Tinggal Aksara

328 81 4
                                    

"Oy.. santai dikit ngapa, masih pagi ngapainsih buru-buru!"

Nik tidak menghiraukan suara itu, ia tetap berjalan cepat seolah mengejar sesuatu.

Ini adalah hari ketiga yang sekaligus menjadi hari terakhirnya di Bandung. Setelah berdebat dengan lamunan semalaman, pagi ini akhirnya Nik memutuskan untuk kembali ke Jakarta.

Dalam perjalanan setelah mereka saling diam, akhirnya Nik membuka suara, "Nomor Isla gak aktif, dan Mega baru bales sms gue. Katanya, terakhir Isla bilang kalo mamanya mau datang ke jakarta. Kemaren juga Mega sempet ke kostnya, tapi Isla ga ada"
"Ya terus kita mau cari dia kemana?"
"Jakarta"

"Fuck!! Lo kira dia cuma pamit ke toilet?! Dan apa lo pikir buat ke indomary harus pake di jemput sama mamanya? Jelas-jelas dia itu nulis surat, pamitan, terus mamanya jemput. Gak mungkin dong kalo dia pergi cuma buat beli teh gelas yang dibotol?! Jauh men Jauuhhhh!"
"Bisa diem ga lo?"

"Ok, iya kita pulang. Tapi Isla gak ada di Jakarta!"

Skip..

"Aku telah membuka 2 hadiah di pagi ini, mereka adalah kedua mata ku. Selamat pagi hari baru, selamat datang kehidupan baru"

Isla baru saja menutup diary yang masih berumur kurang dari satu hari tersebut.

Sebagai anak kecil, dia biasa melihat ke langit dan berharap punya sayap untuk bisa terbang tinggi. Sekarang, dia berdiri di sini dan menjalani mimpinya. Ini adalah saat ia sulit untuk mempercayai matanya karena apa yang selalu dia impikan telah menjadi hidup. Dia terlihat takjub seolah menyaksikan sebuah keajaiban. Ini bukan lagi perihal khayal. Dia hanya ingin menikmatinya. Ada awan lembut lebih dekat dari biasanya serta ada puncak gunung berlapis kabut yang muncul dari awan itu. Pemandangan padang rumput hijau yang subur dikelilingi pegunungan di bawah langit biru membuatnya merasa terpesona atas kuasa sang pencipta.

"Yu, aku titip ini sama kamu ya, aku udah kehilangan diary lama ku, dan yang ini jangan sampai hilang lagi"
"Kenapa dititipin? Kamu kan bisa simpen kaya biasanya"
"Takut ketauan sama mama, kalo mama baca pasti mama ngeledekin"
"Yaampun, emang isi tulisannya apasih? Nanti kalau aku yang baca gimana? emangnya kamu mau takledekin?"
"Masih sedikitsih, tapi pokoknya aku mau kamu yang pegang sampai nanti aku bisa nulis lagi"
"Emangnya kamu gamau nulis lagi sampai nanti malam?
"Ngga ah yu, nanti lagi aja"
"Tapikan operasinya cuma satu hari la"
"Yaampun ayu, aku cuma nitip diary loh"
"Iya deh iya"

***

Jakarta. 10:15

Nik baru saja menghela napas panjang, kini ia dan Arga sudah berada persis di depan gerbang kost yang Isla tempati selama di jakarta.

Setelah menemui ibu kost yang memang sedikit rese tapi hasilnya nihil itu, akhirnya mereka berencana melanjutkan ekspedisi ke salah satu tempat yang diyakini Niko akan mampu menjawab semua pertanyaannya.

Kampusnya memang tidak terlalu jauh dari tempat kost, akan tetapi yang jadi masalah sekarang adalah hari ini bukanlah hari libur week end atau tanggal merah seperti biasanya, kalau begitu besar kemungkinan seluruh pintu kampus sudah ditutup rapat oleh para penjaganya.

Bukannya tidak mau protes, hanya saja kali ini Arga mampu memahami sifat Nik sedikit lebih cepat dari biasanya, jika Nik bilang A yaa A, siapa pun tidak bisa mengubahnya menjadi B, apalagi Z.

Buku (Chapter 4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang