PART IX

101 7 2
                                    

Malam selalu panjang
Diwaktu aku merindukanmu
Kau bisa menjaga aku
Hingga diriku merasa teduh

-Rossa-

Author POV

Malam seusai hujan rintik itu Tias semakin merasa badanya lemah.Pandangannya mulai hilang matanya terpejam. Badannya terjatuh menyamping.
Mata Panji terbelalak. Panji sangat bingung dan takut ada apa gerangan Tias sampai pingsan. Ia menangkap tubuh bongsor nan ramping itu. Dipapahnya Tias sampai di kursi taman. Teman temannya belum datang juga. Ditepuk tepukan tangannya ke pipi Tyas.Jantung mereka sama sama berdegup kencang.
Suasana larut menjadi sedih.Panji seakan tak percaya wanita yang dipeluknya kini. Air matanya hampir jatuh. Ia pun mengecek nafas dan nadinya. Jari jari Panji pun menekan dengan sedikit tekanan pada tengah tengah telapak tangan Tias. Ia sedikit tak tega. Ia pun memejamkan matanya. Serasa ketakutan melihat Tias kesakitan. Sedikit saja tekanan dan
Tiaspun tersadar namun sangat lemas sekali.

Tika kaget ketika melihat mereka berdua dan Tias terkulai lemah. Iapun bergegas menolong Tias yang tergeletak lemas di kursi bersama Panji.

"Ada apa mas? " tanya Tika matanya agak curiga.

"Tadi tiba tiba Tyas pingsan tapi sekarang sudah sadar.Badannya sangat lemah sekali. Suhu tubuhnya sangat dingin.Apakah dia demam?"tanyanya kuatir.

"Iya tadi sore minta antar beli obat mas. " Ia pun menolehkan pandangannya kepada sahabatnya yang masih duduk lemas terkulai.

"Beb..Kamu masih kuat?Kok jadi begini.Apa kita kerumah sakit aja?" Tika bertambah kuatir.

Tyas pun menggeleng pelan.
Diapun melihat tangannya digengam erat oleh Panji. Dia berada di bahu Panji sekarang. Tenang dan nyaman. Iapun meneteskan air mata. Demi apakah semua ini terjadi? Mengapa harus Panji yang berada disampingnya kini?

Panji mengusap air matanya.
Mereka saling berpandangan. Tatapan polos dan sangat dalam mereka rasakan hingga menggetarkan sanubari mereka. Sama seperti hampir 4 tahun yang lalu.

"Eh. Aku ambilkan minum sebentar buat Tias. Mas jagain Tyas dulu ya.Sambil aku panggil teman teman yang lain. " Tika bergegas pergi sadar diri. Ia tahu mereka butuh waktu berdua.

" ehhm. iya. " Panji tersadar dari tatapannya yang sangat dalam kepada wanita yang semenjak bertahun tahun lalu telah membawa pergi hati kecilnya namun tak pernah mengembalikannya hingga ia tak mampu membuka ruang bagi yang lainnya.

"Dek. Kamu sakit? Kenapa gak bilang ma abang?Maafin abang gak bisa berbuat apa apa buat kamu.Maafin abang."
Panji merasa sangat bersalah. Diapun tertunduk.

Tias masih lemas. Ia segera sadar. Pikirannya menolak. Panji tidak boleh masuk ke dalam hatinya. Dia tidak mau terlarut dalam perasaan yang tak menentu ini.Sudah cukup tersiksa rasanya memendam perasaan pada orang lain. Ia tidak ingin dibodohkan oleh cinta lagi. Namun hatinya....

Kepalanya masih menyandar di bahu Panji. Diapun berusaha bangun!! Sekuat yang ia bisa.Namun tidak berdaya.

Panji bingung. Di sisi lain semakin Tias ingin menolak perasaannya saat ini ia semakin bertambah pusing. Udara malam membuatnya agak menggigil.

Reflek!
Panji pun dengan sigap langsung membopong Tias ke kamarnya. Matanya terlihat sayu bibirnya kering wajahnya pucat.

Tak terasa air mata Tias mulai mengalir dari pelupuk matanya.

Kenapa gerangan Tias menjadi seperti ini batin Panji.

Panji melihatnya lalu ia pun bertanya
"Tenang. Abang ada disini. Dimana kamar adek? Adek harus istirahat. Tak perlu menangis lagi. Biarkan kita seperti ini mengalir sampai nanti. "

PanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang