Chapter 9

38 3 0
                                    

Author povs

Minggu berganti senin, hari ini kelas Farrel mengadakan ulangan. Varo yang sok belajar dan yang lain sibuk mencatat contekan, lain hal dengan Farrel yang diam sedari tadi menatap jam dinding yang terus berjalan.

"Sempak, lu napa diem aja si" Varo membuyarkan pikiran Farrel, Farrel hanya melihat sekilas lalu diam. "Ya elah rel udah gausah di pikiran yang Netta, sekarang lu pikirin aja ulangan" sambung Varo.

"Gak mikirin gua" jawab Farrel singkat.

Netta yang datang bersama bulan, melihat sekilas ke arah Farrel, wajah bersalah yang kini Farrel lihat di mata nya. Mungkin memang pantas Netta merada bersalah.

"Eh Netta, lu kemaren jalan sama Alvar yang ke cafe baru itu ya?"

JLEB!!!

Jantung Farrel rasanya berhenti berdetak, nafas nya serasa tercekat.

"Iya" sahut Netta singkat dan agak berbisik.

"Ohh jadi lu kemaren sama Alvar Net?" Varo berdiri menghadap Netta dan bulan.

"Kok lu marah var?" tanya Bulan heran.

"Lu gatau? TEMEN LO INI JANJI SAMA FARREL EH TERNYATA MALAH INGKAR" Varo menekan setiap kalimat yang ia lontarkan. Netta menunduk, malu.

"Hah? Kok lo gitu si Nett?" Bulan membawa Netta duduk dan heran melihat kelakuhan teman nya ini.

"Udah var gapapa" Farrel menarik Varo duduk kembali.

"Lu kenapa si Net?" tanya Bulan heran sambil melihat wajah lesu Netta.

"Gua gapapa lan" Netta tersenyum kecut dan mulai membaca buku.

"Kalo lu gapapa, kenapa harus lu sakitin hati Farrel dengan cara kayak gini Net? Hal yang paling buruk adalah ketika lu ngebalasin benci lu Net" panjang lebar Bulan.

"Udah lah lan, gua males bahas" jawab Netta singkat.

"Egois tau ga sih lu" Bulan duduk dengan perasaan kesal kepada sahabat nya itu.

Sifat egois Netta memang tidak pernah berubah, merasa dia adalah wanita yang selalu menang sendiri. Netta pasti memiliki alasan mengapa dia tidak bisa datang dan lebih memilih Alvar.

"Benci, gua benci, GUA BENCI LO NET" Farrel meninju kaca ruang musik sampai pecah.

"Woy anjir Farrel, lu kenapaa" Varo menghampiri dan menenangkan sahabat nya itu.

"Se buruk itu kah gua di mata dia var hah? SEBAJINGAN ITU KAH GUA? SAMPE DIA GINIlIN GUA HAH?" nada Farrel meninggi, menatap tajam Varo.

"Udah lah rel lu mau emosi karna ini pun kagak bakal selesai, lu jangan boongin perasaan lu dan terus maju dengan logika lu" Varo memberi nya minum.

"Gua sayang Netta Var" terdengar lirih dan sakit.

"Gua tau tapi ayo lah Rel move on, walau gua tau gak mudah. Heh Rel cewe cakep banyak di Jakarta yakali stuck mulu" ucap Varo.

"Yang cantik banyak Var, yang setia jarang" Farrel menyenderkan badan nya ke dinding ruangan, mulai memikirkan apa nasib hati nya sekarang.

"Kalo lu terus berusaha buat bikin Netta balik, itu bisa aja terjadi tapi gak bakal kayak dulu lagi" Varo mulai memainkan Piano.

"Yang kau perbuat, sungguh lah indah buat diriku susah lupa..."

Varo hanya memainkan sebait lirik dari lagu Raisa . Membuat sahabat nya ini mengerti akan hal 'Move on'. Kini Farrel diam dan tak berbicara mulai menerka apa yang di maksud Varo.

SatuBiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang