Narator POV
"Hai... apa kabarmu?" Tanya Emma pelan sembari duduk di sebelah Anna yang sedang menggambar sketch fashion. Anna bekerja sebagai fashion designer, sedang sibuk dengan sketch book yang selalu dibawa kemanapun dia pergi.
"Ohh hai Emma. You see me." Anna menjawab singkat tanpa memandang Emma.
"I'm sorry Anna, aku tahu aku salah. Tapi bisakah kau menyadari sesuatu sekarang? Dia bukan ...." Anna meletakan pensilnya dengan keras di atas bukunya.
"Bisakah kita tidak membicarakan hal itu? Ada deadline yang harus ku kerjakan.... see..." Anna menunjuk buku sketch nya.
"Jadi kau tidak marah lagi denganku?" Anna menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut.
"Bisakah kau mentraktirku, aku sedang kelaparan tapi melihat antrian disana membuatku kenyang." Anna menunjuk dengan dagunya ke arah antrian yang super panjang. Kantin di kantor tersebut cukup besar, tapi dengan banyaknya karyawan yang tidak ingin keluar jauh dari kantor menjadikan kantin tersebut penuh sesak di saat jam makan siang.
"Ok. 👌 kau tunggu sini. Aku akan membelikannya untukmu. Dan tunggu aku, jangan kemana-mana karena ada yang ingin kuberitahukan padamu. Janji ?" Anna mengganggukan kepala tatapannya fokus pada sketch nya lagi. Dan dia mengusir Emma dengan tangan satunya.
Beberapa menit kemudian, Emma kembali dengan nampan berisi makanan untuk mereka berdua. Mereka menyantap makan siang mereka sambil berbincang.
"Jadi apa yang ingin kau beritahukan padaku? Tolong jangan bicarakan dia lagi. Atau aku akan menendang bokongmu dari sini." Emma tertawa melihat Anna yang sudah bisa bercanda lagi dengannya.
"Janji padaku kau tidak akan histeris." Anna memasukan suapan pertama ke mulutnya.
"Tergantung apa beritanya." Emma menarik nafas panjang sebelum mengatakan...
"Aku... aku... akan menikah..."
"Apa? wow... ini... " Anna sangat kaget mendengar berita ini. Anna tersedak makanannya sendiri. Dia meraih gelas minumnya.
"Maafkan aku, aku tahu kau tidak ingin mengungkit sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan."
"Ya... kau tahu mengapa."
"Ya... maafkan aku. Aku..." Emma menepis air mata yang hampir keluar dari ujung matanya.
"Ohhh Emma... kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Mendengar kau akan menikah, itu sudah membuatku merasa lebih baik. Kebahagianmu kebahagiaanku." Anna pindah ke sebelah Emma, lalu memeluknya.
"Kau yakin kau tidak apa-apa?"
"Ya tentu saja. Asalkan kau bahagia." Emma tersenyum kecut. Anna kembali ke tempat duduknya.
"You don't." Emma menggelengkan kepalanya. Anna memasang muka penuh tanya.
"Aku di jodohkan oleh daddy. Aku tidak bisa mengatakan tidak padanya."
"Lalu... kapan kau akan menikah?"
"Bulan depan." Sahut Emma pelan.
"Apa? Secepat itu?" Anna melirik jam tangannya saat melihat sudah banyak orang yang mulai meninggalkan meja makan mereka. Lalu ikut membereskan mejanya. "Apa kau yakin dengan pilihan mereka? Kau yakin menjalankan ini?" Sambungnya sambil jalan menuju lift.
"Aku lihat dia sepertinya baik. Dan daddy juga mengatakan hal yang sama." Emma mengangkat bahu nya tanda menyerah lalu masuk ke dalam lift mereka terdorong sampai kebelakang lift yang cukup penuh.
"Bagaimana kau bisa hidup tanpa cinta apalagi menghidupkan sex...." Emma mencubit pinggang Anna karena membicarakan hal itu di dalam lift yang penuh sesak. Suara Anna pelan, tapi saat Anna merasakan sakit karena cubitan Emma, Anna mengatakan kata sex cukup keras membuat semua orang memutar kepala dan melihat pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Called Off My Friend's Wed #wattys2018
Romance"Anna.... apa yang kau lakukan?" Emma bertanya kaget melihat yang Anna lakukan dengan calon suaminya. Calon suami Emma bangkit berdiri dari kasur menutupi Anna yang setengah telanjang dengan tubuhnya karena kancing kemeja Anna sudah terpepas, memper...