Es Krim Vanila

258 76 3
                                    

"Pak, gue mau nanya nih"
"Yailah nanya tinggal nanya"
"Tapi bapak harus janji, pak jeli gak boleh ketawa!"
"Siap komandan, saya janji ga akan ketawa"
"Pak jeli pernah jatuh cinta gak?"
"Begini komandan, biar jelek saya ini manusia, punya hati, punya bini, dan bini saya adalah salah satu buktinya."

"Gue tanya sekali lagi deh pak. Apa cinta itu harus ditunjukkan kepada seseorang yang dicintai? Dan kalau iya, gimana caranya?
"Yaahh itumah dua pertanyaan komandan, tapi saya bakal jawab kok, tenang aja"
"Yee.. Buruan!"
"Harus komandan harus!! Bukan cuma ditunjukkan, tapi cinta butuh diperjuangkan!"
"Gimana caranya?"
"Setiap orang itu punya cara yang berbeda-beda, tapi kalo versi saya sih gak pake bertele-tele, langsung aja tak lamar tuh bini saya, karena menurut saya yang terpenting kita cukup tunjukin keseriusan kita, dan itu udah termasuk perjuangan"
"Sesimpel itu? Tapi gimana cara nunjukin rasa cinta bagi mereka yang belum siap untuk menikah?"
"Yahh.. Begini nih kalo perasaan di bikin ribet"
"Gini gimana?"
"Yaa orang tiap hari cuma goler-goleran doang di kasur, mana bisa yakinin cinta sejatinya"

Begitulah keseruan mereka. Tinggal dalam satu rumah yang paling hening di Jakarta. Pak Rojali alias Jelly itu telah menjabat sebagai seksi kebersihan sekaligus teman sematawayang Nik dirumah selama hampir 4 tahun, jelas sangat wajar kalau dilihat dari seberapa akrabnya mereka, sampai-sampai keduanya memiliki nama panggilan khasnya masing-masing.

"Yaudah makasih pak, gue berangkat dulu"

Hari ini adalah hari pertama Nik masuk kuliah setelah libur smester selama 3 bulan penuh.

***

"Ok, sekian mata kuliah hari ini, untuk tugas jangan sampai lupa, paling lambat hari rabu! Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"

Waalaikumsalam...

Mata kuliah pertama telah usai, suara bell tak lagi terdengar.
Nik, yang selama jam mata kuliah hanya menghabiskan waktu dengan merokok di bangku taman tiba-tiba saja dikejutkan dengan suara yang entah darimana asalnya.

"Haii Nikoo.." suara khas ala-ala perempuan
"Najis!!" fokusnya berantakan gara-gara suara menggelikan itu yang ternyata Arga
"Hahaa.. Baru juga hari pertama udah bolos aja lo, eh apatuh? Kaya kenal.. "
"Bukan apa-apa"
"Ga ada kerjaan lain apa selain ngepoin idup orang?"
"Eh ini ga sengaja ya, lagi bete aja hp lobet" Ngeles gaya kupu-kupu respon Nik ketika menutup buku diary milik Isla yang sedari tadi di genggamnya.
"Iya dah iyaa. Yaudah yuk ritual, sepet nih mata"

Ketika di kampus, mereka berdua sering kali melakukan ritual sewaktu istirahat, memang cukup aneh kedengarannya melakukan suatu ritual dikampus, namun jika dilihat langsung dari segi prosesnya, sebenarnya hal ini sudah sangat umum terjadi di kampus manapun.

"Bu, kopi yaa dobel. Biasa, yang atu gulanya dikit aja"
"Ok!! Eh.. ada Niko, makin kinclong aja tuh jambul?"
"Lah si ibu gimanasih, kan saya yang mesen? ngapa si Niko yang di tegor sih!"
"Eh bang Arga, Ibu bikin kopi dulu ya"

"Yeee.. Nyengir lo" bukan lagi hal yang jarang bagi Arga menyemburui sosok Niko pada hal-hal sesepele itu, wajar saja karena selama ini nasibnya tak pernah seberuntung Nik yang kerap menjadi sorotan bagi kalangan wanita dimanapun mereka berada.

Jadi, inilah yang mereka maksud dengan ritual, hanya sekadar duduk-duduk sambil mengopikan diri di warung Bu Romlah.

Mereka memilih warung Bu Romlah karena memang warung ini tidak seramai seperti warung-warung yang lainnya.

"Berader tau ga? Hari ini tuh di kampus kita lagi rame-ramenya dede gemash"

Tak menghiraukan, Nik seketika sibuk dengan ransel yang berwarna abu-abu miliknya itu.

Buku (Chapter 4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang