Happy Reading
Ego. Satu kata yang mudah sekali hadir dalam suatu hubungan, namun sulit untuk menepisnya. Hubungan yang sangat harmonis akan hancur dalan sekejap mata jka menambahkan ego yang berlebihan ke dalamnya.
Seperti seorang laki-laki yang saat ini tengah duduk di balkon kamarnya sambil memandang langit sore. Dirinya sedang dikuasai ego yang begitu tinggi. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia menyesal telah gegabah salam mengambil keputusan. Munafik jika ia mengatakan benci.
Laura Putri Sofyan. Mantan kekasihnya itu selalu memenuhi pikirannya. Jujur ia rindu akan rengekan manja Laura, rindu akan hari-hari bahagianya dengan Laura.
Bahkan sekeras apapun ia berusaha mencoba untuk mengalihkan pandangannya, tetap tidak bisa. Kedua matanya selalu ingin melihat ke arah Laura.
Setiap ia melihat Laura gejolak itu selalu muncul. Gejolak yang selalu ia rasakan jika berada di dekat Laura. Ia ingin sekali memeluk gadis bermata abu-abu itu. Ingin sekali.
Namun lagi-lagi ego menyuruhnya untuk tidak peduli. Bayangan penghkianatan Laura selalu terbayang olehnya.
Galih mengusap wajahnya kasar. Sampai kapan ia akan hidup seperti ini, selalu dihantui bayang-bayang Laura. Ia ingin melupakan dan membuang perasaannya pada gadis itu. Namun hatinya menolak.
Tnung
Galih meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja di sampingnya. Ia mulai mengetikkan nama Laura di sana. Ya, bahkan pasword ponselnya masih menggunakan nama mantan kekasihnya itu.
Galih berdecak kesal setelah membaca pesan dari aplikasi WhatsAap di benda pipih hitamnya.
RaffaGendeng
Sayang, jangan lupa makan. Lihat, kamu semakin kurus karna terus mikirin aku.
Ketjup manjaaah dari akooh buat kamooh 😘Sedetik kemudian kekehan kecil keluar dari mulutnya. Para sahabat gendengnya itu selalu beruasaha menghiburnya. Tapi ia terlalu gengsi untuk menunjukkan tawa kecilnya di hadapan mereka.
Tnung
Galih kembali membuka apkikasi chat yang berwarna hijau itu.
RaffaGendeng
Nah gitu dong, sekali-kali ketawa. Makin cintaaah adek Bang 😘
Galih mengalihkan pandangan ke depan. Di bawah sana, tepatnya di pekarangan rumahnya dua makhluk astral sedang melambaikan tangan padanya. Siapa lagi kalau bukan para sahabat somplaknya.
"Tunggu adek bang jangan bunuh diri dulu," teriak Raffa di bawah sana yang kemudian dapat jitakan gratis dari Rival.
Galih hanya menggelengkan kepala melihat keduanya sudah berjalan memasuki rumah mewah bercat putih itu.
Tak lama setelah itu terdengar suara ribut mereka di tangga menuju kamar Galih.
"Kalau cuma mau ribut, mendingan kalian pulang aja deh. bikin gue tambah pusing aja!" omel Galih memasuki kamarnya saat duo R itu sudah merebahkan tubuh mereka di kasur Galih yang berukuran jumbo.
"Kan adek rindu Bang," celetuk Raffa setelah menegakkan tubuhnya.
"Jyjy!" sahut Rival melemparkan bantal ke kepalanya Raffa.
Rival bangkit dari kasur dan berjalan ke arah Galih yang sedang duduk di sofa panjang berkulit coklat yang ada di kamar itu. Laki-laki bermata hitam itu sedang sibuk dengan game di ponselnya.
"Gal, tadi lo kemana? Kok tiba-tiba ngilang?" tanya Rival setelah mendaratkan bokongnya di samping Galih.
"Ada urusan!" jawab Galih singkat tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lara [HIATUS]
RandomHidup yang sebelumnya penuh canda dan tawa bersamamu, kini sirna menyisakan lara yang menyelimuti hari-hariku. -Laura. Tentang ego yang selalu berhasil menguasai diriku, membuatku enggan menatap mata indahmu lagi. -Galih. Tentang cinta yang tumb...