Chapter 12 The Last (2)

13.7K 705 45
                                    

"Apa karena kau tidak mau membunuh ayahmu sendiri?"

Sontak pertanyaan itu membuat semua orang terkejut.

"Ayah?"

Sasuke hampir tak mempercayai pendengarannya sendiri. Atau mungkin ia salah dengar. Tapi melihat reaksi dari Naruto dan Sakura, sepertinya mereka juga mendengar hal yang sama.

"Jadi orang yang telah membunuh ibunya.."

Naruto tak melanjutkan perkataannya sampai kemudian Sasuke lalu menambahkan,

"Ayahnya kandungnya sendiri."

Memang, tak bisa dipercaya. Tapi setelah dipikir kembali, hanya hal itu satu-satunya jawaban yang paling masuk akal mengapa Yui sangat tahu betul tentang Kazura bahkan tentang seluk beluk kastil itu. Ia mungkin pernah berada dikastil itu sebelumnya.

Tangan Yui bergetar. Pedang yang dipeganganya terjatuh kebawah. Nafasnya seakan tercekat sehingga membuatnya susah untuk bernafas. Derasnya air mata yang membanjiri pipinya pun tak bisa dihentikan olehnya.

Yui lalu terduduk lemas. Ternyata seberapa keras pun ia berusaha tetap saja ia tidak bisa melakukannya. Ia mengira setelah semua rasa sakit yang didapatnya selama ini cukup untuk membuat nya membenci ayahnya. Tapi ternyata tidak. Ia bahkan masih tidak percaya bahwa ayahnya sendirilah yang telah membunuh ibunya.

Memang, ia ingat kejadian sebelum kematian ibunya. Yui pernah melihat Kazura, ayahnya itu, sempat saling bertengkar dengan ibunya tentang gulungan rahasia yang dijaga oleh ibunya. Tapi Yui saat itu tak pernah memusingkannya, atau karena memang saat itu ia masih terlalu kecil untuk memahaminya. Hingga beberapa hari kemudian ia mendapati ibunya mati dihadapannya dengan darah yang berlumuran dimana-mana. Tak jauh dari tubuh ibunya nampak ayahnya, Kazura berdiri disana dengan membawa pedang yang berlumuran darah.

Mata bulat Yui melebar. Otaknya masih tak bisa mencerna apa yang terjadi saat itu. Untung saja, kakeknya saat itu datang dan menghentikan ayahnya untuk mengambil gulungan rahasia itu.

Tentu saja, Yui tak bisa melupakan kejadian saat itu. Ia bahkan masih bisa mengingat dengan jelas setiap kejadian yang terjadi pada malam itu.

Yui masih terduduk lemas dengan ayahnya yang berada dihadapannya. Ia terisak. Kedua pundaknya nampak bergetar. Hingga kemudian ia mencoba membuka mulutnya kembali,

"Ada yang ingin kutanyakan sejak dulu." Ucap Yui dengan nada suara yang masih bergetar.

"Apa.."

Yui menghela nafas berat dan lalu kembali melanjutkan,

"..gulungan itu lebih penting dariku dan ibu?"

Kazura hanya terdiam. Ia memandangi Yui, putrinya itu. Surai dan netra coklat yang sama sepertinya, sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Tapi entah sejak kapan putri kecilnya yang begitu manis saat tertawa itu menjadi gadis yang hebat dan tangguh seperti yang dilihatnya sekarang ini.

Yui perlahan mengangkat wajahnya, melihat ayahnya hingga kemudian kedua mata coklat mereka bertemu.

Untuk sesaat kenangan saat bersama putri kecilnya itu tiba-tiba muncul. Mungkin karena ini adalah kali pertama ia bertemu lagi dengan Yui setelah bertahun-tahun.

"Tou-san!"

Panggilan itu terngiang-ngiang ditelinga Kazura. Panggilan saat Yui, putri kecilnya yang manis itu memanggilnya dengan senyum khasnya dan mengajaknya bermain. Ia selalu tak bisa menolak saat putrinya memanggilnya seperti itu dengan netra coklatnya yang berbinar.

Kazura lalu tersentak. Ia menutup matanya rapat-rapat dengan kedua tangan yang dikepal kuat.

Apa yang sebenarnya dipikirkannya? Kenangan itu sudah lama hancur. Ia bahkan telah mengancurkannya dengan tangannya sendiri. Bertemu dengan putrinya setelah bertahun-tahun ternyata membuat sesuatu dalam dirinya bergetar. Bahkan hampir membuatnya untuk melupakan rencana yang disusunnya selama ini.

Let Me Be With You [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang