“Ben?”
Ben mengangguk singkat pada Jimmy, sekertarisnya yang melompat panik dari kursi begitu melihat kehadirannya. Wajahnya menyiratkan rasa kaget, namun tatapannya penuh simpatik. Tidak hanya Jimmy yang kaget dengan keberadaannya di kantir, tapi hampir semua karyawan di kantornya pun begitu. Ben membuka pintu kantor pribadinya dan langsung duduk menghadapi laptop. Ia menghidupkan telepon untuk memanggil Jimmy masuk. Lelaki bertubuh tegap itu melongokkan kepala ke balik pintu Ben. “Kau memanggilku?”“Jangan batalkan rapat siang ini. Saya ingin memastikan Anderson tahu kita tidak main-main soal projek itu. Ambilkan arsip kontrak kita yang kemarin, dan panggil Felix ke sini sekarang juga.” Jimmy bengong.
Sudah hampir seminggu Ben tidak masuk kantor, ia tidak mengabari siapapun di kantornya kecuali Jimmy. Jadi wajar saja hampir semua karyawan kaget melihat pimpinannya kembali dengan tiba-tiba. Ben tahu ia sudah bertindak tak profesional, tapi jujur ia butuh sekali menenangkan pikirannya saat itu.
“Kau tidak memberitahuku saat kau akan kembali ke kantor, Ben.” Kata Jimmy saat masuk ke ruangan Ben sambil membawa beberapa kontrak kerja yang tadi ia perintahkan pada Jimmy. Mendengar apa yang Jimmy katakan, Ben hanya mendengus.“Memangnya kau ini siapanya aku?” kata Ben dingin. Jimmy hanya mencebik mendengar jawaban atau pertanyaan balik dari Ben. Jimmy lalu meletakkan beberapa arsip kontrak kerja dan beberapa file tentang perusahaan Kang yang belum ia periksa. Selanjutnya Jimmy lalu memilih keluar dari ruangan Ben daripada ia harus berlama-lama disana dan membuat tekanan darahnya naik.
Sedetik kemudian Ben lalu tenggelam dalam beberapa berkas, pikirannya benar-benar fokus. Beberapa kali keningnya berkerut saat ada laporan yang belum sesuai dengan apa yang ia inginkan. Bahkan Ben tidak menyadari bahwa sudah hampir jam makan siang. Hingga ketukan pintu membuyarkan pikirannya dan ternyata Jimmy yang masuk.
“Ada apa?” katanya sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya serta melepaskan kacamatanya.
“Kau ingin memesan sesuatu? Ini sudah hampir jam makan siang.” Kata Jimmy. Ben lalu melirik jam tangannya lalu menimbang-nimbang sebentar.
“Tidak usah, aku akan makan diluar saja. Kau boleh keluar.” Kata Ben. Setelahnya Jimmy keluar dari ruangan kerjanya. Ben memejamkan matanya sebentar, lalu ia mengambil ponselnya di atas meja kerjanya. Mencoba menghubungi seseorang.
“Kau dimana?” katanya pada seseorang.“Baiklah, Len. Aku akan kesana sekarang.” Ben menutup teleponya. Ben menghubungi Elena. Beberapa hari ini Ben ingin selalu menemui Elena entah kenapa, tapi berada di sekitar Elena membuat dirinya tenang dan otaknya bekerja lebih baik daripada sebelumnya. Ben lalu mengambil jasnya yang berada di sandaran kursi kerjanya.
“Aku mungkin akan makan siang sedikit lebih lama, jadi bila ada yang mencariku tolong kau urus sebentar ya.” Kata Ben sesaat ia sampai di meja Jimmy.
“Tadinya, aku akan mengajakmu makan siang diluar.” Belum sempat Ben melangkah dari meja Jimmy. Jimmy meminta untuk ditemani makan siang.
“Kau makan saja sendiri.” kata Ben sambil melepaskan rangkulan Jimmy.
“Ah. Makan siang sendirian itu terlihat sangat menyedihkan.”
“Kau bukannya memang sudah menyedihkan.” Mendengar jawaban dari Ben, Jimmy kembali memberikan tatapan sinis pada Ben.
“Ah, ayolah. Kau juga sudah beberapa hari ini tidak ke kantor kan.”
“Diam lah Jim. Aku ada janji dengan Elena.”
“Eh? Janji dengan Elena?” tanya Jimmy heran.
“Iya, tidak usah banyak tanya.” Jawab Ben.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Good Bye
RomanceSebuah cerita dimana perpisahan merupakan akhir bahagia bagi mereka semua. Cerita ini terinspirasi dari lagu Super Junior "A Good Bye".