sembilan.

104 29 0
                                    

Panggilan yang diserukan seorang wanita tua tak dipedulikan oleh Baekhyun. Surai panjang seorang siswa sekolah ditatap Baekhyun dengan kosong. Raganya boleh saja ada di dalam bus, tapi pikirannya sudah melayang entah ke mana sejak pagi hari.

Baekhyun sama sekali tidak bisa fokus dengan pekerjaannya. Yang dia pikirian hanyalah gadis misterius di tempat Chaerin dan suara pria yang menggelegar dan entah mengapa terdengar seperti suara Mino. Dia mencari hubungan antara kedua hal itu dan malah menghasilkan dugaan-dugaan yang mengerikan.

Gerutuan si nenek terdengar karena Baekhyun tak memberikan tempat duduk baginya.

Apa benar tepat di sebelah tempat tinggalnya terjadi sesuatu?

Apa hanya khayalannya saja karena terlalu sering menonton berita kriminal yang sudah merajalela di kotanya?

Apa Chaerin dan Mino hanya jahil untuk menakut-nakuti dia?

Jadi, gadis yang merintih minta tolong dan kaki yang menggantung adalah salah satu kejahilan mereka, bukan?

Baekhyun meringis pelan mengingat kembali apa yang dilihatnya. Bagaimana ia tak menyadarinya selama ini?

Setiap hari dia selalu bangun pagi. Menyiapkan sarapan dan sempat berleha-leha dulu. Tapi dia tak pernah mendengar apapun.

Mengapa baru hari ini ia mendengar keganjilan itu? Tepat ketika ia terlalu lama merutuki tukangnya yang tak kunjung hadir hingga ia terlambat untuk berangkat kerja.

Bus berhenti. Gedung apartement-nya sudah tampak. Baekhyun langsung bangkit dan menyelak beberapa orang yang juga hendak keluar hingga membuat kebisingan. Lelaki yang biasa berprilaku sopan itu kembali membuat kegaduhan dengan berhenti tepat di depan pintu bus. Orang-orang yang diselaknya menyumpahi saat melewatinya.

Seakan tak mendengar apapun, Baekhyun mendongak. Pada lantai enam matanya terarah, lebih tepatnya di kediaman Chaerin. Pintu geser penghubung dengan balkon terbuka, membiarkan helaian gorden berkibar ke luar. Lampu dari dalam ruangan tersebut ikut mencuat keluar dan memberikan kesan mencekam dengan dua ruangan gelap gulita yang mengapitnya.

Ia tak bisa membayangkan apa yang tengah terjadi di dalamnya.

Penjaga keamanan gedung menyapa Baekhyun dengan ramah. Harapannya mendapat balasan yang hangat seperti biasa yang ia dapatkan dari Baekhyun tak dapat terwujud. Baekhyun hanya memberi anggukan kecil dan berlalu begitu saja menuju lift.

Baekhyun ingin namun juga takut untuk segera memeriksa kembali keadaan di kediaman sebelahnya. Jantungnya berdegub cepat ketika lift berhenti dan melihat angka lima yang tertera pada layar kecil. Kekhawatiran terbesarnya kali ini adalah bertemu Mino. Persepsinya tentang Mino kini mulai bertambah buruk. Kini di matanya Mino bagaikan pembunuh berdarah dingin tanpa bukti apapun.

"... aku bisa membawamu kembali jika kau mengacau!"

Suara yang familiar itu menulusup masuk ke telinga Baekhyun. Dia ingin menyangkal siapa pemilik suara itu namun ia tak bisa. Baekhyun membeku ketika melihat proporsi tubuh si pemilik suara.

Pria yang mengenakan topi dan jaket serba hitam itu juga nampak terkejut begitu ia menoleh ke lift. Telunjuknya, yang tadinya terarah kepada Mino, diturunkan.

Baekhyun mengalihkan pandangannya pada Mino yang berdiri di depan pintu kediamannya dengan seringaian puas menyaksikan pertemuan Baekhyun dan Chen. Dia pun masuk ke dalam kediamannya tanpa ingin tahu.

Baekhyun menggeser tubuhnya, memberikan ruang bagi Chen.

Dia masih terlalu terkejut dengan kehadiran Chen, yang ternyata kenal  dengan Mino, hingga ia tak mampu sekedar menyapa. Pintu lift terbuka, tanpa bicara apapun lagi Baekhyun keluar dari lift.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan," Chen angkat bicara ketika pintu lift terbuka di lantai enam. Baekhyun menghentikan langkahnya tanpa menoleh, "dia adalah... dia— maksudku, berhati-hatilah."

Pintu lift tertutup, menyisakan Baekhyun dengan ribuan pertanyaan di kepalanya.

Above. | smn✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang