sebelas.

106 25 6
                                    

"Lalu siapa?" bisik Baekhyun pelan kepada dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lalu siapa?" bisik Baekhyun pelan kepada dirinya sendiri. Jam dinding yang tergantung di dinding selalu menarik perhatian Baekhyun. Sudah pukul setengah satu dini hari dan belum terdengar suara apapun dari lorong yang menandakan kedatangan Chaerin.

Dia tak bisa memejamkan matanya. Degub jantungnya terasa makin cepat. Keringat terus tercucur pada pelipisnya. Di kepalanya terus bermunculan pertanyaan-pertanyaan yang sama sekali tak dapat ia jawab.

Jika Chaerin pulang malam ini, Mino tak lagi dicurigai olehnya bahkan Baekhyun akan menganggap dirinya hanya berhalusinasi selama ini. Itu pilihan pertama yang Baekhyun harap terjadi.

Namun jika Chaerin tidak pulang malam ini dan tidak terlihat lagi, apakah artinya di sebelah kediamannya benar-benar terjadi sesuatu. Mino juga merasakannya tapi dia menyatakan bukan dia yang selama ini menyebabkan keributan itu. Bukankah itu berarti ada orang ketiga? Siapa?

Oh tidak, Baekhyun tidak ingin menuduh sahabatnya, Chen. Dia berani bersumpah jika Chen tak akan memiliki keberanian melukai orang lain. Tapi apa jadinya jika itu memang dia?

"Aku bisa membawamu kembali jika kau mengacau."

Lantas apa maksud dari kalimat itu? Dan mengapa Chen mengatakannya pada Mino?

Baekhyun merasakan tubuhnya lemas membayangkan Chen menyusun semua ini dan memperalat Mino. Pemikirannya sangat diluar akal sehat. Berkali-kali ia pun menekankan dirinya sendiri jika Chen bukan orang macam itu.

Tapi, orang berubah sejalannya waktu, bukan?

Tok... Tok...

Baekhyun menoleh ke arah pintu. Seseorang mengetuk pintunya dengan pelan. Perlahan Baekhyun mendekat. Dia mencoba berpikir positif. Mungkin Chaerin terlalu mabuk hingga dia salah mengetuk pintu.

Tapi buat apa dia mengetuk jika dia bisa langsung membuka pintunya sendiri?

Napas Baekhyun menjadi pendek begitu ia mendekati pintu. Perasaannya malah berkata sebaliknya, ini hal yang tidak baik. Ada sesuatu yang buruk di balik pintunya.

Baekhyun memberanikan diri mengintip dari peephole. Tubuhnya membeku. Sosok mengenakan hoodie hitam berdiri membelakangi pintunya. Kepalanya dijedotkan berkali-kali dengan konstan pada dinding di seberang pintunya. Tak lama kemudian dia berhenti. Dia berdiri sesaat di tengah koridor, tepat di depan pintu Baekhyun, sebelum berjalan lurus.

Baekhyun tak sempat melihat wajahnya. Tudung hoddie sosok itu menutupinya. Belum lagi keadaan koridor yang gelap.

Dari kediaman Chaerin terdengar pintu tertutup. Baekhyun yakin dialah orang yang sama. Bergegas ia mendekat ke arah lubang dan mendengarkan.

"Hei, bangun," bisik seseorang sangat pelan hingga Baekhyun tidak bisa menentukan apakah itu suara wanita atau pria, "ini sudah berakhir. Tak ada yang bisa menyelamatkanmu, Sayang."

"Cepat bunuh aku!"

"Kau gadis paling berani yang pernah kutemui. Aku akan kembali sebentar lagi."

Derap kaki terdengar sebelum suara pintu tertutup. Baekhyun lari berjinjit menuju pintu, memastikan orang itu sudah pergi. Dia hanya punya waktu amat sedikit untuk menyelamatkan gadis itu sebelum orang itu kembali dan menghabisi si gadis.

Baekhyun sedikit membuka pintu dan memerhatikan dari celah kecil. Pintu lift baru saja tertutup.

Dia pun keluar, berlari cepat tanpa menimbulkan sedikitpun suara. Kepalanya berkali-kali tertoleh ke arah lift. Tangannya menyentuh gagang pintu dingin kediaman Chaerin. Dia kembali memastikan ke arah lift.

Dengan sedikit dorongan, pintu itu bisa terbuka. Baekhyun membukanya lebih lebar. Matanya bergerak cepat ke dalam seluruh ruangan. Bau busuk menelusup masuk ke dalam indra penciumannya.

Kaki Baekhyun lunglai begitu melihat tukang yang selama ini dicarinya menggantung di langit atap. Pakaiannya masih sama seperti yang terakhir dilihatnya. Wajahnya sudah membiru.

Dia mencoba tetap tenang. Pekikan gadis itu membuat Baekhyun menatapnya. Gadis itu melotot ke arah Baekhyun dan terus memekik.

Baekhyun tak mengerti dengan gelagat gadis itu sampai sebuah tangan memegang kedua sisi kepala Baekhyun.

Setelah itu semuanya gelap bagi Baekhyun.

Gadis itu bergerak mundur dengan kakinya saat orang yang selama ini menculiknya bergerak mendekat sampai dia tak dapat bergerak lagi, terpojok di sudut dinding.

Rambut hitam panjangnya, yang selama ini dia rawat dengan baik, sangat kacau. Bau pesing begitu menyengat di tubuhnya. Penculiknya tak memperbolehkan dia sekedar ke kamar mandi.

Tudung hoodie orang itu diturunkan. Lampu berdaya kecil menyinari sisi wajahnya. Dia menyeringai lebar pada  gadis itu. Tangannya mengapit keras pipi si gadis yang berusaha melepas diri dari apitannya.

"Kubilang padamu, Irene. Jika suaramu hanya digunakan untuk bernyanyi, masalah ini tak akan rumit," pria itu mengeratkan apitannya, "ada pesan terakhir?"

Irene menatap lurus kepada pria itu. Dia muak dengan pria di hadapannya. Pria asing yang menculiknya setelah ia pulang bernyanyi di kedai. Pria asing yang memaksanya bernyanyi hanya untuk dia. Pria asing yang hanya memberikan makanan basi dengan porsi sedikit. Pria asing yang akan menghabisi hidupnya. Pria asing yang gila.

"Mino. Aku bersumpah kau akan sengsara seumur hidupmu."

Above. | smn✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang