“Alfan!” Panggilan itu membuat Alfan menghentikan langkah saat ia akan menaiki tangga menuju kamarnya. Alfan membalikkan badannya menghadap seorang pria paruh baya yang sedang duduk di sofa berkulit hitam di ruangan itu. Pria itu tetap tampan walau usianya sudah tidak muda lagi.
“Duduk!” titah pria itu. Alfan menurut dan langsung duduk di single sofa di hadapat papanya.
Ya pria itu adalah papanya,Soni.
Alfan menunduk tidak berani menatap wajah tegas Soni. Alfan tahu apa yang menyebabkan papanya itu marah padanya.Alfan memang Cassanova di kampusnya, tapi kalau di rumah ia akan berubah jadi anak penurut dan manja.
“Sudah papa tegaskan jangan samakan Laura dengan wanita mainan kamu itu!” ucap Soni membuat Alfan mengangkat kepalanya cepat.
“Alfan nggak pernah pernah anggap wanita itu seperti mainan Pa. Alfan emang sering gonta ganti pacar tapi bukan berarti Alfan mainin perasaan mereka, Alfan selalu menghargai wanita. Oke, masalah Laura Alfan tau kalau Alfan salah Pa.” Alfan kembali menunduk menyesli perbuatannya.
“Papa nyuruh kamu buat jaga Laura, pastikan dia selalu aman dan baik-baik saja. Tapi kenapa kamu malah perlakukan dia seperti wanita murahan!” bentak Soni.
Wina, Bunda Alfan datang dari dapur membawakan secangkir kopi untuk suaminya. Kemudian ia duduk di samping laki-laki yang ia cinta itu. Mengusap lembut lengannya berusaha memberi ketenangan.
“Alfan kamu tau kan keluarga kita berhutang banyak sama Almarhum papanya Laura dan papa merasa sangat bersalah atas bangkrutnya perusahaan mereka yang menyebabkan papa Laura meninggal. Jadi hanya ini yang bisa papa lakukan buat menebus kesalahannya. Memastikan agar masa depan Laura selalu cerah,” jelas Wina pada Alfan dengan lembut.“Kenapa Papa dan Bunda tidak mengangkat Laura saja sebagai anak kalian, kan Alfan jadi punya adek,” usul Alfan memamerkan cengirannya.
“Bunda juga punya rencana seperti itu, tapi apa nanti kata tetangga. Mereka pasti berpikir yang tidak-tidak. Karna kamu dan Laura bukan saudara kandung,” jelas Wina dengan wajah sendunya.
“Nggak usah pikirin dengan tetangga Bun, mereka hanya sok tahu. Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Alfan.
Alfan ingin sekali Laura tinggal bersamanya, agar Laura mau memaafkannya dan ia lebih mudah dalam menjaga Laura. Bukan maksud memanfaatkan keadaan, tapi ia sudah berusaha untuk meminta maaf pada gadis bermata abu-abu itu tapi sampai sekarang Laura masih belum mau memaafkannya.
“Gimana Pa?” tanya Wina pada suaminya.
“Nanti akan Papa atur,” jawan Soni membuat Alfan dan Wina tersenyum lega.♥♥♥
Laura menghempaskan tubuhnya di kasur yang masih berantakan itu. Ia belum membereskan kamarnya sebelum tadi berangkat menuju supermarket. Acara belanjanya jadi gagal karna uangnya habis karna aksi pahlawannya membantu laki-laki yang tidak ia kenal.
Ia merutuki kebodohannya sendiri, sudah tau tidak punya uang malah sok-sokan bantuin orang. Mana tadi tu orang ngajak ia makan sate lagi, dan yang parahnya Laura yang bayarin dulu dengan iming-iming nanti akan diganti lima kali lipat.
Apa-apaan itu?
Tidak banyak pembicaraan di antara mereka, hanya sebatas perkenalan. Lebih tepatnya laki-laki itu yang memaksa berkenalan. Genta namanya.
Menurut Laura laki-laki itu sepertinya baik, dan agak sedikit konyol. Laki-laki itu selalu berusaha akrab dengan Laura, walaupun Laura terlihat cuek padanya.
Laura mengangkat bahunya acuh, dan melirik ke ajah jam tangan hitam yang bertengger di pergelangan tangan kirinya. Laura mendesah berat, waktu istirahatnya lenyap. Laura bangkit dari kasurnya dan bersiap-siap untuk bekerja demi sesuap nasi.
![](https://img.wattpad.com/cover/155245391-288-k730470.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara [HIATUS]
RandomHidup yang sebelumnya penuh canda dan tawa bersamamu, kini sirna menyisakan lara yang menyelimuti hari-hariku. -Laura. Tentang ego yang selalu berhasil menguasai diriku, membuatku enggan menatap mata indahmu lagi. -Galih. Tentang cinta yang tumb...