~Prolog~

945 24 0
                                    

"aahhhh... Kerjaan kita cuma gini gini aja? Bosaaaan nya.. nyesel deh ngambil jurusan rekayasa genetika kalo tau kerjanya bakal di ruangan terus..." Keluh Zac, teman selaboratorium ku itu.
"Kan sudah ku bilang berkali kali kalau kamu cocok nya jadi polisi atau bodyguard aja, gak sia sia otot dan posturmu itu" jawabku sambil meledeknya.
"Ya kalo kamu gak ikut mana mungkin aku bisa masuk tes nya.. ini titel ku juga kamu yang ngasih" katanya sambil melipat tangannya dan menyandarkan diri ke kursi.
"Hmm harus gimana ya, hilangkan sifat malas mu itu, hihi" jawabku sambil memperhatikan gambar dari mikroskop elektron di laboratorium tersebut.
Zac dan aku mulai akrab ketika SMA kelas XII. Zac adalah salah satu cowok populer di sekolah pada saat itu. Sedangkan aku hanya anak gemuk kutu buku yang di bilang aneh sama murid lain. Ceritanya pada saat itu kami baru selesai ujian dan lagi sibuk-sibuknya mencari perguruan tinggi. Aku pada dasarnya sangat tertarik dengan tanaman dan hewan, dan menurut ku kata rekayasa genetika memang sangat keren jadi ku putuskan untuk mengajukan berkas beasiswa ke beberapa kampus terkenal. Jumat itu aku sedang di kelas menyiapkan berkas dan mengisi esai yang di perlukan untuk kelengkapan berkas, di kelas cuma ada aku (emang sengaja nyari tempat sepi) jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, hampir semua anak udah pulang, kecuali beberapa anak bintang yang ikut ini itu, termasuk Zac yang merupakan anak basket sekolah ku. Gerombolan Zac masuk ke kelas untuk mengambil tas dan pulang, seperti biasa aku fokus ke kerjaan ku saja pikir ku nanti juga sepi lagi. "Bro duluan ya", "siap".
"Ehm... Kamu gak pulang?
Hey.. i'm talking to you".
"Eh?.." aku kaget melihat Zac duduk di depan meja ku.
"Kok eh?".
"Anu.   Belum... Masih bikin essay".
"Oh.. berkas beasiswa ya?".
"Hu uh" jawabku singkat.
"Ambil jurusan apa? Elf"
"Huh?" Aku mengernyitkan dahi melihat Zac memanggil ku seperti itu.
"Wah... Gua skeptis apa kamu bisa dapat beasiswa atau gak nih"
"Loh kok gitu?" Tanya ku semakin bingung
"Iya pertanyaan sepele aja kamu gak bisa jawab" ledeknya sambil tertawa sedikit.
"Eh.. bukan itu.  Kok kamu panggil aku Elf?"
"Lah bukannya nama mu Elfin ya? Lagipula Kamu imut kaya Elf"
"Iya kok tau?"
"Woi kita ini udah dua taun satu kelas kalo ada yang lupa nama temen sekelas nya itu keterlaluan"
"Ow.. gitu" aku agak kaget mendengarnya,
"Trus.. ambil jurusan apa?"
"Rekayasa genetik"
"Wih.. elu banget tuh"
"Kalo kamu?.. mau kuliah di mana?"
"Gak tau... Haha, dah eneg sama Buku"
"Ow.. gitu.. kalo gitu masuk polisi atau tni aja.. kayanya kamu udah ada dasarnya" saran ku
"Maksudnya?"
"Uh.. Kamu kan hebat olahraga nya, jadi tes fisik nya pasti kamu dapat"
"Iya sih, ntaran aja dah, eh liat dong essay mu"
"Belom selesai"
"Ow.. rencana mau tulis apa?"
"Uh.. mungkin proyek atau apa gitu"
"Ow.  Iya iya, liat boleh?"
"Boleh, kalau ngerti"
"Hehe" Beberapa saat kemudian Zac pun pergi.
Beberapa bulan kemudian surat pernyataan kalau aku di terima pun datang, dan mengatakan kalau Minggu depan agar ke kampus untuk pengarahan.
Sewaktu di bandara aku melihat Zac, tapi tak ku acuhkan dia, orang kaya seperti dia mah paling jalan jalan.
Dan ketika di kampus aku dikejutkan Zac yang menepuk pundak ku dari belakang.
"Hai.."
"Loh ngapain di sini?"
"Mau briefing"
"Wah.  Kuliah di sini ya?"
"Yo'i.."
"Ow.. udah ya aku mau masuk ke kelas untuk briefing" potongku sambil berjalan menuju kelas
"Duh.. nasib apa sih udah tahan  tahan 2 tahun liat dia, sekarang satu kampus lagi?.. bisa makin jadi rasa suka ku..." Gumam ku dalam hati, iya memang semenjak pertama melihat nya aku sangat "suka" melihat Zac, tapi rasa itu ku pendam dalam dalam. Bisa heboh satu sekolah kalau tau aku gay.
Dikelas aku kembali di kejutkan oleh Zac yang duduk di depan ku
"Hai lagi...hehe"
"Eh.. kok kamu di sini?" Ini kan kelas briefing jurusan rekayasa genetika kan?"
"Iya...trus?"
"Heh?....heh?!! Kamu ambil rekayasa genetika juga?!"
"Iya..."
"Ampun Tuhaan... Kenapa ini!!? Aku akan harus satu kelas lagi sama cowok yang ku taksir ini" Teriak ku dalam hati.
Jelas aku shock, Zac yang lebih banyak otot nya ketimbang otak nya bisa masuk ke sini, dan lebih mengejutkan lagi lewat jalur beasiswa seperti ku. Luar biasa .
Setelah briefing kami khususnya yang lewat jalur beasiswa di beri selembaran kertas untuk menentukan kamar asrama dan penyusunan jadwal. Satu kamar akan di isi 2-3 orang. Di kelas ada 13 orang yang mendapat jalur beasiswa jadi hanya ada satu kamar yang di isi tiga orang, kamar yang tersedia juga tersebar di bangunan asrama berlantai tiga itu dan satu kamar dekat dengan atap pikirku si pemalas zac pasti tak akan milih itu jadi ku pilih saja. Setelah hampir 10 jam kami mengurus ini itu akhirnya kami di persilahkan pulang dan kembali lagi ke sana ketika periode pembelajaran di mulai. Waktu tersebut pun di mulai ketika ku masuk ku lihat seseorang yang jadi teman kamar ku sudah tertidur lelap di ranjang susun tersebut. "Mungkin capek ya", aku membereskan barang barang ku lalu ku dengar "wah .. emang jodoh ya kita" deg! ... Itu.. suara... Zac... Aku menoleh dan yang benar saja Zac lah yang tidur di ranjang tersebut.
"Cobaan apa lagi... Sekamar sama dia..."
"Loh emang kenapa kalo kita sekamar?"
"Heh!? Ugh.. nggak..."
"Hehe..."
"Uhn.. aku.. aku.. keluar dulu ya.. mau belanja dikit.."
"Ikut dong .. bosen di kamar mulu"
"Uh... te-terserah"
"Siap" Zac turun dari ranjang nya dan untuk pertama kalinya aku melihat Zac cuma pakai celana dalam.
"Waaah..."
"Heh.. lu napa?.. ", "heh!? Nggak.. nggak kenapa napa, cepet pakai baju ntar ku tinggal" sambil aku keluar menenangkan diri.
"Zaaac... Makin keren kamu... Aduh... Tuhan berikan aku kekuatan ..."
"Yuk" Zac keluar dengan pakaian khas autumn.
Di jalan tak henti hentinya aku gugup.
Aku berhenti di toko bunga dan membeli beberapa buah umbi bunga Daffodils. Si pemilik nursery berkata "boy your girlfriend really know what she bought!?"
"Heh!? No.. uu.. mam .. im... I'm a male.."
"My Goodness dear I'm truly sorry about that"
"Hahaha!!" Zac tertawa lepas melihat ku di kira perempuan memang pakaian autumn yang ku kenakan membuatku terlihat seperti wanita (bukan pakai rok atau apa, aku pakai sweater panjang , celana dan boots trus kupluk rajut yang kebesaran)  tapi masa rambut pendek ku gak jelas aku cowok.
" Never mind mam.. "
"Well as an apology I'll give you my special flower bulb!"
"Whoa thank you very much mam!"
"Nevermind.. just make sure you plant it, alright"
"I will!"
"See you mam"
"See you dear"
Aku pun pulang dengan sumringah karena beberapa tanaman dan bibit tanaman misterius ini. Di jalan Zac mengatakan hal yang agak aneh menurut ku "Elfin.. kamu emang cantik kalo jadi cewek kok"
Aku hanya bisa mengernyitkan dahi, bukan karena dia menganggap ku seperti perempuan, tapi pujian nya itu. Seumur umur ku sekelas dengan dia, dia gak pernah pacaran atau ngedeketin cewek, malah kebalikannya, tapi sekarang dia memuji aku?.
Sesampainya di kamar kami, zac langsung bugil lagi dan naik ke ranjang, sedangkan aku masih sibuk berbenah dan lanjut menanam umbi Daffodils ku.
Sudah hampir 2 tahun aku menjalani kehidupan kampusku dengan berat karena godaan maut yang secara tak sadar di berikan Zac itu. Namun pada satu malam semua beban itu hilang seketika, aku pikir karena kebablasan , namun ternyata Zac yang menginginkan ini.
Pada sore itu Zac baru pulang dari gym aku duduk di meja sambil memperhatikan tanaman Daffodils ku yang hampir mekar kembali.
"Ugh.. elfin... Pijitin dong....capek..."
"Dih... (Padahal dalam hati senang bukan main)"
"Ayo laaah... " Sambil Zac membuka baju dan celana nya menyisihkan celana dalam putih tipis.
"Iya iya tunggu" aku mencari minyak Atsiri campuran ku yang biasa ku pakai untuk mengatasi kelelahan (cukup di oles sih.  Tapi aku gak akan lewatkan kesempatan pegang pegang otot Zac hehe)
Ku mulai dari punggung Zac lalu ke turun mendekati pinggang, setelah kering aku meminta Zac berbalik dan mengangkat kedua tangan nya, aku mengusap pelan dari pundak, dada, perut dan turun ke perut bawahnya sengaja aku pelankan untuk merangsang Zac. Karena melihatnya ereksi saja sudah cukup untukku berfantasi ria sampai aku klimaks. Ketika aku kembali naik ke leher dan lengan nya Zac menghentikan ku dan ia melepas satu satunya kain di tubuhnya alhasil ia bugil dan untuk pertama kalinya aku melihat penis Zac yang ereksi penuh panjang nya hampir mencapai 19 cm dengan proporsi pas antara kepala penis dan batang nya, sangat seksi menurut ku, aku meneruskan usapan ku turun lagi dan ku beranikan diri untuk mendekatkan tangan ku ke penis Zac, tapi aku masih belum cukup berani untuk meraih nya dan menghisapnya sampai keluar, lalu menungganginya sampai klimaks berkali kali!
Meskipun impuls itu sangat kuat aku belum siap menerima konsekuensi kalau Zac akan membenciku setelah ini jadi aku mengurungkan niat dan menyelesaikan usapan ku.
Cepat cepat aku masuk ke kamar mandi untuk mandi, tapi aku masih terbayang-bayang penis seksi itu, aku pun memutuskan untuk masturbasi saja. Aku duduk menghadap kebawah shower air hangat itu, merasakan hangatnya air yang mengalir, dan aku dengan pelan satu tangan ku meraba dan meremas dada ku yang mirip payudara wanita, dan satunya lagi mengocok penis ku.
"Henggh... Zac... ennngghhh"
Tiba tiba aku merasa telinga ku ada udara hangat yang berhembus lalu ada jilatan dari mulut "aaaahhhhh... Aggh.. " aku mendesah tak terkendali, lalu ku rasakan ada sesuatu yang menyusup ke belahan bokong ku dan masuk ke lubang pantat ku, "aaahhh ... Zac..  hhngghh Zaaaac...."
"Iya saayaaaang"...
"Huh!!" Aku sadar dari fantasy ku dan membalikan badan, aku lihat Zac jongkok di belakang ku,
"ZAC!"
"Hehe.." ia hanya tersenyum lalu ia mendekati ku dan memegang kedua pundak ku, lalu di tarikannya aku mendekatinya, jantungku berdetak kencang, apa yang akan di lakukan Zac? Aku harus bagaimana? Aduuuh.
Bibir Zac mendarat di bibirku dan lidahnya dengan ganas menjelajahi rongga mulut ku. "Hnngghh" aku di peluk kuat agar tidak bisa lari lagi, aku bisa rasakan panas tubuh zac yang seperti demam itu, Zac menyudahi permainan bibir nya lalu mengulum telinga ku, "aaahhh... Zaaac.. " aku memeluk dada kekar dan bidang Zac, sambil sesekali memanggil namanya.
Aku sudah tak tahan lagi aku mendorong Zac agar bersender ke dinding dan aku mulai dengan mengulum penis nya, "uugghhh" Zac melenguh menikmati kuluman mulutku, tak lama kemudian aku merasakan semburan sperma yang lumayan banyak, lalu ku telan semua dengan lahap. Setelah bersih aku naik menjilat perut nya pelan pelan naik ke dadanya, lehernya lalu ku kulum dan jilat telinganya. "Uugghhh.. Elfin..." Aku menggesek gesekan kedua paha ku ke penis nya lalu ku bisikan "Zac... Ku mohon... Boleh ya...", "Hehe.. ini bagian yang harus loh" kedua tangan Zac lalu meremas bokong ku, memukul nya lalu salah satu jari tangan masuk ke lubang pantat ku "hnnggghhh Zac ... Pelan... Pelaaan.   Aaaahhh" entah berapa jari yang di masukan ke pantat ku tapi aku sangat menikmati nya, tangan nya saja udah seenak ini apalagi penis nya. "Hngggh.. Zac... Zac... " Zac membalikkan badan ku Lalu tanpa aba aba Zac menghujamkan penisnya dengan kuat ke lubang ku! Kedua tangan ku di kunci oleh Zac dengan tangan kekarnya. "Zaaaac!!" Dengan ganas dan kasar Zac Mengentotiku hanya dalam puluhan tusukan Zac kembali klimaks menumpahkan sperma nya kedalam lubangku "ah~ Zac... ke-" belum selesai aku berbicara Zac mencabut kontolnya lalu berkata, "Ini belum selesai sayaaang!" Ia lalu duduk di lantai sambil menarikku untuk duduk di atas pangkuannya, "Maaf ya sayang, aku kasar, gak tahan udah tahan nafsu ku semenjak SMA" bisik nya ke telingaku, ia lalu berbaring tangannya tak henti meremas remas pantatku, kali ini Zac dengan lembut memasukan Kontolnya yang masih sekeras kayu itu, Zac lalu memompa penisnya di lubang ku, meski sudah klimaks dua kali, Zac dengan cepat klimaks lagi hanya dalam beberapa puluh menit di dalam lubang pantat ku. Kami berdiam di posisi itu untuk beberapa menit, ketika aku mau bangun Zac pun menegakkan tubuhnya lalu menarik memelukku, lalu berkata "tunggu ya sayang..." aku hanya mengikuti apa maunya dan berdiam diri dalam pelukannya. Meski kami telanjang di dalam kamar mandi kami tidak merasa kedinginan karena kehangatan tubuh lawan main kami. Suasana romantis itu pecah ketika suara gemuruh perut Zac terdengar, ia pun tersipu malu, "sebaiknya kita mandi dan makan ya Zac" Zac hanya mengangguk, melihat ia malu aku menjadi gemas dan mencium pipinya sekali.
Selesai kami mandi kami memutuskan untuk membeli makanan saja (biasanya aku yang masak, tapi dah capek di ritual pemecahan perawan ku tadi :p )
Di jalan aku memberanikan diri bertanya ke Zac.
"Zac...",
"Hmm?",
"Sebenarnya...",
"Elu suka dengan gue gitu?",
"Heh!?",
"Gue juga dari Sma suka sama elu, tapi tiap kali gue ajak makan bahkan ngomong sekali pun elu cuek bebek ke gua", memang pas sma aku sangat pemalu dan cendrung menjauhi Zac.
"Uh... Maaf ya..."
"Hehe.  Gak apa sekarang dah kelar, udah pecah perawan juga" ledeknya sambil memukul bokong ku".
Aku yakin setelah ini hari hari ku akan bahagia.

Resident Evil : Code ELFINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang