Sudah seminggu lamanya, setelah Seokjin meminta surat izin pindah dinas akhirnya di setujui oleh kepala rumah sakit. Seokjin cukup senang mendengarnya, namun tidak pada Jimin. Dia kesal dengan keputusan Seokjin yang tiba-tiba. Baginya, tidak ada hujan atau badai Seokjin menginginkan hal yang Jimin yang sebagai sahabatnya tidak terima keputusannya.
"kapan kau berangkat?!," tanya Jimin saat mereka sedang berjalan dikoridor rumah sakit.
"lusa, oiya. Bagaimana keadaan tuan Namjoon?," tanya Seokjin yang memang seminggu ini sangat jarang menemui Namjoon pasiennya yang sangat ia perhatikan.
"dia baik. Dia selalu bertanya tentangmu. Aku juga mengatakan kalau kau akan pergi." ucap Jimin.
Seokjin memberhentikan langkahnya, wajahnya seketika melihat Jimin.
"kenapa kau bicarakan itu?, kau tau aku tidak sengaja menghindar. Namun sebelum pindah dinas kepala menyuruhku untuk membuat beberapa laporan untuk pasien-pasien yang aku tangani. Aku fikir dengan adanya kepala menyuruhku Namjoon bisa sedikit terbiasa tidak ada aku yang menyapanya setiap saat." ucap Seokjin.
Jimin menundukkan wajahnya.
"aku akan keruangannya sekarang." ucap Seokjin.
Jimin kembali mengikuti langkah Seokjin yang berjalan didepannya.
-
Pintu ruang rawat Namjoon terbuka. Terlihat dari Seokjin, seorang duduk menatap jendela luar.
"tuan Namjoon, maafkan aku baru sempat lagi untuk menemui-."
"kau ingin meninggalkanku?!," ucap Namjoon memotong ucapan Seokjin.
Seokjin terdiam mendekati Namjoon, Jimin berdiri di dekat pintu.
"tuan, maaf ada pekerjaan disana untukku." ucap Seokjin pelan.
"kau bilang aku tidak akan sendiri lagi!!, kau dan dokter Jimin akan selalu bersamaku." ucap Namjoon kesal.
Jimin terdiam diujung sana sambil menatap Namjoon sendu.
"harusnya memang dari awal aku tidak usah hidup!!," ucap Namjoon.
"tunggu tuan, jangan berkata seperti itu. Masih ada Jimin yang akan selalu menemanimu." ucap Seokjin penuh hati-hati.
"pergi!, aku tidak mau melihatmu!," ucap Namjoon kesal.
Seokjin yang mengerti langsung berjalan meninggalkan ruang rawat Namjoon, difikirannya Namjoon hanya butuh waktu sendiri untuk mengerti keadaan.
"bagaimana ini hyung?, dia sangat marah." ucap Jimin khawatir.
"terus pantau dia selama aku tidak disini. Jika terjadi keadaan yang sangat buruk coba hubungi aku ya." ucap Seokjin menitip pesan.
Jimin menundukkan wajahnya. Terlihat raut wajah sedih disana.
"maafkan aku jiminie, aku belum bisa menceritakan semuanya. Namun, pasti ketika kita bertemu lagi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk bicara padamu apa yang terjadi sebenarnya." ucap Seokjin memegang pundak Jimin.
Jimin menatapnya dan mengangguk pelan.
Seokjin memeluknya Jimin hangat.
"tolong jaga orang-orang yang aku sayang selama aku pergi. Aku hanya butuh waktu sendiri dalam waktu yang tidak sebentar." ucap Seokjin.
#
Sehari sebelum Seokjin berangkat keluar kota. Hatinya sangat sedih meninggalkan keluarga yang sudah membesarkannya dari kecil.
Namun tekatnya untuk membuat Sun-hee dan Taehyung bahagia sangat tidak main-main. Dia mengorbankan perasaannya untuk orang lain. Bukan, bukan orang lain melainkan orang yang sangat ia sayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Day (TaeJin) [END]
Fanfictionsuatu saat kita akan bersama, tapi entah itu kapan. karena sekarang kamu sedang bersama orang lain. orang lain yang aku kenal, tidak mau merusak hubunganmu. tapi aku juga ingin sekali memilikimu. apa aku egois?, padahal kamu adalah laki-laki begitup...