Bagian 11

14 2 0
                                    

"TIDAK!"

Sepasang manusia dari tempat yang berbeda sama-sama terbangun dari tidurnya dengan napas yang tersengal-sengal. Wajah mereka dibasahi oleh keringat. Detak jantung mereka juga masih berpacu dengan cepat.

Apa itu tadi?

***

Galih berjalan dengan tergesa-gesa di sepanjang koridor fakultas manajemen. Matanya menyapu sekeliling tempat. Namun orang ia cari belum juga ditemukan. Cowok itu sedang dilanda panik. Akibat mimpi buruknya semalam, Galih tidak tenang. Begitu banyak pikiran buruk bergelayut di otaknya. Apalagi sebelum berangkat ke kampus Galih mengunjungi rumah Laura, tapi rumah itu kosong. Tidak ada tanda-tanda ada Laura di dalamnya. Hingga ia menunggu sampai jam 10, Laura tidak kunjung keluar dari rumahnya.

"Ck, dimana sih?" gumamnya sembari mengacak rambutnya frustasi. Bahkan Flora pun belum menampakkan batang hidungnya.

"Gimana Gal? Ketemu Lauranya?" Raffa dan Rival pun juga membantu Galih mencari mantan kekasihnya itu.

"Nggak ada, gue bener-bener khawatir. Kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Laura, gue nggak akan pernah bisa maafin diri gue sendiri."

"Jangan ngomong gitu dulu, Gal, siapa tau Laura masih ngebo di rumahnya," ucap Raffa.

"Rumahnya kosong, nggak ada orang."

"Emang lo udah periksa ke dalamnya?"

"Ya belum sih, tapi gue udah pencet bel, gue juga nunggu di depan rumahnya. Tapi nihil."

"Raff coba lo telpon sekali lagi deh," usul Rival.

Saat Raffa hendak bersiap untuk menelpon Laura, suara Rival kembali menghentikannya.

"Eh itu Laura, dia sama ... Alfan?"

Tepatnya di parkiran, terlihat Laura baru saja turun dari sebuah mobil hitam diiringi dengan Alfan yang juga keluar dari pintu pengemudi.

Galih yang juga melihat itu langsung mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras, napasnya berat. Perasaan itu hadir kembali, perasaan yang dulu ia rasakan saat melihat Laura berciuman di lapangan parkir kala itu. Marah dan kecewa.

"Gal ...?" panggil Raffa. Ia sedikit ngeri melihat reaksi Galih yang seperi itu. Takut-takut jika nanti tiba-tiba Galih berubah jadi Hulk.

Astaga Raffa!

"Kekhawatiran gue nggak berguna!" Galih langsung cabut meninggalkan kedua sahabatnya. Tidak bisa dipungkiri, ada perasaan lega yang berusaha menyelinap ke hatinya.

"Aelaah ending macam apa ini? Padahal gue udah berharap kalau mereka balikan lagi," keluh Raffa cemberut.

"Makannya jangan terlalu berharap, apalagi yang nggak pasti!" celetuk Rival sebelum berlalu mengikuti Galih.

"Curhat lu."

***

Beberapa jam sebelumnya....

Laura berjalan dengan gontai ke arah dapur untuk mengambil air minum. Mimpi buruk barusan membuat ia kehilangan banyak cairan. Seketika ia merasa dehidrasi. Benar-benar mimpi yang menyebalkan!

Tapi sedetik kemudian, ia tersenyum mengingat pengakuan Galih dalam mimpinya itu. Apa benar diam-diam Galih selalu memperhatikannya dari jauh? Laura menggeleng.

Tidak! Itu hanya mimpi Laura, MIMPI. Jangan terlalu berharap. Ingat, Galih itu sekarang benci sama lo!

Laura menghembuskan napasnya kasar setelah meneguk segelas air dingin yang ia ambil dari lemari es.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lara [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang