Duabelas

1.4K 72 0
                                    

-oo0oo-

Sesuai Ali janji kemarin didepan awak media dan juga di depan para fans. Ali nepatin janjinya untuk dinner sama gue. Malam ini gue dan Ali di kasih waktu Quality Time sama Om Findo yang katanya sebagai pertanda minta maaf gara-gara udah ngebentak gue sampai gue nangis.

Kalau untuk pemain lain sih mereka ngasih surprise tapi tak di liputi oleh awak media. Mereka juga minta maaf atas hujatan mereka ke gue dan katanyaaa ini sebagian rencana Ali termasuk soal password Instagram gue yang sengaja Ali suruh Gritte untuk mengganti passwordnya.

Gue shooting cuman sampe setengah hari dan di suruh pulang buat persiapan dinner malam ini. Susah payah gue dari siang nyari dress yang bagus demi dinner sama Arab tengil yang gue sayang.


Tangan mungil gue mengambil lipstick yang ada di meja rias dan langsung di oleskan ke bibir tipis gue.

"Udah cantik kok sayang!" suara Mama membuat gue menoleh reflex dan tersipu malu.

Mama berjalan ke arah gue dan berdiri di depan gue sambil menatap lekat ke arah gue.

"Apa sih, Mama!" gue terkekeh geli.

"Di bawah udah ada pangeran tuh!" bisik Mama dengan tatapan menggodanya.

"Ali?" tanya gue dengan mengernyitkan dahi gue bingung.

"Iya, pangeran tembem!" jawab Mama tertawa bersamaan dengan gue.

"Mama suka kepoin aku nih!" gue mencubit pipi Mama yang sedikit berkeriput.

"Ayo!" ajak Mama menggandeng lengan gue keluar dari kamar.

Kami berjalan menuruni tangga rumah gue, di ruang tamu terlihat Ali tengah menunggu sambil memainkan handphonenya. Ali belum sadar sama kehadiran gue. Ada tapi tak dianggap:).

"Ali!" panggil Mama gue dari arah belakang dan reflex Ali menyimpan handphonenya ke dalam saku celananya kemudian ia berdiri dan berbalik.

"Iya tan---te anaknya cantik!" ucapan Ali memelan saat menoleh ke arah belakang dan menatap gue tanpa berkedip. Ucapan Ali membuat kepala gue menunduk seketika.

"Iyalah cantik. Mama nya juga cantik!" jawab Mama dengan nada pedenya.

Ali terkekeh dengan menggaruk tengkuknya yang pasti gue jamin itu gak gatel. Dia cuman salah tingkah.

Ali berjalan ke arah gue dan menekuk sikut lengan kirinya.

"Pinjem dulu tan anak gadisnya!" ucap Ali dengan menatap Mama dengan tatapan tengil. Emang ya cowo tengil kaya dia mana bisa berhenti tengilnya.

Mama tertawa kemudian mengaitkan lengan gue ke arah sikut Ali.

"Asal di balikin lagi dengan selamat dan tanpa lecet sedikit pun, deal?" janji Mama dengan mengulurkan lengannya ke arah Ali.

Ali tersenyum lebar ke arah Mama. "Itu sih gampang, ya kali Ali bakalan bikin lecet bidadari, deal dong!" Mama terkekeh mendengar jawaban Ali kemudian ia membalas uluran tangan Mama.

"Yaudah sana, keburu malem. Jangan lupa kasih kepastian, Li!"

Gue melirik Ali saat Mama berucap seperti itu. Ali hanya tersenyum dan tertawa sedangkan gue hanya mendengarkan apa yang mereka ucapkan setelah itu kami pamit dan berjalan keluar rumah. Ali melirik gue sekilas dengan tersenyum.

Ali membuka kan pintu mobil nya untuk gue.

"Terimakasih!" ucap gue terkekeh kecil lalu masuk ke dalam mobil kemudian Ali berlari kecil ke arah tempat duduk pengemudi ia masuk sambil membenarkan jambulnya dan tak lama ia menyalakan mesin mobilnya.

Malam ini gue akuin cowok yang di samping gue yang selalu bertingkah tengil dan jahilnya gak ketulungan, special malam ini dia terlihat tampan seakan-akan ketengilannya ketutup sama wajah tampan dia.

Ali pake jas coklat tua sedangkan gue pake dress coklat muda, kita kaya senada gitu dresscodenya padahal gak janjian. Emang sih kalo udah satu hati susah.

Tangan kiri Ali mengambil tangan kanan gue sedangkan tangan kanannya fokus dengan stir pengemudi. Gue menoleh ke arah Ali.

"Kamu cantik!" puji Ali dengan tersenyum dan menatap gue sekilas kemudian fokus kembali ke arah depan.

Jantung gue semakin berdebar saat Ali mengubah katanya dari Gue-Lo dan sekarang Aku-Kamu. Gue menundukkan kepala gue untuk menutupi pipi gue yang terasa memanas.

"Lo jug--"

"Kamu!" potong Ali cepat.

"Iya. Kamu juga ganteng!" puji gue dengan pelan namun Ali masih bisa mendengarnya.

"Emang dari awal main GGS juga udah ganteng, kamu kemana ajaa?" jawab Ali sambil mencubit pipi gue.

"Tapi sayang--"

"Cieee manggil sayang!" goda Ali yang memotong ucapan gue dan menoel-noel pipi gue dengan telunjuknya.

"Apaan sih, siapa juga yang manggil sayang!" gerutu gue dengan mendengus kesal.

Ali tertawa sambil mengajak rambut panjang gue yang terurai begitu saja.

"Tadi katanya tapi sayang!"

"Ihhh Aliiii itu belum selesaiii!" rengek gue memukul bahu Ali pelan dan Ali menarik kepala gue kedalam ketiaknya namun dengan cepat gue menariknya kembali dan membenarkna rambut gue yang sedikit berantakan. "Udah rapih, malah di berantakin!"

Ali hanya tertawa puas. Gue kira tengilnya udah ilang taunya masih bertahan. Gue menatap kagum saat Ali tertawa. Yaallah, dibuat dari apa hamba ciptaanMu ini. Mengapa ia tampan sekali?

"Udah terpesonanya?" suara Ali membuat gue tersadar dari lamunan.

"Terpesona apaan, males!" jawab gue dan melipat kedua tangan gue didepan dada kemudian mengalihkan pandangan gue ke arah lain.

Gue mencoba menetralkan jantung gue yang tak henti-hentinya berdebar lebih cepat walaupun gue udah terbiasa bersama Ali tapi entah kenapa jantung gue selalu berdebar seperti ini.

Mobil Ali terhenti di sebuah restaurant yang terlihat sepi. Gue menoleh ke arah Ali yang membuka seat beltnya tak lama ia menoleh ke arah gue dan mendekat ke arah gue dengan tatapan menusuknya. Gue memundurkan tubuh gue yang terhalang pintu, wajah Ali terlihat begitu dekat sehingga hidung mancung kami bersentuhan. Jantung gue semakin berdegup kencang saat pandangan mata Ali melirik ke arah bibir tipis gue ingin sekali gue mendorongnya tapi rasanya tubuh gue kaku dan terkunci oleh tatapan tajam Ali.

Cup!

-oo0oo-

Gantungiiiiiiinnnn aahahahahhahaaaaa😋😋😋😋

Setengah nya dulu dehhhhh nanti aja dinnernya di pending duluuuu ini mah dijalannyaaa😆😆

Sepanjang jalan kenangaaann😝

Ettt ettt budayakan vote&comment!😋

Cerita Kita (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang