Above. | smn✔️

dua.

Sebagai tetangga yang baik dan sekaligus ingin menebus kesalahannya bertamu terlalu pagi, Baekhyun mengajak Mino untuk sarapan bersama. Dengan sedikit bujukan, Mino akhirnya menyetujui.

Tampak jelas ketidaksukaan pada wajah Mino, Baekhyun pun hanya diam menuntun tetangganya, yang tubuhnya lebih tinggi itu, ke apartement-nya. Ia menghalau mulutnya untuk berucap, takut memperkeruh suasana hati Mino.

Secangkir teh yang masih mengepul diletakkan di sisi tangan kanan Mino. Baekhyun sudah menyiapkan sarapan pagi untuk mereka; dua lapis sandwich sisa semalam dan secangkir teh.

Maklum, Baekhyun harus mengirit setelah banyak pengeluaran untuk memperbaharui tempat tinggalnya.

Mino menaikkan kedua alisnya setelah Baekhyun duduk di hadapannya, "Jadi..."

"Aku akan langsung saja," ujar Baekhyun, "rencananya aku ingin memperbaiki dinding dan melapisinya dengan wallpaper."

Mino tampak tak bergerak sedikitpun. Hanya kelopak matanya saja yang berkedip. Dia serius menatap lurus kepada Baekhyun. Tatapan matanya yang tajam membuat Baekhyun sedikit tak nyaman, tapi ia tetap melanjutkan.

"Aku ingin minta maaf jika dinding kakakmu kemungkinan ikut rusak."

"Separah apa?"

"Aku masih belum tahu. Tapi kata tukangnya, kemungkinan besar tembok kakakmu akan bolong akibat perbaikan ini," Mino mengerutkan dahinya, membayangkan bulatan besar yang bisa saja sebesar tubuhnya. Melihat ekspresi bingung itu, Baekhyun menambahkan, "tidak begitu besar. Tenang saja."

Mino menyesap tehnya. "Ya terserah, itu urusanmu dengan noona-ku."

"Haruskah aku menghubunginya?"

Akhir-akhir ini Baekhyun sering mendengar suara gaduh dari dinding,
yang membatasi tempat tinggal Baekhyun dan kakaknya Mino, Chaerin. Ia beranggapan jika Chaerin sudah kembali dari Amerika dan telah menempati ruangan di sebelahnya lagi. Namun dia sedikit ragu karena biasanya Chaerin akan mampir sebentar sebelum masuk ke apartement-nya sendiri.

"Biar aku saja yang menghubunginya," kata Mino, melahap sandwich di hadapannya.