Udah lama gak bikin cerfan ginian.
Yups, jika ada yang nebak ini salah satu tokoh dalam cerita Terang Bulan, itu benar sekali.
Meski di sini aku bikin kisahnya secara mandiri terpisah dari cerita teman2nya.
Selamat menikmati readers, ditunggu komentarnya.
Aku memandangi arus sungai yang mengalir tenang di kejauhan dari balik jendela kamar.
Ombak yang demikian halus bergerak-gerak di bawah terik begitu menghipnotis dan anehnya terasa menenangkan
Padahal empat tahun lalu aku pernah tenggelam di sana.
Diketemukan dalam keadaan hampir mati di bawah akar pohon bakau tua yang konon menjadi istana bagi sang penguasa sungai.
Sesuatu yang kokoh dan besar melingkari pinggangku, membuatku menghentikan lamunan dan tersenyum seraya menumpukan lenganku ke atasnya lalu membelai dengan sayang.
Dia yang melakukannya adalah yang paling kucintai.
Kau betah tinggal di sini Padma?Pertanyaannya menyelinap halus di benakku.
Aku menoleh kearahnya tanpa berbalik seraya tersenyum dan memandangi seribu fragmen wajahku sendiri yang ada di kedalaman matanya. Di sana ada diriku yang terbias oleh cahaya senja dengan cara yang selalu akan membuatku terkagum-kagum meski menyaksikannya ratusan tahun sekalipun.
“Karena di sini ada kau,” bisikku, “aku tidak ingin pindah.”
Kau tahu jelita, aku bisa memberimu rumah di tempat lain, di manapun tempat yang kau pilih. Aku tidak keberatan.
“Lalu bagaimana denganmu? Bila aku jauh maka ....”
Banyu mencium lembut bibirku sebelum memberikan jawaban, Tidak ada jarak yang bisa memisahkan kita, tidak ada pintu yang bisa membatasi semua pertemuan-pertemuan ini wahai sang jelita, Padmawangi.
Pengakuannya sudah cukup menenangkan hatiku, sudah lebih dari cukup untuk dijadikan alasan dari pilihanku untuk menetap di dekatnya sepanjang sisa usiaku.
“Kalau begitu aku tidak akan pindah ke manapun Banyu, aku sudah memilih tempatku. Di sini, bersamamu.”
................
Aku tidak pernah memimpikan takdir yang demikian aneh hadir dalam hidupku.
Jadi pertama kali melihatnya kukira dia mahluk fana sama sepertiku juga manusia lainnya.
Namun semuanya sirna ketika mataku tanpa sengaja menangkap sesuatu yang begitu beda pada bening mata kristalnya yang memancarkan cahaya keemasan mentari serupa kilau permata yang terpapar sinar.
Detik yang sama barulah aku tersadar jika apa yang kulihat bukanlah pemandangan yang bisa dilihat oleh mata biasa.
Dengan cepat aku berusaha mengabaikan kehadiran sosoknya dan coba berkosentrasi membunuh ketakutanku pada sungai dan apa saja yang tersembunyi di kedalamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story Book (One Shoot)
Krótkie Opowiadaniakumpulan one shoot milik naiqueen...disini tempatnya.