enam.

139 29 4
                                    

"Apakah di tempatmu bekerja ada wanita cantik?"

Chen menghela napas dan memutar kedua bola matanya mendengar pertanyaan Baekhyun. Mau berabad-abad berlalu sahabatnya yang satu ini  masih saja memusingkan wanita cantik.

"Apa sebetulnya definisi cantik bagimu, Baekhyun-ssi? Yang sedikit..." Chen memutar jari telunjuknya di sekitar keningnya.

Xiumin tertawa begitu sadar maksud Chen sementara Baekhyun merengut dalam diam.

"Lebih baik kau kukenalkan kepada salah satu pegawaiku daripada kau bertanya seperti itu. Menyedihkan," cibir Xiumin, menekan tombol lift untuk naik.

Mereka akhirnya sampai di apartement Baekhyun setelah drama ban kempes yang dialami mobil Xiumin.

"Jangan. Mana ada yang mau dengan pria manja macam dia," imbuh Chen yang langsung dihadiahi pelototan tajam dari Baekhyun. Chen hanya terkekeh dan saling bertukar pandang pada Xiumin yang mengangguk setuju.

Pintu lift terbuka, ketiga pria itu masuk ke dalamnya. Chen mau tidak mau harus ikut ke tempat tinggal Baekhyun. Awalnya dia enggan karena ia ingin menghabiskan waktunya dengan bersantai di rumah. Siapa lagi kalau bukan Baekhyun yang merengek meminta Chen ikut hingga ia malu sendiri karena mereka menjadi bahan tontonan.

Belum mereka sampai di lantai tempat tinggal Baekhyun, lift berhenti dan pintu pun terbuka.

"Kita masih ke atas lagi—"

Ucapan Baekhyun terpotong saat menyadari siapa yang berada di depan pintu. Udara dingin seakan merambat ke seluruh tubuh Baekhyun begitu melihat Mino di depan pintu lift.

Aura yang dipancarkan lelaki bersurai hitam itu memang sangat luar biasa. Seakan bisa menggiring Baekhyun masuk ke dalam film horror meski dia hanya melihat sisi kanan lelaki itu.

Langkah Mino terhenti tepat di pintu lift dikarenakan Chen yang berdiri terpaku di tempatnya, di depan pintu lift. Xiumin sampai harus menarik baju Chen untuk memberikan ruang bagi Mino. Mino masuk dan berdiri tepat di sebelah Baekhyun yang berpegangan pada railing lift.

"Jadi kapan akan selesai?"

Pertanyaan itu membuyarkan keheningan yang tercipta di dalam lift. Suara berat Mino langsung membuat kepala Baekhyun terangkat.

"Masih belum pasti soalnya yang kerja hanya satu orang," jawab Baekhyun dengan pelan.

Di saat yang sama lift berhenti di lantai tempat tinggal Mino. Tanpa salam perpisahan apapun dia menyelonong pergi.

"Heol, dia tetanggamu?" Baekhyun mengangguk menanggapi pertanyaan Xiumin, "pantas saja kau tak banyak gaya lagi semenjak di sini. Ternyata ada yang lebih tampan."

Lelucon Xiumin seakan tak mengubah keadaan sepeninggalan Mino. Baekhyun hanya tersenyum kecut dan kembali terdiam. Memikirkan apakah dia betul-betul melakukan suatu kesalahan hingga membuat Mino sedingin itu padanya.

"Nah, sampai juga," kata Xiumin, cepat-cepat keluar dari lift.
Dia bisa bernapas lega lepas dari senyapnya suasana lift karena baik Chen dan Baekhyun sama-sama diam seperti patung.

Masalah Mino tersingkirkan begitu cepat oleh komentar-komentar Xiumin mengenai lukisan. Baekhyun kini bisa kembali menjadi dirinya biasa. Memang Xiumin bisa sekali memperbaiki suasana.

"Tapi baguskan lukisannya?" tanya Baekhyun memastikan untuk kesekian kalinya.

"Kau mau mulutku berbusa menjawab pertanyaan itu terus?"  jawab Xiumin dengan sarkastis, "bagaimana menurutmu Chen? Bagus bukan?"

Kini perhatian mereka teralih pada Chen yang sedari tadi duduk termenung di sofa. Chen mengangkat kedua alisnya dan balik bertanya lewat tatapannya.

"Lukisannya bagus bukan?" tanya Xiumin ulang.

Chen mengangguk cepat dan mengacungkan jempolnya, "Bagus."

"Kau ini kenapa, eh?" Baekhyun angkat bicara perihal perubahan sikap Chen yang tiba-tiba. Mereka bertiga memang terkenal tidak bisa berhenti bicara. Berisik dan heboh. Aneh rasanya melihat salah satu dari mereka hanya duduk melongo. "Apa jangan-jangan pengaruh pasien di rumah sakit jiwamu itu terbawa ya?"

Chen menepis tangan Baekhyun yang mencoba menempelkan punggung tangan ke dahinya. "Aku tidak apa-apa. Ehm— Xiumin bisakah kita pulang sekarang?"

Baekhyun dan Xiumin saling bertukar pandang. Benar-benar bingung dengan gelagat Chen yang seakan-akan mencoba menutupi kekhawatiran.

"Aku ada urusan," imbuh Chen. Tas ranselnya sudah ia gendong.

"Oh, kalau begitu kita pulang ya," kata Xiumin, "nanti uangnya aku transfer. Soal bagaimana nanti memindahkan lukisannya kita bicarakan lagi."

Baekhyun mengangguk cepat. Pergerakan Chen yang tengah keluar tempat tinggalnya tertangkap ekor mata. Lantas Baekhyun langsung menahan tangan Xiumin dan melirik cepat ke arah Chen. Bahasa tubuh Baekhyun langsung dimengerti oleh Xiumin. Dia mengedikan bahunya sebagai tanda dia juga tak tahu penyebab perubahan drastis sikap Chen.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Above. | smn✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang