delapan.

116 31 2
                                    

Baekhyun menatap lekat kain putih yang tergantung di dinding. Mulutnya mengunyah perlahan roti lapis yang dibuatnya.

Ini bukan karena masalah pekerjanya yang tak kunjung datang.

Ini juga bukan masalah renovasi tempat tinggalnya yang tak selesai.

Semalaman Baekhyun terjaga. Kedua matanya tak bisa tertutup. Suara nyanyian Chaerin yang di dengarnya dengan apa yang di dengarnya di tempat tinggal Chaerin jauh berbeda.

Chaerin memiliki suara yang lebih keras dan berat sementara yang didengarnya terlalu lembut dan mendayu.

Jika bukan Chaerin, siapakah itu?

Duk.

Duk.

Duk.

Awalnya Baekhyun tak mendengar apapun sampai suara itu terdengar sangat keras dan disusul sebuah erangan pelan. Kaki Baekhyun melangkah mendekat, memastikan jika pendengarannya tidak salah. Suara itu kembali terdengar dengan konstan.

"Tolong..."

Lirihan seseorang itu membuat Baekhyun membeku. Suara ketukan itu terus terdengar. Rasa penasaran membumbung tinggi dalam diri Baekhyun.

Di pikirannya hanya ada satu pertanyaan; apakah Chaerin baik-baik saja?

Dia tak ingin berpikir kemana-mana dulu. Ia membayangkan jika Chaerin yang tengah meminta tolong sehingga dia sangat khawatir, bukan orang lain.

Tangan Baekhyun terjulur ke tirai putih di hadapannya. Jemarinya gemetar menggenggam tirai.

"Kumohon..."

Perlahan Baekhyun menyingkap tirai itu, memperlihatkan lubang sebesar kepalan tangannya di dinding. Di lubang tersebut hanya tampak lantai kayu dari ruangan sebelah. Baekhyun ragu. Apakah ini sedikit tidak sopan?

Dia menurunkan sedikit singkapannya.

"Tolong..."

Kini lirihan itu terdengar amat disertai tangisan. Naluri Baekhyun berkata jika tengah terjadi sesuatu yang tidak beres di kediaman Chaerin. Entah apa yang terjadi dengan Chaerin, yang amat dikenalnya sangat ceria, sampai menangis meminta pertolongan. Lupakan masalah sopan santun, mungkin hidup seseorang tengah ada di tangan Baekhyun.

Baekhyun menunduk menyamakan tingginya dengan lubang. Dia mendekatkan kepalanya ke lubang. Matanya langsung menangkap sosok gadis di pojok ruangan tengah terduduk dan menjedotkan kepalanya ke dinding berkali-kali. Surai panjang hitam gadis itu menutupi hampir seluruh wajahnya. Tangannya terikat oleh tali.

Baekhyun kembali dibuat terkejut. Dia tak mampu bergerak sedikitpun. Sesuatu yang buruk benar-benar terjadi di sebelah rumahnya.

Ia mencoba memperhatikan lebih baik. Warna hitam rambut gadis itu membuat Baekhyun ragu jika pemiliknya adalah Chaerin. Lagipula bentuk tubuh yang kurus dan mungil si gadis sama sekali bukan bentuk tubuh Cherin.

Sesuatu yang menggantung di sebelah gadis itu pun juga menarik perhatian Baekhyun.

"Sial," bisik Baekhyun dengan jantung yang berdegub cepat saat sadar jika yang menggantung di sebelah gadis itu adalah sebuah kaki yang dibalut celana jeans usang.

Bisikan itu menghentikan pergerakan si gadis dan membuatnya menoleh ke arah Baekhyun. Dia dan si gadis sempat bertukar pandang sesaat. Tatapannya sarat akan kesedihan tapi ada sedikit kecerahan begitu melihat Baekhyun.

"DEMI TUHAN! KUBILANG HENTIKAN SUARA ITU!"

Baekhyun langsung melepas pegangannya dari tirai begitu suara berat terdengar membentak, memutus pandangan yang penuh pertanyaan.

Itu... itu suara Mino, bukan?

Above. | smn✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang