Baekhyun menggigit kuku jempolnya demi mengurangi kekhawatirannya. Memo kecil di tangannya ia baca berulang kali. Lebih tepatnya pada aktivitas yang terjadi pada pukul tujuh; nyanyian terdengar.
Ini sudah pukul tujuh lebih dan ia tak mendengar sedikitpun suara. Bahkan dari pukul setengah tujuh, yang seharusnya terdengar sesuatu, tak terdengar apapun.
Dua hari terakhir Baekhyun memang melakukan pengintaian dan mencatat segala hal yang terjadi di ruangan sebelah. Kemarin ia mendengar semuanya tepat seperti apa yang telah ia tulis. Baekhyun mengambil cuti lima hari dari pekerjaannya dengan alibi mengurus neneknya yang sekarat.
Semua skenario yang mungkin terjadi di ruangan sebelah rasanya sudah terpikirkan oleh Baekhyun sedetil-detilnya. Ada dua nama yang menurut Baekhyun mungkin terlibat; Mino dan Chen.
Yang pertama, Mino. Baekhyun tidak bisa tidak menaruh curiga padanya. Setiap hari mereka bertemu di lift, Baekhyun menuju lantai dasar dan Mino menuju kediaman Chaerin. Hanya Mino yang Baekhyun sering lihat bolak-balik ke dalam ruangan itu. Tapi jika memang Chaerin ada di sana, apa salahnya Mino mengunjungi kakaknya sendiri. Dan semua yang Baekhyun curigakan hanyalah khayalannya.
Yang kedua adalah Chen. Baekhyun sangat ingin menghapus kecurigaan pada Chen. Tapi kedekatannya dengan Mino yang tak terduga fan peringatan-peringatan aneh yang dikatannya tanpa sebab membuat Baekhyun bertanya-tanya apakah sahabatnya itu tahu keganjilan ini dan diam-diam terlibat di dalamnya. Baekhyun pun juga merasa jika Chen akhir-akhir ini berubah menjadi orang lain.
Baekhyun memijat pelipisnya. Dia sadar jika ia terlalu berlebihan dengan masalah ini. Bisa saja ia salah dengar atau salah lihat. Tapi nalurinya sangat kuat. Dia yakin sesuatu yang buruk terjadi di sebelah kediamannya.
Memutuskan untuk mencari udara segar, Baekhyun beranjak keluar. Dia terlonjak begitu membuka pintu. Di hadapannya Mino berdiri dengan cemas.
Pertama kalinya selama Baekhyun mengenal Mino, dia tak pernah melihat Mino sekacau itu. Rambutnya acak-acakan, keringat bercucuran di dahi dan keningnya, napasnya berat dan pendek.
"M-mino-ssi?" kata Baekhyun dengan tergagap.
Mino menggigit bibir bagian bawahnya dan melirik cepat ke arah pintu tempat tinggal Chaerin, "Kita perlu bicara."
Dengan keadaan sehelai kain yang menutupi lubang dan kecurigaan besar terjadap Mino, Baekhyun enggan memberikan akses masuk pada Mino, "Bicarakan saja di sini."
"Tidak bisa!" desis Mino cepat. Sorotan matanya penuh ketakutan. Jika Baekhyun perhatikan lebih teliti lagi, tubuh lelaki itu gemetar. Mino pun mendekat dan berbisik, "dia bisa mendengarnya."
Dia?
Tanpa dipersilahkan Mino menerobos masuk dan duduk di kursi yang berada di depan konter dapur. Baekhyun menutup pintu dan bergegas menghampirinya.
"Kau bisa mendengarnya?" lirih Mino, menatap lurus ke arah kain putih. Melihat Mino yang biasanya tampak gagah dan mengerikan menjadi ketakutan seperti anak kecil membuat Baekhyun linglung.
"Apa maksudmu?" tanya Baekhyun pura-pura tidak tahu.
"Ada seseorang di sana," Mino menunjuk ke arah kain putih.
Jantung Baekhyun berdegub cepat, takut jika selama ini memang dia mendengar semuanya. Baekhyun tertawa seadanya untuk mencairkan suasana, "Ya, dan itu suara kakakmu, bukan?"
"Aku yakin kau mendengarnya juga. Setiap jam tujuh tepat. Suara itu... nyanyian itu..." Baekhyun menatap Mino dalam diam, mencari gerakan tubuh yang mencurigakan. Tapi Mino benar-benar tampak ketakutan. Matanya yang berlinang air mata beralih ke arah Baekhyun, "aku tidak gila, bukan? Kau mendengarnya juga."
"Mungkin saja itu kakakmu—"
"Dia pergi. Dia pergi jauh dan aku tidak menyentuh tempat tinggalnya lagi setelah dia pergi," Mino meremas celana jinsnya dan menunduk, "tiap malam aku selalu mendengar suara ketukan dari atas, dari kamar Noona. Tapi dia sudah pergi! Tiap pagi aku mendengar nyanyian suara wanita. Tapi dia sudah pergi! Tiap pagi aku mendengar seseorang mengancam untuk membunuh. Tapi siapa yang bicara di atas sana? Siapa yang terancam terbunuh? TIDAK ADA SIAPAPUN DI SANA!"
Mino menangis dan Baekhyun tidak tahu harus berbuat apa. Kata-kata Mino seakan menghapus semua kecurigaan. Melihat dia menangis dan ketakutan membuat Baekhyun yakin dengan apa yang dia bilang halusinasi selama ini. Kejadian di sebelah kediamannya nyata. Ada seseorang yang terancam nyawanya.
Mendapat pemikiran seperti itu, Baekhyun merinding.
"Sungguh, aku takut," ucap Mino terisak.
Baekhyun mengusap punggung Mino, mencoba menenangkannya dan diri sendiri. Akan lebih parah kepanikan yang dialami Mino jika ia menyebutkan apa-apa saja yang telah dilihat dan didengar. Setelah berhasil, Baekhyun berucap, "Aku tak mendengar apapun selama ini. Apa kau akhir-akhir ini sering mimpi buruk? Aku punya teman seorang psikiater—"
Mino langsung menoleh kepada Baekhyun. Meskipun masih berlinang air mata, sorotan matanya begitu tajam, "Apa kau menyebutku gila?"
"Tidak, aku hanya memberikan saran saja."
Mino bangkit dari tempat duduknya dan berdesis, "Kau sama saja seperti mereka."
Suasana berganti begitu cepat. Teror yang sempat mencekam diri Baekhyun kini bercampur dengan rasa bersalah. Tak seharusnya dia berucap seperti itu.
Ponsel Baekhyun bergetar di kantongnya. Segera ia mengangkat telefon dari Chaerin.
"Noona!"
Suara dentuman musik terdengar keras. Beberapa orang berbincang dan tertawa di dekat Chaerin.
"Oh, Baekhyun-ie!" seru Chaerin, "ah, sepertinya aku pulang larut malam ini."
"Kau mabuk?"
"Malam ini sangat hebat!"
Dan sambungan telepon pun terputus. Baekhyun tak bisa menggabungkan semua fakta yang didapatkannya. Semua terjadi begitu cepat.
Apa yang sebenarnya terjadi!?
A/N : Sorry for late update, seharusnya kemarin malem hehe. Akhir-akhir ini emang lagi sibuk ngurusin daful kuliah jadi maaf ya kalau kelupaan update. Btw, thank you so much atas vote dan comment kalian:) aku bakal berusaha lebih baik lagi😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Above. | smn✔️
Mystery / ThrillerSemenjak kepindahannya ke kota padat ini, untuk pertama kalinya, dia menyukai tempat tinggalnya. Tepatnya di balkon. Di mana setiap hari dia bisa mendengar lantunan melodi indah. Bagai candu, dia harus mendengar suara wanita itu tiap pagi. Tanpa p...