"Aaarrggggh," teriaknya frustasi sampai tubuhnya luruh ke lantai kamar.

Ia kembali menangis, entah sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan, kenapa dunia ini begitu tidak adil padanya, kenapa orang-orang yang ia sayang di renggut darinya.

Pertama, mama dan abang tersayangnya meninggal dalam sebuah kecelakaan waktu ia masih kelas 3 SD. Kedua, papanya juga meninggal dunia karna serangan jantung akibat bangkrutnya perusahaan waktu ia kelas 1 SMA, dan sekarang laki-laki yang sangat ia cintai, laki-laki yang telah membuatnya bangkit lagi atas keterpurukan akibat kepergian orangtuanya juga pergi.

Laura bersender ke sisi ranjang tempat tidurnya dengan kedua lutut yang ditekuk ke atas. Air mata yang sedari tadi meluncur bebas yang tak kuasa ia tahan di biarkan begitu saja berharap Galih datang menghapus air mata itu dan memeluknya erat.

Tapi itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Semua kenangan manis yang ia lalui bersama Galih terputar rapi dalam ingantannya. 

Flashback on.

"Galih kamu masih lama? Aku udah lapar nih!" rengeknya manja.

Galih terkekeh melihat kekasih manjanya ini seraya mengacak pelan puncak kepala Laura. "Iya sayang sebentar lagi ya, ini sedikit lagi tugas aku selesai kok."

"Dari tadi kamu bilang sedikit lagi mulu tapi nggak selesai juga. Aku ke kantin duluan aja ya atau aku minta Flo nemenin aku."

"Jangan...! Kamu harus sama aku, aku nggak mau kamu digangguin para laki-laki kurang belaian di kampus ini!" ucapnya membuat Laura terkekeh geli atas keposesifan kekasihnya ini.

"Ya nggak apa-apa sekalian aku cuci mata liatin cogan," ucap wanita cantik itu terkikik geli. Laura menaik turunkan alisnya bermaksud menggoda Galih.

Galih meletakkan pulpennya di atas kertas tugasnya, lalu ia memutar tubuhnya menghadap Laura yang duduk di sampingnya. "Apa kamu bilang, coba ulangi lagi."  Galih mendekatkan wajahnya membuat jantung Laura berdetak dua kali lebih cepat.

"Galih ka_kamu mau nga_ngapain?" tanya Laura terbata-bata sambil memundurkan wajahnya tapi Galih semakin mendekat sehingga wajah mereka sangat dekat. Laura bisa merasakan hembusan napas Galih yang beraroma mints.

"Kenapa sayang? Kok kamu gugup gitu?” tanya Galih menahan tawanya melihat wajah memerah kekasihnya.

"Auuuuuhhh...." ringis Laura memegang perutnya sehingga membuat Galih panic seketika.

"Sayang kamu kenapa? Mana yang sakit?" tanyanya panik.

Laura mengulum senyumnya menahan tawa melihat reaksi cemas Galih. Kekasihnya itu begitu sangat mencintainya, Galih tidak akan membiarkan Laura merasa sakit. Walau hanya sebatas sakit perut biasa. Itu lah Galih, sangat posessif, tapi Laura tidak keberatan sedikit pun. Ia bahagia, karna Galih begitu menyayanginya.

"Kamu... astaga kamu ngerjain aku? " ucapnya menyadari perubahan ekspresi Laura membuat laura tidak tahan meledakkan tawanya.

"Ya ampun Laura aku panik tau nggak!" Galih mengusap wajahnya kasar.

" Habis kamu duluan sih, dasar possesif!" jawab Laura dengan sisa tawanya.

Sejurus kemudian Galih langsung menggelitik pinggang Laura membuat gadis itu tertawa kegelian sambil meminta ampun.

Flashback off.

Laura tertawa hambar mengingat kebersamaannya  bersama Galih.

"Galih...." gumamnya.

Entah sampai kapan Laura akan terpuruk seperti ini. Entah sampai kapan ia sanggup bertahan tanpa Galih di sisinya.
♥♥♥

"Gal udah, ini udah gelas ke 8, lo belum pernah minum sebelumnya Gal, lo bias mati.” Rival sahabat karib Galih dari SD sudah kewalahan menghadapi Galih yang saat ini tidak mau berenti meminum minuman berakohol itu.

Rival terpaksa mengikuti kemauan Galih menemaninya ke salah satu kelab malam. Awalnya Rival menolak ajakan Galih karena sebelumnya Galih tidak pernah berkunjung ke tempat haram tersebut, tetapi Galih terus memohon padanya dengan berjanji tidak akan macam-macam. Ia hanya ingin sedikit menghibur diri dan melupakan masalahnya sejenak .

Tapi liat sekarang keadaan sahabatnya yang lagi putus cinta itu, nggak akan macam-macam apanya, dia malah ingin membunuh dirinya sendiri secara perlahan. Kalau tau begini lebih baik tadi Rival tidak akan mau diajak menemani Galih ke sini. Kalau sampai galih kenapa-napa nanti dirinya juga yang akan di salahkan. Sahabatnya ini benar-benar merepotkan.

"Itu yang gue mau... gue mau mati. MATI!” ucap Galih yang sudah sangat mabuk.

"Mati nggak akan nyelesein masalah Gal, lo pikrin keluarga lo masih banyak yang sayang sama lo Gal. Jangan cuma gara-gara patah hati lo jadi nggak waras kayak gini."

"Lo nggak ngerti Val... lo nggak ngerti! Lo nggak ngerasain apa yang gue rasa, lo nggak tau rasanya di khianati sama orang yang kita sayang sepenuh jiwa dan raga." Galih kembali menuangkan minuman itu ke gelas nya dan menenggaknya hingga tandas.

Rival hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya ini. Ia memang belum pernah merasakan patah hati. Jangankan patah hati pacaran aja belum pernah. Bukannya tidak laku atau wajahnya tidak tampan. Rival mempunyai wajah yang tampan sama seperti Galih, hidung mancung, rahang tegas, mata hitam dan tajam, alis tebal kulit bersih dan yang pasti berkarisma, tidak sedikit wanita yang tergila-gila padanya. Tetapi hanya saja ia belum mau berpacaran. Alasannya simple, “belum ada yang cocok di hatinya”.

Tapi melihat galih yang seperti ini membuatnya sedikit takut untuk berpacaran. Rival jadi bergidik membayangkan jika dirinya nanti yang patah hati, apa ia akan melakukan hal yang sama dengan Galih? atau lebih parah seperti menyayati pergelangan tangannya dengan silet? Tidak! Lebih baik nanti ia akan melakukan hal yang lebih bermanfaat misalnya mengahabiskan malam dengan berdzikir atau shalat tahajud di mesjid siapa tau nanti Allah akan menurunkan bidadari untuk jadi istrinya.

"Eh lo ngapain senyum-senyum sendiri liatin gue, jangan-jangan lo mau perkosa gue ya?” racau Galih mulai ngelantur membuat Rival tersadar dari lamunannya dan apa tadi dia bilang? Oh tuhan orang mabuk memang tidak ada yang waras.

"Enak aja lo! Jangankan lo, perkosa cewek aja gue nggak mau Gal. Udah ayo pulang sebelum lo pingsan, gue nggak kuat ngangkat lo!" Rival langsung menarik tangan Galih dan membawanya keluar dari club itu.

Belum sempat ia membawa Galih keluar tiba-tiba seorang wanita datang menghampiri mereka.

"Laura...." Tanpa aba-aba Galih langsung memeluk wanita tersebut membuat pegangan Rival dari tangannya terlepas.

                                      ♥♥♥

Lara [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang