empat.

200 35 4
                                    

"Tuan sudah meminta izin kan kepada tetangga sebelah?"

Tanya seorang pria setengah baya dengan kaos kebesaran yang tengah membuka perangkasnya.

Baekhyun, yang tengah meneguk kopinya, memberikan anggukan cepat. Setelah selesai meminum kopinya habis, dia menjawab, "Dia tidak keberatan."

"Syukurlah," ujar pria yang diminta Baekhyun untuk merombak tempat tinggalnya. Baekhyun tidak terlalu buru-buru untuk menyelesaikan perombakan tersebut dan sekaligus ia tak ingin menghabiskan biaya terlalu banyak. "Omong-omong Tuan."

"Ada apa?"

"Saya rasa lukisan ini harus dipindahkan," pria tersebut menunjuk ke arah sebuah lukisan pemandangan dengan ukuran besar yang selama ini menghiasi ruangan Baekhyun. Sebetulnya ia tak ingin mempertahankan lukisan itu. Namun, kakaknya (yang menggambar lukisan tersebut) selalu mengancamnya jika berani membuang lukisan berukuran jumbo tersebut.

"Ah ya, letakkan saja dulu di balkon." Baekhyun beralih membuka pintu bergeser yang menjadi satu-satunya akses ke balkon. Lantas ia langsung membantu mengangkat lukisan itu ke balkon. Ia tak peduli jika nanti hujan datang dan lukisan cat minyak tersebut akan rusak. Dia malah sangat bersyukur bisa menyingkirkannya.

Banyak cara yang mereka lakukan untuk memindahkannya ke balkon sebelum akhirnya mereka berhasil. Lukisan tersebut menutupi seluruh permukaan balkon. Baekhyun bahkan harus melompat untuk kembali masuk ke dalam apartementnya. Beberapa hari ke depan dia tak akan bisa menikmati secangkir kopinya di balkon.

"Saya akan kerja, tak apa kan jika saya tinggal?" tanya Baekhyun sembari meraih tasnya. "Jika ada apa-apa hubungi saja saya."

"Baik, Tuan."

Baekhyun bergegas keluar dari apartementnya. Dia kembali mengingat-ingat apakah kamarnya sudah terkunci. Bukannya ingin berprasangka buruk, hanya saja akhir-akhir ini banyak orang nekat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Suara pintu tertutup tak hanya terdengar dari pintunya. Baekhyun menoleh ke kanan dan mendapati Mino dengan pakaian serba hitam. Di tangan kanannya terdapat kotak makan tanpa tutup. Mata Mino yang dingin melirik sekilas pada Baekhyun.

"Selamat pagi!" sapa Baekhyun. Senyuman lebar tampak di bibir Baekhyun. Ia berusaha melenyapkan dinginnya tatapan Mino yang sebetulnya membuat nyalinya ciut.

"Pagi," jawab Mino singkat, tanpa menoleh dia pun berjalan melewati Baekhyun.

Baekhyun langsung mengekori Mino dari belakang, mencoba menyamai langkahnya. Derap kaki mereka terdengar menggema di lorong yang kosong.

"Kabar kakakmu baik?" tanya Baekhyun setelah mereka berhenti di depan lift yang merangkak naik untuk membawa mereka. Mino tak menjawab. Baekhyun mencoba mencari topik lain untuk pembicaraan mereka. Dia mencuri pandang pada kotak makan yang berisi nasi, kimchi, dan sayur dengan porsi yang amat sedikit. "Apakah kau habis membawakannya makanan?"

"Apa urusanmu?" tanya Mino kesal. Dia melempar kotak makan itu ke tong sampah. Baekhyun mengira dirinya sudah kelewatan pada pria yang dikenalnya beberapa bulan yang lalu.

Bunyi bel kecil yang menandakan lift sampai mengalihkan Baekhyun sesaat.

"Mino-ssi!" panggil Baekhyun karena di saat yang bersamaan Mino memilih tangga darurat untuk turun daripada lift yang sudah ditunggunya.

Above. | smn✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang