Part 7

4 2 0
                                    

“Kita sudah sampai.” Kata Ben sembari melepaskan seat beltnya.

Brian dan Elena kini berada di fremantle market. Kemarin setelah Elena mengatakan bahwa Beau sudah kembali dan Ben juga sudah bertemu dengannya. Brian mencoba memastikan kebeneran itu, namun belum sempat bertanya, Ben sudah akan pulang kerumahnya. Dari apa yang Brian bisa lihat, tingkah laku dan raut muka Ben, Brian tahu bahwa apa yang dikatakan adiknya itu memang benar. Elena juga menjadi lebih banyak diam dan melamun, maka dari itu Brian mencoba mengajaknya keluar dan memasak bersama di rumah. Kebetulan mereka tidak memiliki jadwal di luar rumah. Siang ini cukup cerah dan mereka memiliki waktu yang senggang. Elena membeli beberapa bahan seperti buah-buahan, beberapa sayuran, dan juga daging. Setelah hampir beberapa jam Elena mengitari Frematle market akhirnya Elena selesai belanja. Brian hanya menampakkan muka kesalnya karena dibawa berputar-putar tempat itu hanya untuk mencari beberapa bahan.

“Kenapa tidak di supermarket saja sih?” kesal Brian.

“Seni berbelanja itu di pasar, B.” Jawab Elena dengan sabar.

“Aku tahu, tapi aku kira aku hanya mengantar saja bukan menjadi tukang angkut seperti ini.” Katanya sambil mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan kantung belanjaan.

“Lalu apa gunanya tubuh seksimu itu, B.”

“Tubuhku sudah tidak seksi lagi, ini sangat kurus.” Kata Brian sambil menunjukkan tangan kurusnya. Elena hanya menanggapi sebuah senyuman atas komentar kakaknya. Elena lalu berjalan mendahului Brian yang masih saja komat-kamit mengeluarkan kekesalannya. Terkadanag Elena berpikir bahwa Brian adalah anak kecil yang terjebak dalam tubuh seorang lelaki dewasa. Kelakuan Brian bahkan melebihi anak kecil, dan Elena heran kenapa juga dia bisa menjadi dokter bedah yang cukup sukses di rumah sakitnya.

“Kau saja yang menyetir.” Katanya sambil melemparkan kunci mobil pada Elena.
“Tanganku rasanya akan lepas, Len.” Keluh Brian saat memasuki mobil.

Elena sudah tidak mau menanggapi keluhan sang kakak, hal ini karena Elena tahu keluhan sang kakak tidak akan beres. Dia bisa terus mengoceh bagaimana beratnya belanjaan mereka yang Brian bawa hingga sampai rumah atau bahkan sampai seharian. Makannya Elena tidak mau menanggapi keluhan sang kakak dan memilih untuk fokus ke jalanan. Setelah hampir limabelas menit mereka dalam perjalanan pulang akhirnya mereka sampai juga di rumah mereka. Elena mengambil sebagian belanjaannya agar kakaknya tidak mengeluh lagi dan lagi. Brian membukakan pintu untuk Elena lalu setelahnya Elena langsung berjalan menuju dapur. Kini giliran Brian membereskan belanjaan yang tadi mereka bawa ke dalam kulkas.

“Kita akan makan apa, Len?” kata Brian katanya sambil membereskan belanjaan ke dalam kulkas.

“Rasanya aku ingin membuat ayam goreng yang suka ibu buat, B.” Katanya sambil memfokuskan diri pada ponselnya untuk menghubungi ibunya menanyakan bahan-bahan apa yang ia butuhkan untuk memasak makan siang mereka.

“Baiklah, aku mau bersih-bersih dulu.”

Setelah hampir setengah jam Brian mandi dan Elena menyibukkan dirinya untuk memasak akhirnya makan siang mereka juga sudah siap. Brian yang baru keluar dari kamar mandi terlihat dari tetesan air yang jatuh dari rambutnya. Elena melemparkan sebuah handuk kecil kepada Brian. Kebiasaan seorang Brian Watts, dia tak pernah mengeringkan rambutnya, selalu membiarkan tetesan air dari rambutnya membasahi bagian punggung belakang. Padahal jika dipikir-pikir hal itu akan membuatnya jatuh sakit. Brian itu dokter seharusnya ia tahu akan hal ini tapi katanya Brian terlalu malas untuk mengambil handuknya lagi.

“Wah” kata Brian takjub sembari menarik kursi makan.

“Makanlah selagi hangat, B” Kata Elena sembari menyodorkan beberapa piring masakannya kehadapan Brian.

A Good ByeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang