Happy Reading Gaes, jangan lupa pencet bintangnya dan kasih komentar kalian. Tengkiuuuu muuacch
"Laura...." Tanpa aba-aba Galih langsung memeluk wanita tersebut membuat pegangan Rival dari tangannya terlepas.
Wanita tersebut terpaku di tempatnya menerima serangan mendadak dari Galih. Tetapi perlahan tangannya terulur membalas pelukan dari laki-laki yang sudah di bawah penguruh alkohol itu.
"Sayang kamu kemana aja? Aku kangen sama kamu!" ucap Galih dan menguraikan pelukannya.
Tangannya terulur ke atas mengusap lembut sebelah pipi wanita itu. "Wajah kamu nggak apa-apa kan sayang, maafin aku udah nyakitin kamu. Aku khilaf! Aku gelap mata, aku terlalu takut kehilangan kamu, maafin aku... maaf...." Galih kembali memeluk wanita itu dan mengecup puncak kepalanya.
"Gal udah ayo, dia bukan Laura Gal lo cuma berhalusinasi!" ucap Rival yang mulai jengah sambil menarik tangan Galih.
Tapi Galih memberontak dan melepaskan tangannya. "Nggak Val, lo buta jelas-jelas dia Laura! Sayang kamu kenapa diam aja kamu nggak kangen sama aku?" Galih kembali meraih kedua tangan wanita itu.
Rival memutar matanya malas. Gila! Enak aja si Galih bilang kalau Rival buta, yang waras ngalah aja ya. Orang mabuk mah emang gitu. Nggak bisa bedain mana yang nyata mana mimpi dan mana yang bermimpi dalam nyata.
Wanita itu semakin mendekatkan dirinya kepada Galih dan mengusap lembut rahang tegas Galih yang mulai ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus di sana. Galih memejamkan matanya menikamati tangan hangat wanita tersebut, tapi kenapa tangan ini tidak sehangat dan senyaman tangan Laura yang biasanya.
Rival benar-benar tidak tahan saat melihat wanita tersebut yang semakin mendekatkan wajahnya dengan Galih dan Rival tau apa yang akan di lakukan wanita seksi ini karna terus melihat ke arah bibir Galih. Dasar bitch!
Sebelum itu terjadi Rival langsung menarik wanita itu dari Galih dan mendorongnya agar menjauhi Galih. Enak saja dia memanfaatkan keadaan sahabatnya yang sedang mabuk ini.
"Eh nona sana pergi! Jauh-jauh dari sahabat gue dia lagi mabuk jadi lo nggak usah mencoba ngambil kesempatan dalam kesempitan, cukup baju lo aja yang sempit!" usirnya kepada wanita seksi tersebut sambil memandang miris pada baju wanita itu yang begitu sempit dan kekurangan bahan. Wanita itu menghentakan kakinya kesal dan pergi meninggalkan mangsa yang gagal akan di terkamnya.
"Laura kamu mau kemana? Jangan pergi lagi Laura! Aku sayang sama kamu aku---" Belum sempat ia menyelesaikan racauannya Rival telah menariknya keluar dari tempat berisik itu.
Dengan susah payah Rival berusaha memasukkan Galih ke dalam mobil dan mengabaikan racauan tidak jelas dari mulutnya.
"Besok lo harus traktir gue apa yang gue mau karna lo udah bikin gue susah dan melewatkan tidur nyenyak gue Gal," ucap Rival sebelum mobilnya meninggalkan tempat itu.
♥♥♥
"Nggak sia-sia semalam gue nyeret lo yang lagi teler Gal, kalau kayak gini rela sih gue lo susahin tiap malem lumayan uang saku gue tetap utuh," ucap Rival setelah menyilangkan sendok dan garpunya di atas piring yang telah kosong.
"Iya, tapi uang saku gue yang tandas!" jawab Galih memutar bola matanya.
Pasalnya Rival membuktikan ucapannya semalam. Galih harus mentraktirnya makan siang seminggu penuh. Dan di sinilah mereka sekarang, "White Rose Cafe".
"Eleeeeh orang kaya kayak lo nggak akan bangkrut kalau cuma traktir gue ginian doing," balasnya remeh.
"Ginian doang lo bilang? Lo nggak nyadar berapa banyak lo makan ha? Gila... tu perut apa karet! Lagian yang kaya orangtua gue bukan gue," desah Galih nggak habis fikir sama sahabat seperjuangannya ini .
Gila aja si Rival, traktir sih traktir tapi nggak kayak gini juga dong masa satu meja hampir penuh sama piring makanan semua lah dia cuma kebagian segelas coffelate doang.
"Ya kan salah lo juga siapa suruh nggak makan ya udah gue habisin aja semua," kekeh Rival.
"Kenyang duluan gue," ucap Galih malas.
"Gal, lo sama Laura gimana?" tanya Rival tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.
"Bisa nggak, nggak usah ngomongin dia!" tukas Galih. Seketika moodnya jadi hancur cuma mendengar nama wanita yang telah mematahkan hatinya itu.
"Munafik lo, gue tau lo masih peduli sama dia cuma lo gengsi aja ngakuinnya!" tebak Rival tepat sasaran.
"Nggak! Gue udah nggak peduli lagi sama dia jangankan peduli mikirin dia aja bikin gue muak."
Bullshit
Ya, itu cuma ucapan di bibir saja, lain dengan di hatinya. Jauh di lubuk hati Galih dia masih peduli dengan mantan kekasihnya itu. Bahkan hingga saat ini rasa sayang dan cintanya tidak pudar sedikit pun.
Diam-diam Galih selalu memperhatikan Laura dari jauh. Hatinya miris, sakit seperti di sayat-sayat silet dan di tetesi jeruk nipis, bahkan lebih sakit dari itu ketika melihat betapa kacaunya penampilan wanita itu lebih kacau dari keadaannya.
Ingin rasanya ia berlari dan memeluk erat wanita itu dan mengucapakan beribu kali kata maaf kemudian menghujaninya dengan ciuman di keningnya tapi egonya berkata lain, ego telah menutup dirinya untuk melakukan itu semua.
Apa dia sudah terlalu kelewatan, apa dia terlalu menyakiti Laura? Ah! Kenapa Galih jadi menyesal seperti ini , yang lebih tersakiti di sini adalah dirinya.
"Lo yakin? Tapi kenapa gue nggak yakin ya setelah melihat apa yang lo lakuin semalam," tutur Rival berhasil mengundang perhatian Galih dari ponsel yang sedari tadi ia mainkan.
"Apa? Apa yang gue lakuin semalam?" tanya Galih penasaran. Rival tersenyum miring melihat sahabatnya yang begitu penasaran. Jailin sedikit boleh lah. Muehehehehe!
"Lo meluk Laura dan mengatakan kalo lo menyesal dan lo masih---"
Braaaak
"APA?" Gebrekan meja yang di lakukan oleh laki-laki yang telah mentraktirnya itu sontak membuatnya terlonjak kaget dan mengundang perhatian para pengunjung kafe yang sedang menikmati makan siang mereka.
"Maaf maaf ayannya kumat," ucap Rival kepada seluruh pasang mata yang memperhatikan mereka.
"Lo lebay banget sih, oke lo emang nggak meluk Laura tapi salah satu wanita klub itu yang lo kira Laura, tapi itu membuktikan kalau lo masih mikirin dia." Rival menghembuskan nafasnya kasar dan mengusap pelan dadanya yang masih berdegup akibat keterkejutannya.
Si Galih bener-bener dah mabok nggak mabok sama-sama nggak waras.
"Y_ya itu karna gue mabuk aja kan orang mabuk suka nggak bener," kilah nya.
"Ngeles lo, yang gue tau dari yang gue tonton di film-film, orang mabuk itu akan mudah mengeluarkan semua isi hatinya, apa yang dia rasakan akan keluar dengan mudah dari mulutnya tanpa beban, kayak lo semalam, sayang aku kangen sama kamu aku menyesal maafin aku sayang aku cinta sama kamu, jangan pergi lagi," jelas Rival dengan gaya mengejek.
Galih menaikkan sebelah alianya, apa benar ia berkata seperti itu. Sebenarnya penuturan Rival barusan masuk akal orang mabuk akan mudah mengeluarkan isi hati nya yang sulit ia ungkapkan sewaktu sadar. Tapi ia tidak akan mengakuinya pada sahabatnya ini bisa di bully dia nanti mau di bawa kemana harga dirinya. Gengsi dong!
"Terserah lo yang jelas gue udah NGGAK PEDULI LAGI!" jawabnya penuh penekanan.
"Oke kalau lo masih ngelak, tapi...." Rival mencondongkan wajahnya kedepan dan menyeringai membuat Galih jadi bergidik.
"Kenapa lo bawa gue ke kafe ini, kenapa nggak kafe depan kampus aja? Lalu ini!" Rival merebut ponsel di tangan Galih dan menghadapkan layarnya ke wajah laki-laki yang sedang dilema itu .
"Shit! Rival sialan!" makinya dalam hati.
Ia segera menutup layar ponselnya yang sedang menampilkan poto Laura bersama dirinya. Kafe ini adalah tempat di mana ia menyatakan perasaannya pa Laura.♥♥♥

KAMU SEDANG MEMBACA
Lara [HIATUS]
RandomHidup yang sebelumnya penuh canda dan tawa bersamamu, kini sirna menyisakan lara yang menyelimuti hari-hariku. -Laura. Tentang ego yang selalu berhasil menguasai diriku, membuatku enggan menatap mata indahmu lagi. -Galih. Tentang cinta yang tumb...