Epiloque

2.1K 95 0
                                    

3 Tahun kemudian

Narator POV

Anna meletakan nampan berisi roti croissant yang baru dikeluarkan dari panggangan di meja dapur, melemparkan sarung tangan anti panas secepat mungkin dan berlari ke ruang keluarga saat mendengar panggilan Ernesto yang mendesak. Dan Emma mengikuti dari belakangnya.

"Ada apa? Oh my God... apa yang sedang kalian lakukan?" Tanya Anna histeris saat melihat muka Ernesto penuh dengan bubur sereal, bahkan sampai ke kepalanya, dia sedang berlutut membersihkan sisa sereal yang tercecer di lantai kayu.

Emma mengambil piring yang dibawa lari Mateo dan Marco yang saling berkejar-kejaran keliling ruang, sedangkan Fabio sedang membereskan pecahan vas bunga di sudut ruang.

"Mateo, Marco, mom hitung sampai tiga kalau tidak berhenti kalian akan kena time out." Suara Emma menggema di seluruh ruangan.

Mateo dan Marco langsung berdiri mematung. Anna mengambil Mateo dan Emma menarik Marco.

"Mengapa kalian kejar-kejaran seperti itu? Lihat papa sedang membereskan makananmu yang tercecer, ayo sana bantu papa." Anna memberitahu putranya Mateo yang masih berumur 3 tahun.

"Marco yang nakalp mama." Mateo membela dirinya.

"Marco, kenapa bertengkar dengan adikmu? Apa yang kau lakukan sampai adikmu marah?" Emma memarahi putranya Marco yang lebih tua 3 bulan dari Mateo.

"Aku kan mau main sama Mateo, ma. Tapi Mateo makannya lama sekali." Marco melipat tangannya di dada sambil cemberut.

"Marco menumpahkan makananku." Mateo memberitahu.

"Aku tidak sengaja mama." Marco membela diri.

"Cukup..." Anna dan Emma berbicara berbarengan. Ernesto dan Fabio menghampiri istrinya masing-masing untuk menenangkan mereka.

"Ayo sekarang berbaikan, papa tidak ingin kalian bermusuhan." Ernesto memberitahukan. Dan mereka saling berjabat tangan lalu berpelukan.

"Nah... begitu dong jagoan papa..." Fabio mengangkat Marco ke pelukannya, membuat Mateo iri. Dia pun mengangkat tangannya agar Ernesto menggendongnya juga.

"Dasar... kau tidak mau kalah ya dengan kakakmu? Huhhhh...." Ernesto mencubit gemas pipi Mateo yang tembam.

Ernesto memegang pinggang Anna, menuntunnya ke dapur untuk meletakan piring kotor. Mateo dan Marco kembali bermain setelah mendapat roti croissant yang baru saja matang.

"Sepertinya aku tahu, Mateo mengikuti sifat siapa... semoga kau jadi putri papa yang calem ya." Melihat keberanian Mateo yang membela diri meskipun lebih muda, membuat Ernesto menyamakan sifatnya dengan Anna. Kata Ernesto sambil memeluk Anna dari belakang dan mengelus perutnya yang sudah semakin membesar atas kehamilan keduanya.

"Semoga putriku tidak sesombong dirimu...." bela Anna sambil tersenyum memegang tangan Ernesto.

"Apakah aku sudah mengatakan padamu betapa seksimya dirimu saat hamil seperti ini? Dan betapa aku ingin bercinta denganmu di meja dapur ini." Goda Ernesto.

"Kau tidak tahu malu ya. Ada adik dan iparmu, tapi kamu...." Ernesto menaruh jemarinya di mulut Anna agar dia diam.

"Stttt.... kau lihat apa yang mereka lakukan. Tangan mereka tidak bisa lepas satu sama lain, aku kan jadi iri...." Tangan Ernesto menakup buah dada Anna yang membesar sejak kehamilannya.

"Hah.... yang benar saja, kau iri dengan kemesraan mereka? Jadi menurutmu aku kurang hot?." Anna pura-pura cemberut. Walau sebenarnya Ernesto tidak bisa melepaskan tangannya darinya.

Ernesto membalikan badan Anna dan mendudukannya di atas meja dapur. Perutnya yang besar tidak menjadi penghalang keintiman di antara mereka. Ernesto mencium Anna dengan penuh hasrat yang membuat Anna merinding walau mereka sudah menikah 4 tahun. Tangan Anna menyibak rambut hitam Ernesto yang lengket terkena makanan.

"Zio, Zietta. Dimana papa dan mama?" Tanya Marco. Dan ciuman Ernesto dan Anna harus terhenti saat Ernesto merasa celananya ditarik-tarik. Ernesto mengumpat dalam hati saat merasa terganggu oleh keponakannya.

Ernesto melihat dimana adiknya bermesraan dengan istrinya sebelumnya. Tapi mereka sudah tidak ada, Marco yang hampir menangis mencari keberadaan orang tuannya, mulai mengusap matanya.

"Marco mau apa? Ayo zio temani." Ernesto mengangkat Marco ke gendongannya.

"Aco mau main... zio tolong ambil..." Ernesto hendak membawa Marco ke tempat yang di tunjukan.

"Hellooooo... tolong turunkan aku lebih dulu." Ernesto melihat Anna, sambil tersenyum Ernesto menurunkan Anna setelah meletakan Marco berdiri di atas meja.

Anna mengikuti Ernesto dan Marco, Mateo masih asik dengan mainanya saat mereka masuk. Ernesto kembali memeluk Anna dari belakang, Anna sesekali memalingkan mukanya untuk mencium bibir Ernesto.

"Terima kasih." Gumam Anna.

"What for?" Ernesto mencium leher Anna yang terbuka.

"Untuk mencintaiku." Ernesto membalikan Anna untuk memudahkannya menciumnya. "I love you..."

"Ti amo anch'io. Ohh God... aku menginginkanmu Anna.... Ayo keatas..." pinta Ernesto.

"Not now..." Anna mencubit Ernesto, mengabaikan permintaannya untuk menjaga buah hati mereka dan keponakannya bermain bersama.

The End

Called Off My Friend's Wed #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang