PROLOGUE

9.3K 406 8
                                    

Suara pedang dan darah yang tumpah memenuhi telinga, sekeras apapun aku menutupnya, aku masih bisa mendengarnya. jeritan wanita dan anak-anak yang menangis. Sementara aku di dalam kamar hanya bisa menunggu dan tidak berbuat apapun. Jika aku keluar, maka sama saja aku membuat pengorbanan mereka sia-sia, namun jika tidak menyerahkan diri akan semakin banyak orang-orang yang terluka. 

Aku menatap Grace, seorang pelayan pribadi ku yang kini sedang menemani ku dan menjaga ku di dalam kamar sementara diluar terjadi pertempuran, bukan. Lebih tepatnya pembasmian. Tangan ku bergetar karena takut, "Grace--" gumam ku. Grace menoleh kearah ku dan tersenyum. "Semua akan baik-baik saja tuan putri. Anda akan aman." kata Grace menghiburku.

Bukan, bukan itu yang ku khawatirkan Grace, aku mengkhawatirkanmu. Aku merasa bersalah karena membawa bencana bagi kalian. "Grace, biarkan saja mereka membawaku, aku tidak ingin kalian berkorban lebih banyak lagi."

Grace berjalan kearahku lalu memeluk ku dengan hangat, Grace adalah pelayan yang melayaniku sejak kecil, kami tumbuh bersama dan aku menganggapnya seperti kakak ku sendiri. Aku menangis dalam dekapan Grace. "Shh.. tuan putri, ini bukan salah anda. Ini semua adalah takdir, meski aku harus mati, aku tidak akan menyesal. Jika itu berarti aku bisa melindungi tuan putri."

Tidak Grace, kamu tidak boleh mati, setelah ayah dan ibu yang merupakan Alpha dan Luna meninggal beberapa saat yang lalu. Kamu tidak boleh meninggalkan ku juga. "Aku tidak ingin." kalimatku tidak ku lanjutkan. Karena kutahu ucapan yang akan kulontarkan justru membuat Grace semakin khawatir dengan ku. Aku hanya tidak ingin kalian semua mati karena diriku, aku tidak ingin hidup dalam rasa bersalah seperti ini. Jika kalian semua mati, lebih baik bawa aku bersama kalian juga.

BRAKK!!

Pintu kamar ku terbuka dengan paksa membuat engsel pintu itu rusak, tubuhku bergetar, mereka sudah disini. Apa yang harus kulakukan? Grace melepaskan pelukannya dari tubuhku, aku ingin meraih kembali tangan Grace namun Grace lebih dulu menjauh dan berjalan kedepan untuk melindungiku. Tapi hal itu tidak berlangsung lama.

Nafasku memburu tatkala melihat pemandangan mengerikan tepat di hadapanku, Grace, mati. Dengan kepala yang terpisah dari tubuhnya.

Tubuhku jatuh tersungkur mencium lantai, suara ku tercekat, tubuhku lemas. Indra penciumanku mengendus aroma anyir darah yang sangat pekat di seluruh sisi pack. Tak terbayang olehku jumlah korban yang mati saat ini.

Samar-samar aku bisa melihat bibir Grace yang bergerak menyuruhku pergi didetik terakhir ajalnya. Tidak! Tidak! Jangan tinggalkan aku sendirian Grace.

"Lari! Putri, pergi secepat mungkin!! Kita akan berusaha menghadang mereka." teriak beberapa Omega dan Warrior yang tadi berjaga di depan pintu sambil berusaha melawan walau itu tidak lama karena mereka bernasib sama seperti Grace. Aku memejamkan mataku.

Air mataku lolos dari kelopak mataku, aku berusaha untuk bangkit, aku melirik jendela yang berada di kamarku, tanpa pikir panjang, aku langsung berlari dan melompat keluar jendela. Aku memejamkan mata ku bersiap merasakan benturan keras yang akan datang, namun itu tidak terjadi karena Marc, Beta dari pack ku menangkap tubuhku.

 Mata ku berbinar, tidak semua dari mereka mati. Aku melirik pria yang berada di belakang Marc, yang tidak lain adalah Stevan, kami bertiga bersahabat. Stevan adalah warrior yang  terkenal tangguh di Golden Eclipse, walau keadaan mereka tidak terlalu baik, tapi setidaknya mereka selamat.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, sebuah pemandangan yang mengerikan. "Kita akan pergi dari sini, tuan putri." kata Marc yang mulai berlari sambil membawaku sedangkan mereka mulai mengejar kami. Hatiku berteriak jika aku harus kembali dan menolong mereka tapi kaki ku terus saja berlari menjauh saat mendengar teriakkan mereka yang menyuruhku pergi.

Aku menenggelamkan wajah ku di dada Marc, aku merasa sangat lemah dan tidak berguna.

TBC

The Alpha My Mate (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang