Duapuluh dua

3.9K 166 18
                                    

-oo0oo-

Nyatanya Ali nggak ada tanggapan apapun mengenai foto gue sama Max di IG. Nggak ada satupun chat dari Ali. Gue kira dia bakalan ngechat gue dan nanyain soal foto itu. Tapi usaha gue sia-sia.

Ali semakin sibuk dengan dunianya sendiri.

Dan gue semakin terpuruk karena keinginan gue yang nggak sejalan sama keinginan Ali. Entah kenapa gue ngerasa Ali menjauh.

Dan nggak terasa aja 3 bulan lamanya gue syuting BMBP bareng sama Max selama 3 bulan itu juga gue dan Ali nggak saling komunikasi.

Hanya pertemuan singkat malam itu saja setelah itu nggak ada penjelasan tentang pernyataan rindu yang pernah Ali ucapkan. Hari terakhir syuting. Gue bahagia banget atas kerja keras gue selama ini. Rasanya sedikit sedih saat harus berpisah dengan mereka.

Hari ini hari syuting terakhir gue di BMBP.
Gue mengambil duduk disalah satu kursi. Dari kejauhan tampak Beby berjalan menghampiri gue.

"Kak Prilly!" rengeknya dan langsung memeluk gue dari samping. "Gue bakalan kangen banget sama lo!" lanjutnya.

Gue tersenyum lalu mengusap lembut punggung tangannya. "Gue juga pasti kangen banget sama lo. Kangen curhat bareng, kangen ngemil bareng. Pokoknya semuanya deh!"

Beby ikut tersenyum dan meletakkan dagunya dipundak kiri gue. "Tapi ada yang bikin gue lebih sedih lagi, Kak!"

"Hm, apa itu?" sahut gue cepat.

Beby melepas pelukannya dan menatap gue sebentar lalu kembali memeluk gue. "Tapi janji ya Kak Prilly nggak bocorin rahasia ini!"

Gue mengangguk pelan. "Iya, gue janji!"

"Mm---sebenarnya gue suka sama Kak Maxime!"

Mata gue sedikit mendelik saat mendengarnya. Gue nggak nyangka aja, di dalem sinetron Beby dipasangin sama Kenny tapi ternyata dalam dunia nyata Beby suka sama Max.

"Max tau soal ini nggak?" tanya gue dan hanya mendapat gelengan kepala Beby. "Sejak kapan lo suka sama Max?" tanya gue lagi.

"Mm--nggak tau juga sih. Intinya gue tuh baper liat adegan mesra kalian. Gue ngebayangin aja kalo Max itu sebenarnya romantis dan dewasa!"

Romantis?
Dewasa?

Dua kata itu ngingetin gue sama Ali. Dua kata itu menurut gue jauh banget dari Ali. Ali nggak romantis dan Ali nggak dewasa.

Ali selalu jahilin gue. Ali selalu bikin gue kesel. Dan menurut gue Ali nggak dewasa. Buktinya ia dengan mudahnya mengumbar kata rindu tapi setelah itu dia menghilang.

"Beb, ayo sayang!" suara dari nyokapnya Beby terdengar.

"Iya, Ma bentar!" sahut Beby sambil berteriak juga. "Kak, janji ya nggak bakalan cerita sama siapapun!"

Gue mengangguk lalu tersenyum. "Iya. Gue janji!"

Beby langsung melepaskan pelukannya dan ikut tersenyum. "Thanks ya, Kak udah mau dengerin curhatan gue!"

Beby beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi menghampiri nyokapnya. Gue cuman tersenyum sambil menatap kepergiannya.

Cinta bisa tumbuh dimana aja.

Suara teriakan Om Alan menyadarkan gue. Ini waktunya gue take sama Max, adegan baper dimana Max sedang mengikat tali sepatu gue. Kalo boleh jujur, moment ini mengingatkan gue sama seseorang.

Aliando.

Aliando

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita Kita (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang